Dinasti Rohani di GBI

0
812

Oleh: Paul Titihalawa

Istilah “dinasti rohani” ini Saya adopsi dari tanggapan seorang theolog yang juga tokoh besar sebuah gereja mainstream atas postingan foto pertemuan bersejarah dua tokoh besar GBI, yakni Om Jacob Nahuway dan Om Niko Nyotorahardjo.

Mungkin saja istilah “dinasti rohani” itu tidak akan muncul jika kedua tokoh besar GBI itu tidak mengikutsertakan anak-anak mereka, Pdt. Yohanes Nahuway dan Pdt.Billy Nyotoraharjo.

Memang kita tidak mungkin dan tidak perlu mencari tahu apa “isi” dan “inti” pembicaraan mereka, tapi ketika momen pertemuan itu diabadikan dalam bentuk foto, dan foto itu dipublikasikan di ruang media elektronik secara terbuka melalui akun medsos resmi Om Yakob, maka “publikasi” inilah yang justeru menjadi “inti” berita utama dari “pertemuan” bersejarah itu.

Bagi mereka di luar GBI, yang sama sekali tidak mengenal GBI, pasti akan membaca gambar/foto pertemuan itu dalam “framing” pemahaman “dinasti rohani” dalam artian terbatas dan cenderung melahirkan penafsiran yang keliru, karena mereka tidak memahami bahwa GBI memiliki polarisasi kepemimpinan yang unik dan hanya dipahami oleh internal GBI sendiri.

Bagi GBI, jika saja dua tokoh besar GBI ini “mau” berjumpa, bahkan “mau” melibatkan “putera mahkota”nya masing-masing, padahal kedua tokoh besar GBI ini tidak memiliki “rekam jejak” komunikasi pelayanan yang intens, maka ini adalah “signal” positif dan futuristik bagi masa depan gbi.

Pertama,
Pertemuan itu memberikan signal bahwa kedua tokoh tersebut fokus pada isu-isu internal yang berkaitan dengan “regenerasi”, “produktivitas” dan “kolaborasi”, serta “sinergitas” ” antar “generasi” dan antar “gereja” lokal.

Kedua,
Pertemuan itu telah “merubah” “arah” pergerakan komunikasi dan kolaborasi antar faksi di tubuh GBI.

Baca juga  Forum Pimpinan Aras Gereja Se-Banten (FPAGB) Gelar Deklarasi untuk Berjejaring dan Bersinergi untuk Kesatuan Umat Kristen di Banten

Pertemuan ini tentunya sarat dengan “Nilai-niali” teologis, rohani dan kepemimpinan, dan semakin “berharga” karena terjadi menjelang sidang sinode, yang mana banyak tokoh GBI lainnya telah menguras banyak energi untuk hal itu.

SHALOM!

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here