BPS Merajut Asa Data Investasi Nasional

0
612

Jakarta, Gramediapost.com – Dalam publikasi World Economic Outlook (WEO) terbaru yang dirilis pada bulan April 2018, IMF memperkirakan bahwa ekonomi dunia akan mengalami peningkatan pada tahun ini hingga beberapa tahun kedepan. Trend kenaikan ini sudah terjadi sejak 2016 yang lalu setelah sempat mengalami masamasa suram pada tahun 2008-2009 sebagai dampak dari resesi global yang melanda sebagian besar negara-negara maju. Sumber utama dari pertumbuhan masih bertumpu pada peningkatan permintaan global, membaiknya volume perdagangan internasional dan juga investasi. Membaiknya iklim investasi ini terjadi baik di negara-negara maju maupun di negara-negara berkembang (emerging market economies). Momentum ini dimanfaatkan dengan baik oleh pemerintah Indonesia untuk mengenjot ekonominya agar dapat menyerap sebanyak banyaknya tenaga kerja, mengurangi pengangguran dan menekan angka kemiskinan. Kebijakan ini bisa dilihat dari laporan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2018 yang menargetkan pertumbuhan ekonomi atau PDB Indonesia sebesar 5,2-5,6 persen pertahun. Untuk mendukung target pertumbuhan yang diinginkan, pemerintah memperkirakan dibutuhkan investasi sebesar sekitar 5100-5200 triliyun rupiah.

Kata investasi, jika merujuk kepada Sistem Neraca Nasional (SNA) disebut sebagai Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), merupakan penambahan barang modal tahan lama yang digunakan dalam suatu proses produksi. Investasi atau PMTB merupakan instrument penting dalam pertumbuhan ekonomi. Dalam ilmu ekonomi mikro kita bisa ketahui bahwa untuk mencapai kapasitas produksi yang lebih tinggi maka perusahaan harus menambah mesin-mesin baru atau meningkatkan kapasitas dari mesin terpasang. Namun peningkatan investasi yang tinggi tidak secara otomatis akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi pula atau dalam istilah statistik dikatakan hubungannya tidak linier. Hubungan antara investasi dan pertumbuhan ekonomi mengikuti kurva distribusi hiperbolik yang melengkung atau dikenal dengan kurva Cobb Douglass. Dalam keadaan level permintaan tertentu, penambahan investasi akan mendorong pertumbuhan ekonomi namun semakin lama kontribusinya semakin kecil dan pada tahap tertentu penambahan investasi akan menjadi biaya dan tidak produktif lagi. Dalam beberapa waktu lalu mungkin diantara kita masih ingat perdebatan yang tajam antara ekonom Rizal Ramli (waktu itu sebagai menko maritime) dengan wakil presiden Jusuf Kalla tentang proyek listrik 35 ribu MW hingga 2019. Menurut Rizal Ramli proyek tersebut impossible karena disamping sulit dicapai juga proyeksi kebutuhan listrik nasional hingga tahun 2019 tidak sebesar itu. Jika PLN menggarap proyek tersebut maka akan terjadi kelebihan kapasitas tak terpakai. Jika hal ini terjadi maka PLN akan mengalami kerugian bahkan bisa berakibat pada kebangkrutan karena investasi pada umumnya dibiayaildari pinjaman atau hutang.

Baca juga  270 Penumpang Menyeberang Ke Pulau Seribu Setelah Mendapatkan Pengawasan Dari Polres Kep. Seribu

Persoalan investasi bukan hanya semata-mata masalah besaran saja tapi juga jenis investasinya apa, dilakukan oleh siapa pemerintah atau swasta dan di lapangan usaha apa pertanian industri perdagangan atau jasa. Dilihat daril jenisnya, investasi (itu sangat beragam dari bangunan tempat tinggal atau perumahan, bangunan komersial seperti mall toko-toko, infrastruktur, mesin mesin, kendaraan transportasi, kegiatan riset dan pengembangan, sumber daya hayati hingga ke karya seni. Jika porsi investasi dalam PDB tinggi, namun banyak yang berupa bangunan tempat tinggal maka investasi

tersebut tidak akan memberikan efek yang besar dalam menggerakkan ekonomi. Begitu juga investasi yang dilakukan oleh pemerintah, jika umumnya dalam bentuk pembangunan kantor-kantor pemerintah itu juga kurang efektif dalam mendorong ekonomi. Investasi utamanya diarahkan kepada hal-hai yang bersifat produktif dan memberikan multiplier yang besar seperti jalan, pelabuhan, bandara, mail dli. Untuk itu BPS bekerja sama dengan Bappenas dan instansi terkait pada saat ini sedang berupaya untuk menyusun data investasi atau PDB yang lebih lengkap dan rinci melalui kegiatan yang dinamakan survei penyusunan disagregrasi PMTB. Kegiatan ini bertujuan untuk menghasilkan data investasi yang lebih rinci menurut lapangan usaha, jenis investasi dan sektor atau pelakunya siapa. Dengan kegiatan ini akan diketahui lapangan usaha mana yang nilai investasi masih rendah dan perlu ditingkatkan. Dalam ilmu ekonomi makro, lapangan usaha yang kebutuhan investasinya masih tinggi dikatakan potensial outputnya masih dibawah nilai aktualnya maka pada lapangan usaha ini perlu ditingkatkan nilai investasinya serta dipetakan jenis investasi apa yang dibutuhkan. Kegiatan yang tidak mudah, namun hasilnya sangat diharapkan bagi pengguna data khususnya pemerintah sebagai dasar dalam pembangunan ekonominya.

Baca juga  Rakernis , Siap Sosialisasikan Kondusifitas Pemilu Yang Aman

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here