Ceramah Dr (HC) Muhaimin Iskandar, M.Si. di UKI.: Pancasila dan Nasionalisme Sudah Harga Mati bagi Indonesia

0
690
?

 

Jakarta, Gramediapost.com

 

WAKIL Ketua MPR RI, Dr (CH) Muhaimin Iskandar, M.Si mengatakan Pancasila dan Nasionalisme sudah harga mati bagi NKRI.Karena, tanpa Pancasila dan Nasionalisme, Indonesia pasti akan terpecah-belah. Negara Kesatuan Relublik Indonesia (NKRI) jangan sampai bernasib seperti negara Yugoslavia yang terpecah-pecah menjadi beberapa negara akibat rapuh dan lunturnya jiwa nasionalisme mereka.

 

“Dari dulu oleh ‘Barat’ diperkirakan Indonesia akan terpecah menjadi beberapa negara. Tadinya hal itu bakal terjadi saat tumbangnya Orde Baru tahun 1998. Tapi nyatanya hanya 1 yang berpisah dengan Indonesia, yakni; Timor Leste,” kata Muhaimin saat memberikan Kuliah Umum di Fakultas Hukum Universitas Kristen Indonesia (FH-UKI), Cawang, Jakarta, Senin (21/5).

 

Diceritakan Cak Imin, panggilan akrab Muhaimin, Yugoslavia bubar pada Tahun 1990 setelah didahului perang antar etnis berdarah yang melahirkan sejumlah negara yakni; Kroasia, Slovenia, Bosnia, Serbia, Makedonia, Montenegro dan Kosovo.

 

Di Timur Tengah dan Afrika, lanjut Cak Imin, sejak meletus Arab Spring, umat Islam dan bangsa Arab dirundung kekerasan dan perang saudara. Konflik di Tunisia, Mesir, Libya, Yaman, Suriah, Irak, Palestina dan Afganistan contohnya.

 

“Padahal di Timur Tengah itu satu suku, satu bahasa dan satu Agama tetapi terdiri banyak negara dan konflik terus. Jadi, banggalah kita Indonesia yang terdiri dari 300 etnis, 1.340 suku/bangsa, 1.211 bahasa, 6 agama dan 187 aliran kepercayaan tetapi tetap satu,” tutur cak Imin yang juga Ketua Umum parpol PKB ini.

 

Menurut dia, Kebhinekaan merupakan fitra dan jati diri bangsa Indonesia yang diikat oleh ikrar satu Nusa, satu Bangsa dan satu Bahasa. Kebhinekaan juga adalah ‘Sunnatullah’ yang telah menciptakan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku dengan beragam bahasa dan warna kulit agar manusia saling mengenal satu sama lain.

Baca juga  PAM Dermaga Marina Ancol Rutin Oleh Polres Kep. Seribu

 

“Meskipun 70 persen penduduk Indonesia tinggal di Jawa, tapi bahasa nasional kita bukan bahasa Jawa tetapi bahasa Indonesia yang diadopsi dari bahasa melayu yang meripakan bahasa minoritas penduduk di Sumatera,” jelasnya.

 

Lebih jauh ia mengatakan, bukan hanya saling mengenal, kebhinekaan manusia juga untuk saling memahami dan bekerja sama untuk mewujudkan kehidupan yang baik dalam wadah negara yang adil dan makmur.

 

“Baldatun thayyibatun. Allah bahkan membiarkan manusia menganut banyak agama dan tidak memaksa beriman kepada Nya. Padahal kalau Tuhan mau, hal tersebut tidak mustahil terjadi,” paparnya.

 

Terkait keadaan Indonesia saat ini, dimana ada sekelompok orang yang ingin mengganti ideoligi bangsa dengan idioliginya, yang bisa berakibat pada terpecah-belahnya NKRI bukan tidak mungkin merupakan perpanjangan negara asing yang ingin Indonesia lemah, terbagi-bagi seperti Yugoslavia.

 

“Ada yang ingin mendirikan negara khilafah padahal negeri ini berbeda-beda suku, bangsa dan Agama. Agama juga, Islam misalnya, memiliki berbagai aliran. Jadi itu cuma perongrong NKRI, kita harus perkuat persatuan kita dengan nasionalisme. NKRI Harga Mati,” tegasnya.

 

Menurut cak Imin, setiap warga negara Indonesia memiliki hak dan kewajiban yang sama tanpa memandang suku, ras dan agama yang dinaungi oleh hukum negara.

 

“Tidak ada yang mayoritas dapat lebih dan yang minoritas tidak. Semua sama di mata hukum. Negara ini adalah negara hukum yang telah disepakati bersama oleh para pendiri bangsa,” tutupnya.

 

 

Wakil Ketua MPR RI yang juga Ketua Umum partai PKB, Dr (CH) Muhaimin Iskandar, M.Si yang akrab disapa Cak Imin mengakui keinginannya menjadi Calon Wakil Presiden (Cawapres) berpasangan dengan Joko Widodo (Jokowi) di Pemilu 2019.

Baca juga  Perhatian Agus Andrianto tersentak pada bocah umur 6 tahun Asal Hamparan Perak yang Mengalami Disabilitas sejak Lahir

“Pada Pilpres 2014 kita (PKB) dukung Jokowi dan jadi Presiden. Sampai sekarang kita dukung secara konsisten pemerintahan Jokowi. Kalau ngak ada kita (PKB) Jokowi ngak bakal menang, pun nanti 2019,” kata Cak Imin yang juga Ketua Umum PKB.

 

Mengangkat tema kuliah umum; “Membumikan Semangat Kebhinekaan dalam Memperkokoh Keutuhan NKRI” cak Imin menjabarkan bagaimana cara menanamkan nilai-nilai nasionalisme ke masyarakat, salah satu melalui tayangan siaran media televisi.

 

“Kalau saya nanti jadi Wakil Presiden, saya akan buat aturan, paksa televisi mengemumandangkan lagu ‘Indonesia Raya’ pada siarannya di jam-jam strategis bukan di awal dan akhir siaran dimana sudah tidak ada yang monton. Tidak seperti sekarang ini televisi lebih banyak menyiarkan lagu mars partai,” ujarnya.

 

Bukan hanya siaran televisi, Cak Imin juga ingin setiap bioskop di Indonesia menayangkan lagu ‘Indonesia Raya’ sebelum tontonan filmnya dimulai.

 

“Kalau di negara Thailand bisa, kita juga bisa untuk menanamkan nasionalisme. Jangan sampai kita seperti Yugoslavia yang terpecah jadi sejumlah negara karena rapuhnya nasionalisme mereka,” terangnya.

 

Sementara, Dekan FH-UKI, Hulman Panjaitan, S.H, M.H mengatakan bahwa Cak Imin adalah orang pertama atau pembuka yang diundang FH-UKI dalam rangka rangkaian kegiatan Disnatalisnya yang ke-60 tahun.

 

“Rangkaian kegiatan Disnatalis FH-UKI ke-60 dibuka oleh bapak Muhaimin Iskandar dan akan ditutup oleh Presiden Jokowi. Semoga ini pertanda yang bukan kebetulan,” kata Hulman saat memberikan sambutan membuka Kuliah Umum tersebut, disambut tepuk tangan hadirin.

 

Hadir dalam kuliah umum tersebut Rektor UKI, Dr, Dhaniswara K. Harjono, S.H, M.H, MBA, mantan staff ahli Menaker yang juga mantan aktivis buruh, yang dipenjara di era Orde Baru, Dita, para mahasiswa fakultas hukum UKI, Dosen dan mahasiswa-dosen undangan dari berbagai kampus.

Baca juga  IKEA Indonesia Berkolaborasi Dengan Save the Children Peduli Anak dan Keluarga Yang Terdampak Covid-19

 

Dalam kesempatannya, Rektor UKI, Dhaniswara berterima kasih kepada cak Imin atas kesediaannya memberikan kuliah umum tentang nasionalisme, NKRI harga mati.

 

“UKI dari dahulu konsisten memperjuangkan nilai kebangsaan dan nasionalisme. Kami (UKI) turut begerak menjatuhkan orde baru memasuki era reformasi,” kata Dhaniswara.

 

Pernyataan Dhaniswara diamini oleh cak Imin. “Siapa yang tak kenal UKI. Banyak aktivis perjuangan berasal dari sini. UKI paling kencang demonstrasi menentang Orde Baru. UKI berkontribusi melahirkan reformasi,” kata Cak Imin. (ARP)