Oleh: Ayub Pongrekun
Mas Denny JA salah menyimpulkan mengenai PDI Perjuangan. Kemarin (17/11), dalam group WA mantan Pengurus Pusat GMKI, seorang kawan yang sekarang menjadi anggota dan aktif di Golkar memposting sebuah tulisan dari Mas Denny JA yang berjudul “Dua Jimat Golkar Setelah Kasus Setnov”.
Mas Denny JA menyatakan hal yang menarik, bahwa Golkar akan tetap eksis dengan dua Jimat yang dimiliki. Jimat pertama Impersonal Order, yaitu Golkar tidak bergantung pada personal order, melainkan tertumpu pada sistem. Jimat kedua Elite Settlement, yaitu kemampuan elit Golkar dalam mengelola konflik. Menurut Mas Denny JA, dua Jimat ini yang akan membuat Golkar akan tetap eksis walau ketua umumnya sedang menghadapi kasus besar. Begitu yang saya tangkap.
Ada yang menarik dari keseluruhan ulasan Mas Denny JA. Bukan mengenai apa yang dihadapi oleh Setya Novanto, atau manuver politik apa yang sementara dimainkan oleh para elit Golkar. Saya menjadi tertarik untuk memahami kata-kata mematikan Mas Denny JA yang menyentil PDI Perjuangan dalam tulisannya.
Begini kata Mas Denny JA dalam tulisannya “PDI Perjuangan akan hancur jika terjadi sesuatu yang buruk pada Megawati”.
Itu yang Mas Denny JA sebutkan secara gamblang untuk membandingkan Golkar dengan PDI Perjuangan. Lebih lanjut, Mas Denny JA menulis “PDIP bertumpu pada personal order : Megawati”.
Secara tidak langsung, Mas Denny JA mau mengatakan dua hal mengenai PDI Perjuangan : Pertama, Partai Banteng ini hanya bertumpu pada sosok Ibu Megawati, dan Kedua, PDI Perjuangan hancur jika Ibu Megawati terpuruk.
Ada beberapa hal yang tidak dipahami oleh Mas Denny JA atas pernyataannya ini, yaitu :
Pertama, PDI Perjuangan adalah partai yang membangun sistem Demokrasi Terpimpin.
Apa maksudnya Demokrasi Terpimpin PDI Perjuangan? Maksudnya adalah bahwa kepemimpinan adalah Kesatuan Tujuan, Satu Komando, dan Tegak Lurus. Ini yang membuat posisi Ketua Umum menjadi Sentral kekuatan Politik Partai.
Apakah ini melemahkan partai? Tentunya tidak, malah sebaliknya, ini yang menjadi kekuatan dari PDI Perjuangan, yaitu Sistem Demokrasi Terpimpinan. Sistem ini yang membuat penghormatan kepada Ketua Umum sebagai mandataris Kongres menjadi tinggi, dan sistem ini yang mendorong melahirkan kader-kader yang Loyal pada pimpinan.
Kedua, PDI Perjuangan membangun sistem kelembagaan yang rapi.
Mas Denny JA tentunya juga tidak mengetahui, bahwa PDI Perjuangan menjadi satu-satunya partai Politik di Asia Tenggara yang memperoleh ISO 9001-2015, sertifikat standar Internasional tentang manajemen mutu dari International Certification Services Management (ICSM) Indonesia, pada Januari 2017. Pemberian ini menjadi bukti bahwa moderenisasi dan kemandirian PDI Perjuangan dalam membangun sistem kepartaian sudah semakin baik.
Tugas dari Sekjen Partai menjadi sangat berperan dalam mengatur langgam organisasi. Mekanisasi partai berjalan dengan rapi dalam peran kesekjenan.
Ketiga, Partisipasi Kader Muda yang Loyal.
Eksistensi Partai Banteng ini, akan terus berada pada perjuangan yang agresif revolusioner bersama kader-kader mudanya yang sangat loyal. Sebut saja seperti Maruarar Sirait, Ono Surono, Masinton Pasaribu, Rieke Diah Pitaloka, Puti Guntur Soekarno, Adian Napitupulu, Budiman Sujadmiko, dan lainnya.
Kader muda ini belajar membangun loyalitas pada partai dalam suka dan duka, seperti diteladani oleh para senior-senior seperti Alm Alex Litaay, Alm Jacob Nuawea, Alm Mangara Siahaan, Sabam Sirait, dan senior lainnya yang selalu konsisten.
Keberadaan kader-kader muda PDI Perjuangan membuat partai semakin kokoh dalam sistem kepartaian, termasuk dalam hal regenerasi perjuangan partai.
Ditambah lagi dengan keberadaan Badan partai, sayap-sayap partai, tim, dan sekoci-sekoci yang tegak lurus dalam perjuangan dan menjadi benteng bagi partai.
Keempat, perjuangan Ideologi.
PDI Perjuangan adalah partai yang berjuang dalam garis Ideologi yang jelas, yaitu Pancasila sebagaimana termaktub dalam pembukaan UUD 1945 dengan jiwa dan semangat kelahirannya pada 1 Juni 1945.
Anggota PDI Perjuangan dikader dalam satu frame ideologi Indonesia. Ideologi ini yang menjadi roh perjuangan partai, yang ditabur,disemai, ditumbuh dan dikembangkan, sehingga tertanam nilai jatidiri Kebangsaan, Kerakyatan, dan keadilan sosial yang kuat pada anggota.
Kelima, membangun Loyalitas, Solidaritas dan Disiplin Partai.
Gotong royong menjadi watak dari PDI Perjuangan. Penggambaran ini tergambar dalam setiap momen pilkada yang diikuti oleh PDI Perjuangan. Sikap Gotong Royong tercermin dengan saling membantu satu sama lainnya.
Semangat Gotong Royong yang kemudian melahirkan Kesolidtan dalam partai, sehingga terbangun loyalitas kader.
PDI Perjuangan sangat mempercayai kompetensi kadernya, sehingga dalam momen pemilihan kepala daerah, partai selalu memprioritaskan untuk mengusung kader partai. Ini adalah wujud komitmen partai dalam memberikan kontribusi bagi Bangsa dan dalam membangun loyalitas dan kesolidtan partai.
Dalam hal kesatuan gerak Disiplin dan Loyalitas partai, PDI Perjuangan sudah teruji dalam pilkada DKI Jakarta 2017.
Survey Litbang Kompas di Exit Poll TPS membuktikan, bahwa hampir 96% kader PDI Perjuangan mensukseskan dan memilih BaDja. Kesatuan instruksi partai dari atas sampai kebawah dilaksanakan dengan komitmen.
Angka ini jauh tinggi dibanding partai-partai pendukung BaDja lainnya.
Yang Terakhir.
Keenam, kepercayaan Rakyat adalah wujud kekuatan.
Kekuatan partai lainnya adalah diukur bukan hanya karena figur Ibu Megawati sebagai Ketua Umum, namun bagaimana polikus PDI Perjuangan lainnya berperan dalam pengambilan kebijakan dan saat hidup ditengah-tengah rakyat.
Sikap partai yang konsisten bersama rakyat, ini dibuktikan dengan menjadi partai yang paling disenangi oleh kaum muda.
M.Qodari Direktur Eksekutif Indo Barometer pada 11 Desember 2013, mengungkapkan bahwa PDIP paling banyak dipilih pemilih pemula, karena faktor : Dekat degan rakyat, Tokohnya disukai, Loyalitas memilih PDI Perjuangan, kinerja partai, dan para politisinya tidak korupsi.
Apa yang dikemukan oleh M.Qodari terbukti, PDI Perjuangan menjadi partai pemenang pada pemilu 2014.
Catatan Komisi Pemilihan Umum RI juga mencatat, bahwa sejak pemilu 1999 sampai dengan 2014, PDI Perjuangan selalu berada di 3 besar partai pemenang. Pencapaian ini tentunya bukan hanya karena figur Ketua Umum, namun karena Solidaritas perjuangan dan Loyalitas pada partai menjadi hal yang utama bagi kader-kader PDI Perjuangan.
Yang Paling Terakhir.
Mas Denny JA juga tentunya sudah membaca hasil survey kepada 1.200 orang usia diatas 17 tahun yang dilakukan Litbang Kompas pada 25 Sep – 8 Okt 2017. Hasil survey tersebut menempatkan PDI Perjuangan pada posisi dengan Elektabilitas Partai paling besar yaitu 30,3 %.
Sekali lagi, kepercayaan rakyat adalah kekuatan PDI Perjuangan.
Jadi, pernyataan Mas Denny JA yang mengatakan “PDI Perjuangan akan hancur jika terjadi sesuatu yang buruk pada Megawati” adalah sebuah bentuk gagal paham tentang PDI Perjuangan.
Salam,
Ayub Pongrekun – Politisi Muda PDI Perjuangan.