Rektor Universitas Mpu Tantular Deklarasikan Kampus Bhinneka Tunggal Ika

0
607
Foto: Kampus Bhinneka Tunggal Ika dideklarasikan di Universitas Mpu Tantular

 

 

Jakarta, suarakristen.com

Rektor Universitas Mpu Tantular (UMT), Jakarta, Dr. Ir. Mangasi Panjaitan, ME deklarasikan kampusnya sebagai “Kampus Bhinneka Tunggal Ika”.

 

Pendeklarasian ini merupakan bagian dari komitmen sivitas akademika Universitas Mpu Tantular, terhadap keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yang mengalami tantangan radikalisme belakangan ini. Dan yang tak kalah penting, tekad untuk meneguhkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, yang ditulis pujangga Mpu Tantular, dalam bukunya Sutasoma, pada abad XIV masa Kerajaan Majapahit, yang ada kaitannya dengan nama institusi.

 

Hal ini juga terungkap dari paparan Keynote Speaker, oleh Ketua Yayasan Budi Murni Jakarta (yang menaungi Universitas Mpu Tantular), Budi P. Sinambela, BBA, dalam Seminar Nasional yang digelar sebelum pembacaan Deklarasi. Menurut Budi, dalam kitab Sutasoma tersebut Mpu Tantular menuliskan kalimat yang intinya bahwa agama Buddha dan Siwa (Hindu) merupakan zat yang berbeda, tetapi nilai-nilai kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal. Terpecah belah, tetapi satu jua, artinya tak ada dharma yang mendua.

 

Sebab itu, nama besar Mpu Tantular pula yang menjadi inspirasi pemilihan nama Universitas Mpu Tantular pada tahun 1984, oleh pendirinya Prof. DR. Kanjeng Raden Tumenggung (sekarang Kanjeng Pangeran Tumenggung) Tarnama Sinambela Kusumonagoro, bersama partnernya Dr. M.O Tambunan, Jasudin Panjaitan dan beberapa lainnya.

 

Seminar Nasional itu sendiri bertajuk “Mengaktualisasikan Kembali Bhinneka Tunggal Ika Sebagai Jatidiri Bangsa Indonesia”, yang digelar hari Rabu, 12 Juli 2017, di Aula Hiobadja, Lt. 8 Kampus Universitas Mpu Tantular, Jl. Cipinang Besar No. 2, Jakarta Timur.

 

Seminar menampilkan pembicara Dr. Anas Saidi, Deputi I Bidang Pengkajian dan Materi Unit Kerja Presiden- Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP PIP) sebagai pengganti narasumber sebelumnya, Prof. Dr. Yudi Latif. Pembicara kedua, Dr. Ngatawi Al-Zastrouw, Sosiolog dan Budayawan NU dan Dosen Pasca Sarjana IAIN Yogyakarta, yang dulu dikenal sebagai jurubicara pribadi Alm. Presiden Gus Dur menggantikan Yenni Wahid, sementara seminar dipandu moderator Bambang Suroso, SH, MH (dosen UMT).

Baca juga  Majelis Pekerja Buruh Indonesia (MPBI)  Tolak Omnibus Law RUU Cipta Kerja.

 

Dalam paparannya, Anas Saidi mengatakan, enam bulan terakhir berkembang politik primordialisme, yang bisa menimbulkan perpecahan.

 

“Sebab mencoba-coba mengganti ideologi, itu sudah tergolong subversi ideologi. Sebab Indonesia, bukan negara agama,” tandasnya.

 

Menurutnya, siapapun yang ingin menentang ideologi Negara, patut diambil tindakan keras. Seperti salah satunya ormas HTI, yang tidak mengakui Pancasila sebagai dasar negara.

 

Sementara itu, Zastrouw mengatakan, sejak dulu, Nusantara itu sejak ada, sudah kodratnya beragam.

 

“Beragam suku, agama, ras, dengan segala latar belakangnya. Oleh sebab itu, siapapun harus menerimanya. Tidak bisa yang satu menindas yang lain, yang satu menyakiti lainnya,” bebernya.

 

Perihal Universitas Mpu Tantular ingin menjadikan kampus Bhinneka Tunggal Ika sebagai Pusat Studi Kajian Kebhinnekaan, Zastrow sangat mendukung.

 

“Saya sangat mendukung, apabila Universitas Mpu Tantular ingin mendeklarasikan kampus ini sebagai Kampus Bhinneka Tunggal Ika, dan membuat Pusat Studi Kebhinnekaan. Namun harus serius mengkaji kitab Sutasoma yang berjilid-jilid itu,” tandasnya.

 

Usai tanya-jawab seminar, barulah dibacakan Deklarasi Kampus Bhinneka Tunggal Ika, diresmikan dengan pemukulan gong oleh Ketua Yayasan. Saat gong berbunyi yang ketiga, beberapa mahasiswa membentangkan spanduk ‘Kampus Bhinneka Tunggal Ika-Universitas Mpu Tantular’ disentak bunyi party poppers, dan disambut lagu ‘Kebyar-kebyar’ oleh Sekretaris Panitia, Danny PH Siagian, SE, MM.

 

Setelah itu, penyerahan plakat kepada pembicara oleh Bendahara Yayasan, Dewi Christina Sitorus, SE dan Rektor. Acara ditutup dengan doa yang dipimpin Wakil Rektor III, Drs. H. Suyitno, MM.

 

Ada sekitar 200-an peserta yang hadir diantaranya: Prof. Dr. Payaman Simanjuntak, Guru Besar Ilmu Manajemen, Warek Bid. Kerjasama Ubhara Jakarta, Diah Ayu Permatasari, ST, SIP, M.IR, Monang Sitorus (mantan Bupati Tobasa). Juga hadir jajaran BPH Yayasan dan Rektorat, Dekanat, Struktural, hingga para mahasiswa, serta undangan sekolah SMA wilayah Jakarta Timur dan Bekasi, ormas luar kampus, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan tamu lainnya.

Baca juga  H. Bustan Pinrang Pengamat Ekonomi Apresiasi Jokowi Mampu Jaga Pertumbuhan Ekonomi Rata-Rata 5 Persen

 

Acara Seminar Nasional sebelumnya diawali upacara Nasional dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya oleh mahasiswi, dilanjutkan hening cipta dan pembacaan Teks Pancasila oleh Dekan Fakultas Maritim, Alfais Amin, S.Sos, MM.PIA. Kemudian, Ketua Panitia, Dr. Rr. Dijan Widijowati, SH, MH menyampaikan laporannya, dilanjutkan sambutan Rektor.

 

Hingga kini, Kampus Bhinneka Tunggal Ika ini memiliki 7 (tujuh) fakultas yaitu: Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi, Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan, Fakultas Maritim, Fakultas Teknologi dan Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Fakultas Ilmu Konunikasi, serta Program Pascasarjana untuk Prodi Manajemen dan Ilmu Hukum. (ben/dans)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here