Oleh: Hotben Lingga
Jakarta, Suarakristen.com.,
“Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) merupakan salah satu organisasi mahasiswa terbesar dan terbaik di Indonesia. Selama 66 tahun GMKI telah berkiprah untuk bangsa, masyarakat dan gereja. GMKI telah melahirkan puluhan ribu kader dan alumni di seluruh nusantara. GMKI merupakan salah satu sekolah kader terbaik di Republik Indonesia. Sudah banyak alumni GMKI yang memberikan kontribusi besar dan signifikan dalam hampir semua bidang kehidupan. Karenanya, roda organisasi GMKI diharap mampu terus bergerak dan berkembang demi memberikan kontribusi besar bagi kemajuan bangsa dan gereja.
Karenanya, GMKI harus terus berjuang, eksis, dan hadir sebagai organisasi kader yang mempersiapkan kader-kader pemimpin bagi bangsa, masyarakat dan gereja-gereja.
Kami berharap para alumni GMKI bisa lebih pro-aktif bekerja-sama membantu menggerakkan organisasi demi tercapainya visi-misi GMKI untuk kemajuan bangsa,” demikian antara lain kata sambutan ketua umum Pengurus Pusat GMKI masa bakti 2014-2016, Ayub Manuel Pongrekun, M.Si. dalam acara Dies Natalis GMKI ke-66, di Graha Oikumene PGI, Salemba, Jakarta, (9/2/16).
Tambah Ayub Pongrekun lagi, “PP GMKI, dan seluruh BPC serta komisariat-komisariat GMKI harus memaksimalkan seluruh potensi dan jaringan yang sudah dimiliki.Kita bersyukur bahwa ada ratusan komisariat-komisariat GMKI yang tersebar di 89 cabang dari Merauke sampai Sabang. Semua ini boleh terjadi karena kasih karunia dan penyertaan sang Kepala gerakan atas persekutuan ini. Pencapaian GMKI selama ini tidak bisa dilepaskan dari dukungan senior-senior GMKI dalam segala bentuk. Ucapan terima kasih atas semua dukungan senior adalah sesuatu yang perlu kita sampaikan, karena eksistensi dari gerakan ini tidak lepas dari dukungan senior-senior. Keberadaan Perkumpulan Senior GMKI adalah sebagai bentuk kelembagaan dari peran senior dalam membesarkan GMKI.”
Kilas balik Ayub lagi,”Lembaran sejarah GMKI juga menuliskan catatan Johannis Leimena yang pernah berproses dan meletakkan dasar-dasar gerakan ini, dan menjadi pejabat Presiden sampai tujuh kali, atas kepercayaan Presiden Soekarno karena kesetiaannya dalam berbangsa.
Optimislah saudara, sebab ada kisah dari seorang Profesor Bungaran Saragih yang “menyesal” ikut GMKI karena membuatnya tidak berani korupsi ketika menjadi Menteri Pertanian Republik Indonesia.
Banggalah, kita memiliki Jacobus Camarlow Mayongpadang kader GMKI yang ikut Aksi Mogok Makan dalam memperjuangkan penolakan kenaikan BBM oleh pemerintah ketika menjadi anggota Komisi V DPR RI.
Gerakan ini juga memiliki Profesor J. Sahetapy yang selalu berani menyatakan dan mengajarkan kebenaran-kebenaran hukum di tengah-tengah bangsa.
Kita juga mesti bergembira dengan peran dari kader teologia, Pdt. Dr. Andreas A. Yewangoe, mantan Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia yang jujur dan berani menyuarakan suara-suara kenabian dari mimbar-mimbar gereja.
Dan bertekunlah saudara-saudara, sebab 7 kader GMKI telah wafat dalam misi pengabdiannya di kaki Gunung Sinabung. Mereka meyakinkan kita bahwa Tinggi Iman, Tinggi Ilmu dan Tinggi Pengabdian adalah kekuatan persekutuan ini.
Kehadiran GMKI masih sangat dibutuhkan untuk menciptakan semakin banyak kader-kader untuk kebaikan bangsa. Kita berharap semakin banyak kader-kader GMKI yang berjuang bagi orang-orang kecil dan berani menyatakan kebenaran. Gerakan Oikumenisme dan Nasionalisme adalah nilai yang mesti terus diupayakan. Inilah karya Tuhan bagi kita semua dan bagi bangsa kita Indonesia.
Bersukacita dan bergembiralah atas Dies Natalis 66 tahun GMKI. Percayalah, bahwa Dia yang memberi makan 5000 orang dengan 2 ekor ikan dan 5 roti, maka Dia juga yang akan memberi “makan“ dan menguatkan persekutuan ini.”
Tegas Ayub lebih lanjut lagi,”Kondisi zaman yang semakin membuat sebagian besar mahasiswa semakin hedonis, dan hal ini memberi dampak pada GMKI sebagai sebuah lembaga kader. Bahwa pilihan kita untuk mengabdi bagi gerakan ini adalah pilihan yang berat namun penuh nilai yang berharga.
Untuk itu, kita berharap kehadiran Perkumpulan Senior GMKI menjadi langkah lanjutan dari dukungan senior-senior terhadap tumbuh dan berkembangnya persekutuan ini. ”
“Ke-Bhineka-an Indonesia terus digerogoti. Menyebabkan ancaman keutuhan Indonesia sebagai sebuah Bangsa dan Negara. Semakin tingginya semangat egosentrisme di masing-masing agama di Indonesia adalah sebuah ancama ber-Bangsa. Rasa perbedaan yang menjadi anugerah bangsa ini seringkali tidak mampu diterima dengan baik oleh segenap anak bangsa. Transfer ideologi dari luar negeri juga memberikan dampak yang kurang baik pada ke-Bhineka-an yang disatukan oleh Pancasila.
Padahal, pemenuhan hak-hak pendidikan masih menjadi persoalan. Menyebabkan banyaknya anak anak bangsa yang tidak lagi bisa melanjutkan pendidikan karena biaya yang mahal. Regulasi pemerintah melalui Undang Undang Sistem Pendidikan Tinggi membuat kebebasan perguruan tinggi mengumpulkan dana dari mahasiswa sehingga pembiayaan pada tingkatan perkuliahan menjadi mahal. Hal ini membuat banyak anak kurang mampu terpaksa putus sekolah akibat biaya pendidikan yang semakin mahal.”kata Ayub lagi.
Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (Menpora), Imam Nahrawi yang turut hadir dalam Dies Natalis 66 Tahun Gerakan Mahasiswa Indonesia (GMKI) ini memberi kata sambutan singkat,” GMKI merupakan organisasi kemahasiswaan pertama, yang kemudian diikuti organisasi kemahasiswaan dan kepemudaan lainnya.Saya mengucapkan Dirgahayu ke 66 tahun GMKI. Kita berharap, GMKI bisa tetap eksis dalam khasanah OKP di negeri ini,”
Ungkap Imam lagi, “seminggu lalu ketika ada pertemuan, saya dipaksa untuk memberi sambutan langsung di acara Dies Natalis 66 tahun GMKI ini.
Tapi, seandainya juga tidak dipaksa, saya pasti akan hadir. Karena saya sangat menghargai salah satu guru politik saya, Sabam Sirait, senior GMKI. Mohon tepuk tangan untuk pak Sabam Sirait, ungkap Imam dengan penuh antusias, disambut tepuk tangan para hadirin
“Selain itu, saya juga punya sahabat terbaik ketika di DPR, saudara Michael Wattimena. Ada lagi rekan saya sesama aktivis dulu, Alex Paat,” ungkapnya.
Mantan anggota DPR RI 4 (empat) periode ini juga mengatakan, dirinya punya kenangan tersendiri terhadap GMKI semasih menjadi mahasiswa di Surabaya.
“Saya punya kenangan tersendiri dengan GMKI, ketika saya masih jadi mahasiswa di Surabaya. Saya ini aktivis HMI, dan juga dulu tukang demo. Jadi, sering pusat kegiatan kami bermarkas di dekat sekretariat GMKI Surabaya,” kenangnya.
Karena itu, mantan Sekjen DPP PKB ini mengingatkan, “Indonesia harus mensyukuri keberagaman (pluralisme)yang dimiliki bangsa ini, sehingga masing-masing pihak harus bisa menghargai perbedaan yang ada.Kita harus mensyukuri keberagaman yang ada di Indonesia. Karena itulah yang menjadi kekayaan yang diberikan Tuhan kepada bangsa ini. Oleh sebab itu, kita harus bisa saling menjaga dan saling menghargai perbedaan yang ada,”
“Kita juga punya program yang membina para pemuda, untuk mencegah berkembangnya paham-paham intoleran. Kita berharap, GMKI juga nanti dapat terlibat dalam program tersebut,” harapnya.
Sementara itu, salah seorang alumni,sesepuh dan guru politik yang juga senior GMKI, Sabam Sirait, dalam sambutannya, menyatakan,”GMKI didirikan untuk menjadi organisasi kader. GMKI saat ini harus terus mempersiapkan kader-kader bangsa dan gereja. GMKI harus merekrut sebanyak mungkin mahasiswa untuk dipersiapkan menjadi pemimpin-pemmpin masa depan bangsa. GMKI harus bangkit lagi sebagai gerakan kader dan gerakan pemikir.”
Dalam dies tersebut, orasi ilmiah bertema:Menuju Masa Depan Bersama: Membangun Komunitas Pengetahuan Indonesia, dibawakan oleh senior GMKI, Prof. Armien ZR Langi, Ph.D (Guru Besar ITB) sekaligus Rektor Universitas Kristen Maranata (UKM), Bandung.
Hadir dalam acara dies antara lain: Anggota DPR RI, Michael Wattimena, SE, MM, yang juga sebagai Ketua Umum DPP GAMKI (mantan Bendahara Umum PP GMKI); Sekretaris MPH PGI, Gomar Gultom, M.Th; Rekson Silaban, Alex Paat, Edward Tanary, Firman Djaya Daely, Marim Purba, Robert Sitorus, Sunggul Siahaan, Panangian Sihombing (Ketum DPP Partisipasi Kristen Indonesia), Tio Sianipar (Ketua umum BPC GMKI Jakarta), Jeirry Sumampouw, Supriadi Narno, Mamberob Rumakiek, Sherly Wattimena, Adolfin Deslina Datang, dan dari beberapa organisasi mahasiswa dan kepemudaan seperti: GMKI Cabang Jakarta; GAMKI, HMI; PMKRI, GMNI, serta para senior GMKI berbagai angkatan. Acara hiburan diisi oleh artis terkenal, Joy Tobing.
Di awal acara, Ibadah Pengucapan Syukur dipimpin oleh Pdt. Nus Liur, M.Th. Tak ketinggalan, pemotongan tumpeng dilakukan Ketua Umum PP GMKI, dan diserahkan pertama kepada Menpora, Imam Nahrawi dan para senior.
Sekitar 500 anggota GMKI dan undangan menghadiri acara tersebut.