Dari Asa Menjadi Aksi: Yayasan Samara Wujudkan Mimpi Sena A. Utoyo, Bangun Pusat Pendidikan Pantomim Nasional
Jakarta, Senin, (7/7/2025)
Dua puluh tujuh tahun setelah kepergiannya, cita-cita mendiang Sena A. Utoyo, Maestro Pantomim Indonesia, untuk memiliki sekolah dan yayasan seni bagi seniman yang memiliki keterbatasan, kini mulai terwujud. Ayu Basir Nurdin, S.Sn., S.H., M.H., M.Kn, Pembina Yayasan Samara, memprakarsai serangkaian kegiatan bertajuk “Merindu Sena A. Utoyo” yang berlangsung selama tiga hari, mulai Senin (7/7/2025) hingga Rabu (9/7/2025).
“Almarhum Sena A. Utoyo memiliki cita-cita dan keinginan untuk mempunyai sekolah dan juga yayasan seni untuk para seniman yang bisa dikatakan tidak mempunyai kapasitas finansial,” ungkap Ayu kepada awak media di TPU Jeruk Purut, Senin pagi, saat mengawali acara dengan ziarah makam. Ia menambahkan bahwa Yayasan Samara ingin membuat sekolah pantomim guna membantu para seniman di Indonesia sebagai upaya mengabadikan asa almarhum. Acara “Merindu Sena A. Utoyo” ini dipusatkan di Jatha Coffee & Roastery, Pondok Aren, Tangerang Selatan. Isdaryanto B. Oetomo, yang ditunjuk Ayu Basir Nurdin sebagai Ketua Panitia, menegaskan bahwa kegiatan ini digelar dalam upaya memperjuangkan cita-cita Sena A. Utoyo, khususnya untuk membangun sekolah pantomim di Indonesia.
Ghita A. Utoyo, keponakan pertama mendiang Sena A. Utoyo, mengenang sosok pamannya sebagai pribadi yang sangat tulus dan selalu berusaha membahagiakan orang lain. “Saya sejak kecil sudah tahu banget, almarhum itu orangnya sangat sayang sama orang lain, tulus banget, jiwa raganya untuk membahagiakan orang,” ujar Ghita. Ia berharap karya-karya Sena A. Utoyo dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan _artist passion._ Ghita juga menyoroti pentingnya seni sebagai media ekspresi diri, bukan hanya untuk tujuan komersial. Ia berharap kegiatan ini dapat mengangkat kembali kiprah seniman legendaris di bidang pantomim, yang berfokus pada olah tubuh dan ekspresi diri. “Jika saat ini anak muda lebih banyak ke area digital atau lifestyle, maka saat kita munculkan kembali lagi jati diri orang melalui ekspresi khususnya pantomim di olah tubuh dan di pantomim teater,” jelasnya.
Putra mendiang Sena A. Utoyo menambahkan bahwa almarhum ayahnya memiliki misi untuk mengembangkan pantomim di Indonesia. Ia berharap bantuan dari para seniman di seluruh Indonesia dapat memperkenalkan kembali dunia pantomim dan seni gerak di Tanah Air. “Ayah meninggal saat saya umur 4 tahun, Ayah meninggal pada tahun 1998, dulu Ayah meninggal saat lagi syuting,” kenangnya.
Meskipun tak banyak mengenal sosok sang ayah secara langsung, ia tahu dari teman-teman dan sahabat ayahnya bahwa Sena A. Utoyo adalah seniman sejati.
Yayasan Samara, yang baru diresmikan sekitar Januari hingga Maret, kini mulai meluncurkan program-programnya. Acara “Merindu Sena A. Utoyo” dihadiri oleh anak yatim piatu dari masjid, dilanjutkan dengan pameran foto dokumentasi, mural, doa bersama, serta penghargaan bagi individu yang turut berkontribusi.
“Harapan kami nanti selanjutnya semoga Yayasan Samara dan juga pantomim dan seniman Indonesia lebih mempunyai akses untuk berkarya dan juga Yayasan Samara bisa membantu sekolah pantomim di Indonesia, saat ini segera diluncurkan,” tutur putra almarhum. Ia menutup dengan bangga menceritakan bahwa karya-karya ayahnya bahkan pernah dipamerkan di Jerman, menunjukkan pencapaian yang luar biasa dalam seni teater musikal.



















