Sandri Rumanama: POLRI Garda Terdepan Kemanusiaan, Negara Tak Boleh Kalah oleh Framing Media Sosial
Jakarta, Gramediapost.com
Di tengah meningkatnya eskalasi bencana alam di berbagai wilayah Indonesia, peran Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) kembali menegaskan eksistensinya sebagai garda terdepan dalam misi-misi kemanusiaan. Namun ironisnya, kerja nyata tersebut kerap tertutup oleh framing negatif di ruang media sosial yang tidak mencerminkan realitas di lapangan.
Hal tersebut ditegaskan oleh Sandri Rumanama, Pengamat Politik Internasional yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Umum PB SEMMI sekaligus Direktur HAI Institut, dalam pernyataan tegasnya kepada publik, Selasa, (9/12)
“POLRI selalu menjadi garda terdepan dalam setiap penanganan bencana di Indonesia. Namun framing media sosial terhadap kinerja POLRI justru sering kali dibangun secara buruk dan tidak adil.”
Menurut Sandri, sejak detik pertama bencana terjadi, kehadiran POLRI tidak hanya menjalankan fungsi keamanan, tetapi juga menjadi ujung tombak evakuasi, distribusi bantuan, penyelamatan korban, hingga pemulihan sosial masyarakat terdampak. Fakta tersebut adalah realitas yang tak bisa dibantah.
Namun demikian, ia menyoroti adanya ketimpangan dalam pertarungan opini di ruang digital, di mana narasi negatif sering kali lebih cepat menyebar dibandingkan fakta di lapangan.
“Komunikasi negara harus jauh lebih komprehensif, strategis, dan cepat. Negara tidak boleh kalah oleh influencer dan buzzer. Negara harus menjadi pengendali utama narasi publik.”
Sandri menegaskan bahwa perang opini di media sosial hari ini adalah bagian dari medan pertahanan negara modern. Bila tidak dikelola secara serius, maka institusi negara, termasuk POLRI, akan terus menjadi sasaran pembentukan persepsi yang menyesatkan publik.
Lebih jauh, ia menekankan bahwa keadilan informasi adalah bagian dari keadilan sosial. Ketika kerja kemanusiaan dipelintir oleh narasi negatif, maka yang dirugikan bukan hanya institusi, tetapi juga kepercayaan rakyat terhadap negara itu sendiri.
“Membela kebenaran bukan berarti membela institusi secara buta. Ini adalah soal membela fakta, membela kerja kemanusiaan, dan membela martabat negara di mata rakyatnya sendiri.”
Di akhir pernyataannya, Sandri mengajak seluruh elemen bangsa pemerintah, media, akademisi, tokoh masyarakat, hingga generasi muda untuk bersama-sama menjaga kewarasan ruang publik, meluruskan informasi, dan memastikan bahwa nilai kemanusiaan, keadilan, dan kebenaran tetap menjadi panglima dalam setiap peristiwa bangsa.(Bar.S)



















