Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
Agama

“Manusia yang Dicari Tuhan”, Renungan Johanes Libu Doni Soroti Makna Penerimaan dan Pertobatan

×

“Manusia yang Dicari Tuhan”, Renungan Johanes Libu Doni Soroti Makna Penerimaan dan Pertobatan

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

“Manusia yang Dicari Tuhan”, Renungan Johanes Libu Doni Soroti Makna Penerimaan dan Pertobatan

 

Example 300x600

Jakarta, Gramediapost.com

 

Sebuah tulisan reflektif berjudul “Manusia yang Dicari oleh Tuhan” karya Johanes Libu Doni, SS., Penerjemah Ahli Muda pada Pusat Strategi Kebijakan Hukum dan Peradilan Mahkamah Agung RI, menarik perhatian pembaca dengan pesan mendalam mengenai kasih Tuhan, penolakan, dan proses pertobatan manusia.

Dalam renungannya, Johanes menegaskan bahwa sejak awal penciptaan, Tuhan telah menanamkan hasrat akan kasih ilahi dalam diri manusia. Ia mengutip Pengkhotbah 3:11 untuk menunjukkan bahwa kehidupan kekal sudah tertanam dalam hati manusia, namun kerap terabaikan karena ketamakan dan kesombongan.

Melalui kisah Zakheus dalam Injil Lukas 19, Johanes menggambarkan bagaimana Tuhan mencari manusia yang tersisih dan dianggap berdosa. Zakheus, kepala pemungut cukai yang dibenci masyarakat Yerikho, justru menerima sapaan dan kunjungan langsung dari Yesus. Menurut Johanes, momen tersebut menunjukkan bahwa Tuhan tidak melihat status sosial, melainkan kerinduan terdalam manusia untuk kembali kepada-Nya.

“Penolakan adalah penyakit mematikan yang merusak hubungan manusia dengan Tuhan dan sesama,” tulis Johanes, seraya menekankan bahwa penolakan sosial sering melahirkan berbagai tindakan destruktif seperti kekerasan, perundungan, hingga kehilangan jati diri. Ia menambahkan bahwa belas kasih dan penerimaan adalah kunci untuk memulihkan luka batin seseorang.

Dalam tulisannya, Johanes juga menyinggung perumpamaan orang Samaria yang baik hati sebagai contoh bahwa kasih Tuhan melampaui batas sosial, budaya, dan agama. Kisah itu menjadi ajakan bagi masyarakat untuk mengutamakan kepedulian dan empati di atas aturan formalitas keagamaan.

Zakheus digambarkan sebagai simbol manusia yang akhirnya menemukan kembali jati dirinya melalui pertobatan. Ia berjanji memberikan setengah hartanya kepada orang miskin dan mengganti empat kali lipat kepada orang yang pernah ia rugikan. Tindakan itu, menurut Johanes, adalah buah dari penerimaan dan kasih Tuhan yang tulus.

Di bagian akhir, Johanes mengajak pembaca untuk merenungkan apakah mereka telah menanggapi panggilan Tuhan yang terus “mencari dan menyelamatkan yang hilang” sebagaimana tertulis dalam Lukas 19:9–10. “Panggilan Tuhan membutuhkan tanggapan serius agar kasih-Nya menguasai hidup manusia sepenuhnya,” tulisnya.

Renungan ini menjadi pengingat bahwa setiap manusia memiliki nilai yang tak ternilai di mata Tuhan, dan bahwa jalan keselamatan terbuka bagi siapa pun yang merespon panggilan belas kasih-Nya.

 

Manusia yang di cari oleh tuhan
Di setiap perjalanan manusia, selalu ada ruang yang tak pernah benar benar terisi. Ruang itu bernama kerinduan akan kasih kasih yang tidak berubah, tidak menuntut balasan, dan tidak menyisakan luka. Dalam tradisi iman, ruang itu diyakini ditanamkan langsung oleh Tuhan sejak manusia pertama kali dihembuskan napas kehidupan.

Alkitab menggambarkan misteri itu dengan sederhana: “Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka.” (Pengkhotbah 3:11). Ada sesuatu dalam diri manusia yang selalu mencari pulang. Namun kerinduan ini kerap tenggelam di balik kesibukan, ambisi, dan luka-luka hidup.

Dan di kota Yerikho, kerinduan itu menemukan sosoknya Zakheus.

Zakheus dan Kerinduan yang Ditertawakan

Ia dikenal sebagai kepala pemungut cukai sebuah profesi kaya, bergengsi, namun dibenci. Kekayaannya mungkin berlimpah, tetapi jiwanya kerontang. Setiap langkahnya diikuti cibiran, setiap tatapannya dihindari. Ia adalah orang yang “salah” di mata banyak orang, pendosa yang dianggap tak layak dikasihi.

Namun ada satu hal yang tak bisa dimatikan oleh stigma kerinduan Zakheus untuk bertemu Yesus.

Ia memanjat pohon arat indakan yang mungkin terlihat kekanak-kanakan bagi seorang pejabat kota. Tetapi orang yang haus tidak peduli bagaimana ia terlihat ketika mencari air. Zakheus hanya ingin melihat wajah yang selama ini ia dengar membawa pengampunan.

Dan di sana, dari kerendahan cabang cabang pohon ara, kerinduan dua hati bertemu.

“Zakheus, turunlah.”

Satu kalimat Yesus memecah kebekuan hidup Zakheus
“Segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.” (Lukas 19:5).

Yesus tidak hanya melihatnyaIa memanggilnya, menyebut namanya. Dalam sekejap, Zakheus yang selama ini disisihkan masyarakat justru dipilih untuk dijadikan tempat singgah Tuhan.

Kerumunan pun bergemuruh. Sebagian bergumam sinis
“Ia menumpang di rumah orang berdosa.”

Namun, kasih selalu melangkah melewati batas batas yang dibuat manusia. Yesus tidak datang untuk membenarkan gunjingan; Ia datang untuk membungkamnya dengan kehadiran-Nya.

Di rumah Zakheus, air kasih Tuhan membasuh ruang-ruang jiwa yang selama ini kering. Di sanubari yang hancur karena penolakan, benih pertobatan tumbuh.

Pertobatan yang Lahir dari Penerimaan

Tanpa dihakimi, tanpa diberi daftar kesalahan, Zakheus berdiri dan berkata

“Setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin, dan jika ada yang kuperas, akan kukembalikan empat kali lipat.”

Kasih yang diterima dengan tulus selalu melahirkan perubahan. Zakheus tidak berubah karena takut dihukum, tetapi karena hatinya disentuh oleh belas kasih yang tidak pernah ia dapatkan dari manusia. Pelukan Tuhan membongkar batu yang selama ini mengeras di dalam dirinya.

Yesus pun meneguhkan
“Hari ini telah terjadi keselamatan bagi rumah ini Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.”

Dan kita pun melihat diri kita sendiri di Sanskrit rumah kecil milik Zakheus duduk berhadapan dengan Tuhan yang tidak malu menyebut kita berharga.

Ketika Kasih Melampaui Batas

Kisah Zakheus bertemu dengan gambaran lain tentang kasih Orang Samaria yang baik hati. Seorang asing yang dipandang rendah oleh bangsa Yahudi, namun justru menjadi tangan Tuhan bagi orang yang dirampok di jalur Yerusalem Yerikho.

Ia menyirami luka orang asing itu dengan minyak dan anggur, mengangkatnya ke atas keledai, dan merawatnya dengan biaya pribadi. Ia tidak menanyakan agama, status, atau moralitas. Ia hanya melihat manusia yang perlu dikasihi.

Belas kasih itulah yang menjadi inti seluruh perjalanan iman kasih yang bergerak, yang merangkul, yang menolong, yang memulihkan.

Dikejar untuk Dipulangkan
Kisah kisah ini menegaskan satu hal: manusia selalu dicari Tuhan. Kita dicari bukan karena kita sempurna, tetapi karena kita berharga. Sesuatu hanya dicari jika ia bernilai.

Tuhan mencari manusia yang hilang seperti seorang ibu mencari anaknya, seperti seorang gembala mencari dombanya, seperti seorang sahabat mencari sahabat yang menjauh.

Dan pertanyaannya kini diarahkan kepada kita:
Apakah kita membiarkan diri ditemukan?

Zakheus membuka pintu rumahnya dan hidupnya berubah. Orang Samaria membuka pintu hatinya, dan dunia yang terbelah oleh kebencian menemukan harapan.

Kasih yang Menunggu Diujung Batu-Batu Jalan

Di balik setiap langkah hidup, Tuhan selalu menunggu kita membuka hati: melalui Kitab Suci, melalui doa, melalui sesama, melalui momen-momen kecil yang menyentuh nurani kita.

Kita mungkin lelah, merasa tidak layak, tersisih, atau terhimpit oleh penolakantetapi kasih Tuhan tidak pernah lelah mengejar.

Seperti di Yerikho, Ia masih berkata pada setiap manusia yang memanjat pohon ara kehidupannya

“Turunlah. Aku ingin tinggal di rumahmu hari ini.”“Manusia yang Dicari Tuhan”, Renungan Johanes Libu Doni Soroti Makna Penerimaan dan Pertobatan

Sebuah tulisan reflektif berjudul “Manusia yang Dicari oleh Tuhan” karya Johanes Libu Doni, SS., Penerjemah Ahli Muda pada Pusat Strategi Kebijakan Hukum dan Peradilan Mahkamah Agung RI, menarik perhatian pembaca dengan pesan mendalam mengenai kasih Tuhan, penolakan, dan proses pertobatan manusia.

Dalam renungannya, Johanes menegaskan bahwa sejak awal penciptaan, Tuhan telah menanamkan hasrat akan kasih ilahi dalam diri manusia. Ia mengutip Pengkhotbah 3:11 untuk menunjukkan bahwa kehidupan kekal sudah tertanam dalam hati manusia, namun kerap terabaikan karena ketamakan dan kesombongan.

Melalui kisah Zakheus dalam Injil Lukas 19, Johanes menggambarkan bagaimana Tuhan mencari manusia yang tersisih dan dianggap berdosa. Zakheus, kepala pemungut cukai yang dibenci masyarakat Yerikho, justru menerima sapaan dan kunjungan langsung dari Yesus. Menurut Johanes, momen tersebut menunjukkan bahwa Tuhan tidak melihat status sosial, melainkan kerinduan terdalam manusia untuk kembali kepada-Nya.

“Penolakan adalah penyakit mematikan yang merusak hubungan manusia dengan Tuhan dan sesama,” tulis Johanes, seraya menekankan bahwa penolakan sosial sering melahirkan berbagai tindakan destruktif seperti kekerasan, perundungan, hingga kehilangan jati diri. Ia menambahkan bahwa belas kasih dan penerimaan adalah kunci untuk memulihkan luka batin seseorang.

Dalam tulisannya, Johanes juga menyinggung perumpamaan orang Samaria yang baik hati sebagai contoh bahwa kasih Tuhan melampaui batas sosial, budaya, dan agama. Kisah itu menjadi ajakan bagi masyarakat untuk mengutamakan kepedulian dan empati di atas aturan formalitas keagamaan.

Zakheus digambarkan sebagai simbol manusia yang akhirnya menemukan kembali jati dirinya melalui pertobatan. Ia berjanji memberikan setengah hartanya kepada orang miskin dan mengganti empat kali lipat kepada orang yang pernah ia rugikan. Tindakan itu, menurut Johanes, adalah buah dari penerimaan dan kasih Tuhan yang tulus.

Di bagian akhir, Johanes mengajak pembaca untuk merenungkan apakah mereka telah menanggapi panggilan Tuhan yang terus “mencari dan menyelamatkan yang hilang” sebagaimana tertulis dalam Lukas 19:9–10. “Panggilan Tuhan membutuhkan tanggapan serius agar kasih-Nya menguasai hidup manusia sepenuhnya,” tulisnya.

Renungan ini menjadi pengingat bahwa setiap manusia memiliki nilai yang tak ternilai di mata Tuhan, dan bahwa jalan keselamatan terbuka bagi siapa pun yang merespon panggilan belas kasih-Nya.

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *