Ikbal, Ketua Aliansi Rakyat Anti Hoaks Hadiri Acara Gelar Pahlawan Nasional untuk Presiden Soeharto
“Menghargai Jasa Besar, Menjaga Warisan Sejarah Bangsa”
Jakarta, 12 November 2025 —
Ketua Aliansi Rakyat Anti Hoaks (ARAH), Ikbal, turut menghadiri acara Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional untuk Presiden Kedua Republik Indonesia, H.M. Soeharto, yang digelar dengan khidmat di Jakarta. Kehadiran Ikbal mewakili semangat masyarakat sipil yang menilai bahwa pengakuan terhadap jasa besar seorang tokoh bangsa adalah bagian dari upaya menjaga keutuhan sejarah nasional dan melawan distorsi informasi yang sering menyesatkan publik.
Dalam kesempatan itu, Ikbal menegaskan bahwa Aliansi Rakyat Anti Hoaks mendukung langkah pemerintah dan masyarakat dalam meluruskan sejarah nasional dengan pendekatan objektif, bukan berbasis pada persepsi atau narasi sepihak.
“Sudah saatnya bangsa ini berdamai dengan sejarah. Pak Harto adalah bagian tak terpisahkan dari perjalanan panjang Indonesia. Ada kontribusi besar yang nyata—dari stabilitas ekonomi, pembangunan infrastruktur, hingga penguatan ketahanan nasional. Penghargaan ini bukan sekadar simbol, tetapi pengakuan atas dedikasi seorang pemimpin terhadap bangsanya,” ujar Ikbal.
Menurutnya, di tengah derasnya arus informasi digital, sering kali warisan sejarah bangsa disalahpahami atau dipelintir oleh hoaks dan propaganda yang menyesatkan generasi muda.
Kita tidak boleh membiarkan sejarah dikaburkan. Hoaks tentang masa lalu hanya akan melahirkan kebencian dan perpecahan. Aliansi Rakyat Anti Hoaks berdiri untuk memastikan kebenaran tetap hidup,” tegasnya.
Acara gelar Pahlawan Nasional untuk H.M. Soeharto sendiri disambut dengan penuh rasa hormat oleh berbagai kalangan, termasuk tokoh masyarakat, akademisi, dan aktivis muda. Momentum ini menjadi refleksi bahwa perjuangan dan jasa besar seorang tokoh dapat diakui tanpa harus menghapus ruang kritik dan evaluasi sejarah.
Ikbal menutup pernyataannya dengan mengajak seluruh elemen bangsa untuk meneladani semangat pengabdian Soeharto terhadap kedaulatan dan persatuan Indonesia.
“Kita boleh berbeda pandangan, tapi jangan berbeda kecintaan terhadap Indonesia. Gelar pahlawan ini adalah pengingat bahwa membangun bangsa memerlukan keberanian, kerja keras, dan dedikasi tanpa pamrih,” pungkasnya.



















