Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
Nasional

KKP dan FAO Sosialisasikan Aplikasi Pelaporan Penyakit Ikan SICEKATAN di Jambi

×

KKP dan FAO Sosialisasikan Aplikasi Pelaporan Penyakit Ikan SICEKATAN di Jambi

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

KKP dan FAO Sosialisasikan Aplikasi Pelaporan Penyakit Ikan SICEKATAN di Jambi

 

Example 300x600

JAMBI, 15 Mei 2025 –

 

Pemerintah Provinsi Jambi bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) serta Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) hari ini mengadakan sosialisasi sistem cepat pelaporan penyakit ikan berbasis Android, SICEKATAN, bagi pembudidaya ikan dan penyuluh perikanan di Kabupaten Batang Hari, Jambi.

SICEKATAN merupakan digitalisasi pelaporan penyakit ikan hasil kerja sama KKP dan FAO dalam Technical Cooperation Programme (TCP) yang berjalan sejak 2023 dan bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pembudidaya ikan dan penyuluh perikanan dalam pencegahan dan penanganan dengan cepat masuknya dan penyebaran penyakit ikan, khususnya pada patin dan nila.

Melalui aplikasi SICEKATAN, pembudidaya ikan dapat melaporkan dan mendokumentasikan gejala penyakit ikan pada kolam budidayanya dengan lebih mudah dan mendapatkan saran penanganan dengan cepat dan tepat dari gugus tugas tanggap darurat penyakit ikan. Aplikasi ini telah tersedia di Play Store sejak April 2025.

“Pengendalian penyakit ikan yang lebih efisien dengan aplikasi SICEKATAN diharapkan dapat meminimalisir kerugian secara ekonomi serta meningkatkan produksi bikan budidaya di Jambi sejalan dengan program pemerintah untuk percepatan target swasembada pangan dan ketahanan pangan nasional,” ujar Wakil Gubernur Provinsi Jambi Abdullah Sani dalam sambutannya di acara sosialisasi yang diadakan di Desa Teluk Ketapang, Batang Hari.

Sebelumnya, pelatihan penggunaan aplikasi ini telah diberikan kepada perwakilan pembudidaya, penyuluh dan anggota satuan gugus tugas di Provinsi Jambi.

Untuk memastikan pemanfaatan SICEKATAN secara lebih luas, sosialisasi hari ini melibatkan kelompok pembudidaya ikan Harapan Maju di Desa Teluk Ketapang serta penyuluh perikanan, petugas Pos Pelayanan Kesehatan Ikan Terpadu (Posikandu), serta anggota tim gugus tugas tanggap darurat dalam simulasi penggunaan aplikasi dan diskusi penangananpenyakit ikan.

Jambi yang dilalui oleh Sungai Batang Hari, sungai terpanjang di pulau Sumatera, memiliki potensi besar dalam budidaya ikan. Provinsi ini menghasilkan setidaknya 20.000 ton ikan patin pada tahun 2023 berdasarkan data KKP. Namun, wabah penyakit ikan berisiko menghambat pengembangan potensi ini.

“Pengendalian penyakit ikan yang tepat dan cepat dapat menekan angka kehilangan produksi ikan dan memastikan kesejahteraan kami sebagai pembudidaya ikan skala kecil,” ujar Ernawati, ketua kelompok pembudidaya ikan Harapan Maju.

Tak hanya digitalisasi sistem pengendalian penyakit ikan, proyek kerja sama TCP KKP dan FAO telah melatih pembudidaya ikan dan petugas lapangan terkait resistensi antimikroba (AMR), serta tanggap darurat dan perencanaan kontinjensi untuk penyakit ikan. Petugas Posikandu juga telah dilatih dalam investigasi wabah, serta dalam pemantauan dan pelaporan penyakit ikan.

“Dengan pelaporan, pendataan dan pemetaan penyakit ikan yang lebih cepat serta terintegrasi dengan sistem monitoring penyakit ikan yang dikelola oleh KKP, pemerintah pusat maupun daerah dapat mengambil kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan para pembudidaya dan petugas di lapangan,” ujar Rajendra Aryal, Kepala Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor-Leste.

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *