Kembali Pewarna Indonesia Mengadakan Diskusi Online mengenai Perspektif Para Senior apakah Pantas Partai Kristen di 2024
Jakarta, Gramediapost.com
Untuk ke sembalankalinya, Persatuan Wartawan Nasrani Indonesia (PEWARNA Indonesia) menggelar Diskusi Daring, Hari ini, Jumat (05/06/2020). Pada diskusi kali ini, peserta diajak untuk mendengar pernyataan, masukan, kritik dan harapan dari beberapa prespektif para senior mengenai peluang Partai Kristen di pemilu 2024. Dipandu oleh Ricardo Marbun Jurnalis Pewarna Indonesia, diskusi yang berlangsung dua jam.
Roy Rening: Bicara peluang, tentu dimulai dari teologis yang dalam. Jadi garam dan terang. Termasuk dalam kenegaraan, umat Kristen harus menjadi garam dan terang. Memperjuangkan aspirasi, tidak sekadar menitipkan. Kita harus terlibat aktif.
Landasan sosiologi, umat Kristen merupakan bagian integral dari negara ini. Dalam sejarah, mulai dari Parkindo hingga Orde Baru, Reformasi, selalu ada peran dalam perpolitikan.
Sehingga, apa yang digagas Pewarna ini selalu ada kemungkinan. Bisa. Umat Kristen 25-30 juta, artinya kita punya basis suara. Persoalannya apakah mampu membangun konsolidasi umat Kristen. Kalau ini jadi, kita akan turut dalam perjuangan sejarah ke depan.
Strategi politik, cerdik seperti ular tulus seperti merpati. Kalau bisa hanya satu parpol Kristen.
Japarlin: Sudah lama menanti-nantikan parpol Kristen. ternyata, aspirasi kita tak bisa menitipkan aspirasi masyarakat Kristen. Boleh namanya Kristen, boleh nasionalis. Tapi semua isinya “Kristen”. Persoalannya, selama ini nggak ada diregen. Kita hanya berjuang sendiri2. Akhirnya, hasilnya nggak kelihatan di lapangan. Punya visi yang jelas, orang2nya juga punya visi yang jelas. Saya rasa warga gereja juga sedang menunggu itu, apalagi potensi pengetahuan dan finansial sangat besar. Perlu digagas secara serius mulai sekarang supaya kita dapat calon2 pejuang.
Melen: Peluang sangat besar karena sudah banyak umat yang menantikan. Apalagi dalam beberapa Pemilu tidak ada parpol Kristen. Tambahan suara bisa dari Budha, Hindu, dan Konghucu. Saat inilah waktu membentuk satu partai Kristen yang bersifat terbuka supaya kita mampu memenuhi persyaratan. Kita duduk bersama. Jangan ada tarik menarik kepentingan yang justru merugikan Kristen.
Seto: Dewasa ini, kalau kita kalau membangun dan memelihara partai intinya adalah uang, uang, uang. Parpol sekarang cari setoran uang dari caleg atau calon kepala daerah. problem kita juga sistem proporsional terbuka.
Kalau parpol kristen, yang perlu diperhatikan soal umat Kristen sudah menyebar ke partai2 lain. Apakah kita masih punya kader yang rela memberikan dirinya. Contohnya pengalaman habisnya PDS dan PDKB. Ya, dari sisi modal kuat, tapi apakah kita satu dn punya ketulusan?
Jangan terbuka. Kristen, ya, Kristen.
Jangan lupa, bangsa kita menghendaki penyerderhanaan parpol. Pernah dihubungi untuk menghidupkan lagi PDS. Kalau mau, mari hidupkan yang sudah ada.
Ruyandi Hutasoit: tetap konsulidasi dan mempersiapkan PDS di tahun 2024,kader itu akan di gabung tua muda. Yang tua mendampingi yang muda karena yang muda belum mempunyai pengalaman di partai
Thony Ermando:
Latar Belakang
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana semua warga negaranya memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi—baik secara langsung atau melalui perwakilan—dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum. Demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara.
Menurut pendapat saya yang saat ini berjuang banyak untuk kelompok minoritas adalah SETARA INSTITUT bukannya kader2 Kristiani yang ada di Partai Politik bukan partai Kristen karena MATI SURI.
Mari kita flasback wajah SUMUT diawal Februari, Heboh Save Babi, sepertinya para politisi Kristiani Haram membahasnya disenayan Kenapa? Karena Platform Partaikah.
Kemudian dibulan puasa Sumut Heboh lagi dengan diabrak abriknya LAPO yang menjadi sumber hidup masyarakat Batak Toba dan banyak juga lapo BPK, yang hampir setiap Ramadhan ditahun sebelumnya tdk bermasalah.
Belum lagi byk tekanan dgn terhadap pendirian tempat ibadah, kebijakan2 yang tidak setara.
Perlukah Partai wajah Baru Kristiani didirikan jawaban saya PERL bisa, soal menang dan kalah itu biasa dalam kompetisi, yang terpenting perjuangan menuju Kesetaraan harus diperjuangkan
(*Reporter Hendriko Siahaan *)



















