Laporan UNAIDS Global: Tiga dari Empat Orang yang Hidup dengan HIV (ODHA) Telah Tahu Status Mereka

0
993
Krittayawan Tina Boonto, Country Director INAIDS, Country Office Indonesia.

 

Baru 48% ODHA tahu status HIV mereka dan hanya 15% ODHA yang telah mendapatkan pengobatan ARV di Indonesia

 

Jakarta, Gramediapost.com

 

Laporan terbaru dari UNAIDS berjudul “Knowledge is Power”, menunjukkan bahwa upaya tes dan pengobatan HIV yang semakin intensif berhasil menjangkau lebih banyak orang yang hidup dengan HIV secara global. Menurut laporan yang diluncurkan pada tanggal 22 November 2018 di Abidjan, Pantai Gading tersebut, pada tahun 2017, 3 dari 4 (75%) orang yang hidup dengan HIV mengetahui status HIV mereka. Angka ini jelas menunjukkan kenaikan dari tahun 2015 di mana hanya 67% orang yang mengetahui status HIV mereka. Sementara itu, 21,7 juta (59%) orang dengan HIV memiliki akses untuk pengobatan Anti-Retroviral (ARV), menunjukkan kenaikan dari jumlah 17,2 juta orang yang tercatat pada tahun 2015. Di sisi lain, laporan ini menunjukkan bahwa terdapat 9,4 juta orang yang tidak tahu bahwa mereka hidup dengan HIV, dan perlu sesegera mungkin dihubungkan dengan layanan tes dan pengobatan HIV.

Bagaimana dengan Indonesia?
Menurut laporan Kementerian Kesehatan RI, di Indonesia saat ini diperkirakan terdapat 640 ribu estimasi orang yang hidup dengan HIV. Dimana diperkirakan baru 48% ODHA mengetahui status HIV mereka. Namun baru sekitar 15% ODHA yang tercatat dalam pengobatan ARV. Sehingga saat ini masih ada kesenjangan yang cukup besar antara jumlah orang yang mengetahui status HIV, mengakses pengobatan, dan memiliki viral load tidak terdeteksi.

Direktur UNAIDS Indonesia, Krittayawan (Tina) Boonto, mengapresiasi Indonesia yang telah menyediakan lebih dari 5,000 tempat untuk tes dan lebih dari 600 pusat pengobatan ARV yang dapat diakses secara gratis. “Hal penting yang masih belum ada yaitu pemahaman tentang HIV. Tanpa pemahaman ini, seseorang tidak dapat membuat keputusan tentang kesehatannya, misalkan melakukan tes dan menginisiasi pengobatan ARV agar tetap sehat dan produktif,” ujar Tina.

Baca juga  Diskusi METI, KADIN & IESR Menjelang Debat Calon Presiden: Mau Dibawa kemana Energi Terbarukan?

Selain dari upaya peningkatan layanan, UNAIDS Indonesia dan Kementerian Kesehatan juga telah melakukan kampanye #SayaBerani #SayaSehat sejak tahun 2016 untuk mengeliminasi stigma terkait dengan tes dan pengobatan HIV. Tahun ini, UNAIDS melaksanakan berbagai rangkaian kegiatan untuk mengampanyekan #SayaBerani #SayaSehat, termasuk mendukung empat ODHA untuk partisipasi dalam Jakarta Marathon, #SayaBerani March di Jakarta Car Free Day, serta melakukan kampanye di sosial media.

Adapun upaya yang akan dilakukan oleh Kementerian Kesehatan adalah peningkatan cakupan tes HIV pada populasi kunci HIV serta populasi yang rentan terhadap infeksi HIV, termasuk ibu hamil, pasien TB, pasien Hepatitis C dan pasien IMS, pasangan ODHA dan pasangan populasi kunci. Pada tahun 2022, Indonesia juga telah berkomitmen untuk mengeliminasi tripel infeksi HIV, sifilis, dan hepatitis B pada ibu hamil. Target yang ingin dicapai adalah kurang dari 50 kasus anak yang terlahir dengan infeksi ketiga penyakit tersebut per 100.000 kelahiran hidup.

“Indonesia berkomitmen untuk menghentikan epidemi AIDS pada tahun 2030 dengan berupaya untuk mencapai target nasional, yaitu 90% ODHA mengetahui status HIVnya, 90% dari ODHA yang tahu status mengakses pengobatan antiretroviral, dan 90% dari ODHA dalam memiliki jumlah virus yang sudah tertekan,” ujar Dr Endang Budi Hastuti, Kepala Sub-Direktorat HIV/AIDS dan PIMS, Kementerian Kesehatan RI. Dr Endang menjelaskan bahwa Kementerian Kesehatan juga berupaya untuk meningkatkan ketersediaan monitoring viral load pada ODHA yang melakukan pengobatan, sehingga dapat mengevaluasi kesuksesan pengobatan HIV.

Hambatan dalam mengakses layanan
Laporan UNAIDS juga membahas berbagai kendala yang dialami dalam upaya promosi tes HIV dan tes viral load dalam skala global. Banyak ODHA yang termasuk populasi kunci, misalnya pekerja seks, transgender, narapidana, serta pengguna narkotika suntik, mendapatkan hambatan lebih besar dalam mengakses layanan. Oleh karena itu, permasalahan HIV harus dipandang dari kacamata Hak Asasi Manusia untuk memastikan bahwa semua orang diperlakukan dengan hormat dan bermartabat di semua layanan kesehatan.

Baca juga  DEKLARASI & MANIFESTO POLITIK BARIKADE 98; “KAWAL DEMOKRASI JAGA INDONESIA”

Secara khusus terkait upaya retensi ODHA dalam pengobatan antiretroviral untuk memastikan keberhasilan pengobatan HIV, Verdy, perwakilan dari Jaringan Indonesia Positif (JIP) menekankan pentingnya pendekatan berbagai strategi yang berbeda untuk mencegah ODHA putus obat. “Kami merekomendasikan agar Kementerian Kesehatan mempertimbangkan regimen ARV yang lebih sederhana dan minim toksisitas, mengembangkan layanan mobile untuk akses ARV, memperluas upaya redistribusi layanan ARV dari layanan tersier (Rumah Sakit) ke layanan kesehatan primer (puskesmas) yang lebih dekat dijangkau oleh masyarakat, dan aturan pemberian ARV multi-bulan untuk ODHA yang sudah stabil tingkat kesehatannya. Hal-hal ini akan mempermudah ODHA dalam mempertahankan pengobatan sehingga perkembangan virus HIV pada ODHA dapat ditekan dan mengurangi resiko penularan,” demikian lanjut Verdy.

Informasi selanjutnya: Tim Komunikasi UNAIDS Indonesia
Giasinta Livia – +62818-0866-7198 – GiasintaL@unaids.org | Ingrid Silalahi – +62821381042418 – Silalahii@unaids.org |

Profil UNAIDS Indonesia – UNAIDS adalah Program Gabungan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk AIDS yang berdiri sejak tahun 1996. UNAIDS mendukung negara-negara di dunia dalam upaya untuk mencapai target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) di tahun 2030, khususnya untuk pencapaian target bidang kesehatan untuk penanggulangan HIV dan AIDS. Sebagai program gabungan, UNAIDS didukung oleh 11 Badan PBB lainnya yaitu UNHCR, UNICEF, WFP, UNDP, UNFPA, UNODC, UN Women, ILO, UNESCO, WHO dan World Bank yang berperan sebagai co-sponsor. http://www.unaids.org/en/regionscountries/countries/indonesia

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here