Gelar Roadshow Kedua, KABAR Menggandeng Universitas Padjadjaran Untuk Mencari Solusi Atas Masalah Rokok di Bandung

0
647

 

 

Bandung, Gramediapost.com

 

 

Bandung menjadi kota kedua yang didatangi oleh Koalisi Indonesia Bebas TAR (KABAR) dalam gelaran KABAR Roadshow, kegiatan edukasi yang ditujukan untuk mengurangi risiko kesehatan akibat rokok melalui produk tembakau alternatif. Di Bandung, KABAR bekerjasama dengan Academic Leadership Grant (ALG) Universitas Padjadjaran untuk berdiskusi bersama guna mencari solusi dalam mengatasi prevalensi rokok di Indonesia.

 

Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Bandung dr. Nina Manarosana, M.Kes mengatakan, ”Permasalahan rokok di Indonesia adalah masalah yang harus kita pikirkan bersama jalan keluarnya. Pemerintah tentunya terus melakukan upaya untuk mengatasi hal tersebut, seperti yang sedang kami lakukan saat ini dengan memperbanyak edukasi terkait bahaya rokok. Selain itu, kami juga membentuk Satuan Tugas (Satgas) khusus untuk melakukan pemantauan di sekolah, restoran, perkantoran dan hotel terkait merokok di tempat umum,” ucap dr. Rita. Program-program aktif ini dilakukan untuk terus menekan angka perokok di Kota Bandung.

Senada dengan hal tersebut, Peneliti Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP) Indonesia dan Ketua Koalisi Indonesia Bebas TAR (KABAR), Dr.drg. Amaliya, MSc. Ph.D mengungkapkan bahwa dibutuhkan peran aktif dari semua pihak untuk menurunkan prevalensi perokok di Indonesia, termasuk di kota-kota besar seperti Bandung. “Sebagai organisasi yang menaruh perhatian khusus terhadap masalah rokok serta upaya penanggulangannya, kami ingin turut membantu mengatasi permasalahan ini. Salah satu yang telah dan akan terus kami lakukan adalah mengedukasi masyarakat mengenai risiko kesehatan yang ditimbulkan oleh rokok. Keputusan terbaik agar tidak terkena penyakit akibat rokok adalah dengan berhenti total. Namun demikian, kami menyadari bahwa masih banyak sekali perokok yang kesulitan untuk berhenti total. Untuk itu, kami juga mengedukasi perokok mengenai langkah alternatif yang bisa diupayakan untuk mengurangi risiko kesehatan dari konsumsi rokok melalui konsep harm reduction (pengurangan risiko) dengan cara berganti pada produk tembakau alternatif,” ucap Dr.drg. Amaliya.

Baca juga  Persatuan Wartawan Nasrani (Pewarna) Gelar Webinar  “Politik Yesus Perjuangan Untuk Perdamaian"

 

Berdasarkan hasil penelitian, produk tembakau alternatif seperti rokok elektrik serta produk tembakau yang dipanaskan bukan dibakar memiliki risiko kesehatan yang lebih rendah dibandingkan rokok konvensional. Salah satunya ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan atas kerjasama antara YPKP Indonesia dengan Academic Leadership Grant (ALG), Universitas Padjadjaran Bandung. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pengguna produk tembakau alternatif seperti rokok elektrik memiliki risiko kesehatan dua kali lebih rendah dibandingkan perokok konvensional.

 

Penelitian yang dilakukan selama periode Maret – Mei tahun 2017 ini ditujukan untuk mengetahui perubahan sel yang diperiksa dari cuplikan sel yang melapisi permukaan pipi bagian dalam pada rongga mulut yang diambil dari ketiga kelompok sampel utama, yakni kelompok perokok aktif, pengguna rokok elektrik dan non perokok. Hasilnya didapati bahwa perokok memiliki jumlah inti sel kecil (micronuclei) dalam kategori tinggi, yakni sebanyak 147,1, sedangkan pengguna rokok elektrik dan non perokok masuk dalam kategori normal, yakni berkisar pada angka 70-80. Hasil ini memperlihatkan bahwa jumlah inti sel kecil pengguna rokok elektrik cenderung sama dengan non perokok, dan dua kali lebih rendah dari perokok aktif.

 

Berbicara dari perspektif konsumen, Ketua Asosiasi Vapers Indonesia (AVI) wilayah Jawa Barat Didong Wanorogo mengungkapkan produk tembakau alternatif dapat menjadi salah satu langkah untuk secara perlahan mengurangi kebiasaan merokok yang pada akhirnya dapat membantu menekan jumlah perokok. “Bagi perokok aktif, merokok itu sudah seperti menjadi kebiasaan yang sulit untuk dihilangkan. Untuk beberapa orang mungkin bisa berhenti dengan terapi, konseling, mengganti dengan permen karet atau sebagainya. Tetapi metode ini belum tentu berhasil bagi perokok lainnya. Produk tembakau alternatif seperti rokok elektrik atau produk tembakau yang dipanaskan bukan dibakar bisa menjadi salah satu pilihan bagi mereka yang berkeinginan untuk mengurangi resiko kesehatan akibat merokok,” ucap Didong.

Baca juga  SAIFUL MUJANI: POPULISME ISLAM MENGANCAM DEMOKRASI INDONESIA

 

Berbagai upaya yang dilakukan akhirnya bermuara pada satu hal, yakni menurunkan jumlah angka prevalensi rokok di Indonesia. Ini pula yang menjadi salah satu misi KABAR dalam melakukan gelaran roadshow ke lima kota besar di Indonesia. Sejak diluncurkan pada pertengahan tahun lalu, KABAR yang beranggotakan Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP) Indonesia, Asosiasi Vapers Indonesia (AVI), Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI), Perhimpunan Dokter Kedokteran Komunitas dan Kesehatan Masyarakat Indonesia (PDK3MI), Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI), dan Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) ini gencar menggalakkan kesadaran masyarakat dengan menyediakan beragam informasi yang berbasiskan pada penelitian ilmiah dan teknologi, salah satunya melalui situs no-tar.org.

 

Dalam proses edukasi di gelaran roadshow, KABAR juga mengajak para ahli kesehatan, regulator, dan komunitas konsumen produk tembakau di berbagai daerah untuk berinteraksi dan berdiskusi langsung. Setelah Bandung, akan ada Bali, Yogyakarta, dan Palembang yang akan dikunjungi oleh KABAR. Dalam setiap kota yang dikunjungi, KABAR juga mengandeng pemerintah kota setempat. Melalui sinergi ini diharapkan akan semakin banyak masyarakat yang dirangkul untuk mengubah pola hidup lebih rendah risiko.