Kertajati, Gramediapost.com
Pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Kertajati, Majalengka adalah salah satu contoh sangat baik dari kerjasama tiga pihak yang saling menguntungkan, yaitu Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan Swasta (BUMN) yang semuanya berada di bawah kepemimpinan Presiden RI. Hal seperti ini akan terus didorong untuk pengembangan infrastruktur di berbagai bidang di berbagai tempat di Indonesia. Demikian diungkapkan Presiden Joko Widodo saat melakukan peninjauan pembangunan tahap akhir Bandara BIJB Kertajati pada selasa (17/ 04).
Turut hadir dalam kunjungan Presiden tersebut adalah Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Dirjen Perhubungan Udara Agus Santoso, Gubernur Jabar Ahmad Heryawan, Bupati Majalengka Sutrisno, Dirut Airnav Novie Riyanto, Dirut PT. AP 2 Muhammad Awaluddin, Dirut maskapai Garuda Indonesia Pahala N Mansury serta jajaran Direksi dan Komisaris PT. BIJB.
Kunjungan ini merupakan yang ke dua kalinya oleh Presiden Joko Widodo dalam rangka meninjau perkembangan Bandara Kertajati. Pada awal tahun pemerintahannya di 2014, Presiden telah menginstruksikan untuk melakukan percepatan penyelesaian Bandara Kertajati yang saat itu hanya berupa pondasi di atas tanah dasar landasan pacu. Dan saat ini Presiden kembali meninjau progres pembangunan bandara yang sudah hampir rampung dan siap dioperasionalkan.
“Bandara Kertajati ini adalah contoh sangat bagus kerjasama antara Pemerintah Pusat dalam hal ini Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Pemprov Jawa Barat dan swasta (PT. Angkasa Pura 2). Skema kerjasama ini ternyata bisa mempercepat selesainya pembangunan serta meringankan beban biaya dari masing-masing pihak. Dan kerjasama seperti ini akan menjadi contoh untuk mempercepat pembangunan infrastruktur nasional di tempat lain,” ujar Presiden.
Semangatnya adalah kerja bersama gotong royong demi mencapai kemajuan secara harmonis (in Harmonia Progressio) seperti kata slogan yang terkenal di dunia kampus terkenal di Jawa barat. Yaitu untuk bisa menjadi sebuah kekuatan maka lidi-lidi perlu disatukan. Satu lidi tidak akan bisa menjadi sapu, namun jika lidi-lidi itu disatukan akan menjadi kekuatan untuk membersihkan halaman luas.
Dirjen Perhubungan Udara Agus Santoso di sela-sela acara kunjungan itu menyatakan siap melanjutkan dan melaksanakan model-model kerjasama tersebut untuk membangun dan mengembangkan infrastruktur perhubungan udara di berbagai tempat di tanah air.
“Ada beberapa proyek pengembangan infrastruktur perhubungan udara yang akan dikembangkan dengan skema di atas. Salah satu contoh di antaranya adalah pembangunan terminal Bandara Tjilik Riwut di Palangkaraya. Ditjen Perhubungan Udara dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah sudah menyiapkan lahan dan membangunnya. Nanti akan diberikan hak pengelolaan operasional dan pengembangannya akan diberikan kepada PT. Angkasa Pura 2,” ujarnya.
“Semula Bandara Kertajati ini terkatung katung penyelesaiannya, karena secara konsep keberadaannya menjadi silang pendapat antara perencana kota (city planner), Pemprov Jabar dan Pemerintah Pusat. Pasalnya dengan jarak sejauh 200-an km dari Jakarta, kemungkinan warga yang selama ini beraktifitas pergi dan datang melalui Bandara Soekarno Hatta Cengkareng Banten tidak akan sukarela sebagian pindah ke arah timur yaitu ke Kertajati Jawa Barat. Alasannya karena jaraknya sangat jauh, tepatnya dari exit toll road Cipali untuk ke Bandara Kertajati berada pada 158 km dari km 0.00 di Cawang, Jakarta Timur. Polemik ini berkepanjangan sampai izin penetapan lokasinya sempat hangus. Bayangkan, studi kelayakannya dimulai tahun 2003, penetapan lokasi pertama 2005, namun perpanjangan izin penetapan lokasi diulang tahun 2012 dengan memasukkan kewajiban pendanaan APBN. Selama 7 tahun tidak ada kegiatan apa-apa karena izin penlok yang lama hangus mengingat pekerjaan pembangunan tidak kunjung dimulai. Pekerjaan baru dimulai tahun 2014 untuk pengerjaan pembersihan lahan dan pondasi. Jadi selama 10 tahun proyek ini terkatung katung,” ujar Agus Santoso.
Melihat kemandegan ini, menurut Agus, Presiden Joko Widodo berfikir progressive dengan menyampaikan pesan untuk memberikan fasilitas infrastruktur penerbangan bagi penduduk di timur Jakarta dan Jawa Barat. Dengan demikian penduduk di sebelah timur tidak perlu menerobos kemacetan Jakarta bila ingin ke bandara. Selain itu juga tidak perlu berdesakan di Bandara Soekarno Hatta saat musim liburan. Untuk itulah Bandara Kertajati perlu segera dituntaskan.
“Bandara Kertajati juga dapat memfasilitasi aksesibilitas industri yang sedang tumbuh pesat di wilayah Jawa Barat terutama di Bekasi, Cikarang, Karawang sampai Cikampek bahkan Patimban yang tengah menjadi pusat perhatian nasional maupun internasional. Demikian ujar Presiden Joko Widodo waktu itu,” lanjut Agus.
Kegiatan pembersihan lahan dan pondasi dasar yang dimulai dikerjakan pada tahun 2014, kemudian dikebut penuh sesuai instruksi Presiden Joko Widodo melalui program Proyek 15 Bandar Udara Baru yang kemudian dituangkan dalam dokumen RPJMN 2015-2019. Yaitu agar kegiatan yang berlarut-larut mangkrak antara lain Bandara Kertajati untuk segera diselesaikan karena tidak ada kemajuan pembangunan sejak 2005.
Tidak hanya itu saja, namun Kertajati juga dimasukkan dalam Program Strategis Nasional (PSN) sehingga sejak tahun 2015 hingga 2017 pembangunan dari dana APBN pemerintah Pusat melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Udara pada konstruksi di sisi udara berupa runway pavement, taxiway, appron pavement, airfield lighting, approach light. Bahkan tower dan peralatan navigasinya juga selesai lengkap.
Berdasar modal progress pembangunan infrastruktur sisi udara ini sebagai Opportunity Value maka beberapa investor mulai tertarik untuk ikut berpartisipasi dalam penyelesaian bandar udara ini. Dengan prioritas 15 Bandar Udara Baru dan PSN Presiden Joko Widodo serta keseriusan pembangunan konstruksi sisi udara oleh Pemerintah Pusat, maka lokasi yang semula terkatung-katung dan kembang kempis penyelesaiannya itu berubah drastis karena memiliki Opportunity Value utama yaitu progresivitas pembangunan konstruksi sisi udara.
Dengan Opportunity Value itu, penawaran berbagai skema pendanaan termasuk swasta, BUMN, PERUM seperti melalui PINA ( Pembiayaan Investasi Non Anggaran Pemerintah) mulai diyakini investor. Terutama setelah beberapa kali dijelaskan opportunity yang ada dengan keberadaan bandara ini oleh direktorat jenderal teknis yaitu Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan. Akhirnya banyak investor yang berniat berinvestasi sehingga memudahkan pendanaan pembangunan sisi darat berupa terminal oleh Pemprov Jabar yang diamanahkan kepada PT. BIJB. Dengan banyaknya investasi yang masuk, pembangunan terminal pun bisa diselesaikan dalam waktu dua tahun.
Saat ini, pembangunan tower ATC, runway, taxiway, apron jalan GSE dan semua sarana di sisi udara telah selesai 100 persen. Terdiri dari runway 2500 m x 60 m, paralel taxiway 2750 m x 25 m, cross taxiway 1180 m x 25m, serta apron 576 m x 151 m yang mampu menampung 4 jet wide body sekelas Boeing B777 atau Airbus A330 dan 6 jet narrow body sekelas B737 NG atau A320.
Sementara dari sisi darat seperti terminal penumpang seluas 96.280 m2 yang mampu melayani 5,6 juta penumpang/ tahun sudah selesai 96 persen. Tinggal menyelesaikan hal-hal finishing seperti landscape dan yang lainnya yang akan diselesaikan hingga tanggal 24 Mei nanti saat bandara mulai dioperasikan.
Terkait pengoperasian bandara, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara telah mengeluarkan publikasi pada dunia internasional dengan AIRAC AIP SUP No 10/18 tentang The Operation of Kertajati International Airport-Majalengka pada 1 Maret 2018 dan akan berlaku efektif pada 26 April 2018
Berdasar publikasi tersebut, pada tanggal 29 Maret 2018 dilakukan penerbangan Kalibrasi oleh Balai Kalibrasi Peralatan Penerbangan serta verifikasi dan sertifikasi oleh tim dari Ditjen Perhubungan Udara. Penerbangan kalibrasi dilakukan dengan menggunakan pesawat jenis Beechcraft King Air B350- i registrasi PK-CAP. Penerbangan ini untuk Flight Commisioning Precision Approach Path Indicator (PAPI) dan Flight Validation Instrument Flight Procedure.
Penerbangan Kalibrasi tersebut sukses dilaksanakan dan dengan demikian sisi udara bandara sudah siap dioperasikan.
Untuk mengoperasionalkan bandara ini, atas inisiasi Ditjen Perhubungan Udara, pada tanggal 22 Januari 2018 telah ditandatangani perjanjian kerja sama penyelenggaraan jasa kebandarudaraan di Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) antara Pemprov Jabar, PT. BIJB dan PT. Angkasa Pura 2 yang akan mengoperasionalkan dan mengembangkan bandara tersebut.
Pemprov Jabar dan PT. BIJB belum memiliki kemampuan mengoperasikan Bandara Internasional karena tidak memiliki sertifikat Badan Usaha Bandar Udara (BUBU). Sehingga mereka perlu partner perusahaan yang mempunyai sertifikat BUBU. Sampai saat ini pemilik hak pengelola bandar Udara adalah UPBU Ditjen Perhubungan Udara sendiri, PT. Angkasa Pura 1, PT. Angkasa Pura 2, dan BP Batam.
Selanjutnya PT. AP 2 akan mengoperasikan seluruh aset sisi darat dari BIJB termasuk terkait dengan pelayanan jasa kebandarudaraan dan pelayanan jasa terkait bandara. PT. AP 2 juga akan melakukan pengembangan termasuk di antaranya memperpanjang runway menjadi 3000 m x 60 m yang ditargetkan selesai pada akhir tahun ini. Kerja sama operasi ini berlaku selama 17 tahun atau sampai dengan tahun 2035 dengan penyertaan modal dari PT. AP 2 sebesar Rp 625 milyar.
Menurut Agus Santoso, keberadaan Bandara BIJB di Kertajati, Majalengka ini mempunyai banyak nilai manfaat. Di antaranya untuk membuka moda transportasi baru (penerbangan) untuk masyarakat sekitar; membuka gerbang ekonomi dan menumbuhkan sektor pariwisata; serta sebagai bandar udara embarkasi haji bagi masyarakat Jawa Barat sehingga membagi beban Bandar Udara Soekarno Hatta.
Untuk mengantisipasi melonjaknya penumpang, luas terminal Bandara yang saat ini sanggup melayani 5,6 juta orang per tahun akan dikembangkan pada tahap berikutnya menjadi berkapasitas 20 juta penumpang pertahun.
Sementara itu untuk melengkapi konektifitas antar moda, Bandara Kertajati akan dilengkapi dengan jalur kereta bandara untuk menarik minat dan mempersingkat waktu penumpang dari Jakarta maupun Bandung. Nantinya kereta ini akan membawa penumpang dari Stasiun Gambir menuju Bandara Kertajati dalam waktu kurang dari dua jam. Kereta akan melalui Bekasi Timur, Cikarang, Karawang dan Cikampek. Dengan keberadaan Bandara Kertajati dan kereta bandara ini, efektivitas transportasi masyarakat akan terpenuhi.
“Dengan banyaknya nilai manfaat yang bisa digunakan oleh masyarakat Jawa Barat, di antaranya untuk penerbangan haji dan umroh serta pengembangan industri di Jawa Barat serta kelengkapan antar moda darat, kereta api, pelabuhan laut dengan sentral transportasi udara, bisa dikatakan bahwa bandara ini merupakan bukti rasa “kanya’ah” (rasa sayang) Presiden Joko Widodo kepada masyarakat Jawa Barat,” pungkas Agus Santoso. (FY/ME)
HUMAS DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
MIA ERMAYA