Jakarta, 5 Desember 2017 Komitmen itu penting. Tidak hanya untuk masalah percintaan, namun juga dalam pekerjaan, mimpi bahkan seluruh Iini kehidupan. Hal itu kemudian yang melatar belakangi Rumah Film dan Evergreen Pictures dalam pembuatan film : Satu hati nanti.
Dienan Silmy selaku produser mengungkapkan bahwa film Satu Hari Nanti merupakan film tentang komitmen dan jujur kepada penontonnya. “Film ini mencoba untuk jujur pada penontonnya. Ada ceruk problem yang menarik di usia itu. Soal komitmen dalam hubungan dan kehidupan, ” ungkapnya.
Lebih dalam, dia menuturkan bahwa Hlm yang diarahkan oleh Salman Aristo ini merupakan hasil riset. “Film ini berdasarkan hasil riset. Dan hasil riset ini diterapkan dalam bentuk kreatif. Pendekatan yang dipilih tentang cerita kita semua, yang pernah mengalami atau yang belum mengalami sekalipun. Setidaknya kita belajar atas pilihan-pilihan yang harus diambil,” tuturnya.
Kendati berlatar Swiss, film hasil kerjasama dua negara IndonesiaSwiss ini bukan film tentang keindahan negara Swiss. “Ini bukan hanya sekadar cerita peijalanan dj negara Swiss. Bukan tentang keindahannya. Ini cerita tentang peij alanan manusia untuk tumbuh atas kesalahan. kesalahan yang pemah dilalui. “ucapnya. “Supaya kawankawan dengan mudah lebih paham dan dekat tentang apa yang ingin kami utarakan melalui film Sam Hari Nanti. Sesuai dengan kutipan dialog di dalam film nya. Its okey to be not okey” disisi lain, sutradara Salman Aristo yang juga menulis skenario film Satu Hari Nanti menuturkan dia tidak ingin setengah-setengah dalam menggarap proyek ini. Tidak heran biia dalam naskahnya, filmmaker yang pernah meraih penghargaan sebagai penulis skenario terbaik ini total dan tidak memberi celah untuk bermain aman agar filmnya bisa dikonsumsi penonton remaja.
“Kalau kita membuat agar bisa disasar segmen remaja, filmnya jadi nanggung. Makanya kita garap pasar dewasa ini, bicara betul-betul tentang mereka, jangan terpancing untuk meleset,” tutur Salman. Menyambung ucapan koleganya, Dienan Silmy mengatakan bahwa ingin membuat film yang jujur. “Kita sedang berusaha untuk membuat film yang jujur dan tepat untuk penonton,“ tutupnya.
Film berlatar di negara Swiss ini berani menyasar penonton khusus 21 tahun kc atas bukan tanpa alasan. Dienan Silmy mengungkapkan rating film 21 + mempakan atas dasar permintaannya kepada Lembaga Sensor Film (LSF),karena menurutnya secara konten cerita, drama bet-setting kota Swiss tersebut sesuai dengan usia 21 tahun ke atas.
“Pilihan rating memang sengaja 21 tahun ke atas. Bahkan, saat kita submit ke LSF, kita langsung minta untuk 21+ karena secara konten untuk usia sekitar itu, tidak bisa dikonsumsi untuk 21 tahun ke bawah. Kalau dianalogikan, kita enggak akan mungkin membicarakan obrolan anak SMA di depan anak SD,” tutupnya.
Film yang akan tayang mulai 7 Desember 2017 ini diperankan sejumlah aktor dan aktris berbakat tanah air. Mereka adalah Adinia Wirasti (Alya), Ringgo Agus Rachman (Din), Ayushita (Chorina), Deva Mahenra (Bima). Tak ketinggalan, film ini didukung oleh aktor kawakan Donny Damara yang berperan sebagai ayah Alya.
“Satu Hari Nanti” bercerita tentang pilihan dan kegelisahan anak muda dalam membangun sebuah komitmen di Swiss, baik dalam lingkup cinta, keluarga maupun pekteaan. Lika-liku pertemanan dan kisah cinta yang kelam tumbuh bersama dalam pencarian makna akan jati diri mereka di negeri orang..