
Gramediapost.com -Jakarta – Usulan Partai Partai Keadilan Sejahtera (PKS) untuk mencopot Fahri Hamzah sebagai Wakil Ketua DPR sudah tepat. Usulan itu sudah disampaikan pada rapat Badan Musyawarah (Bamus).
Hal ini diungkapkan Direktur Eksekutif Indonesian Public Institute (IPI) Jerry Massie kepada reporter di Kantornya Kawasan Kelapa Gading Jakarta, Rabu Sore, (13/12/2017).
Menurut Jerry, alasan utama Fahri pantas dicopot, lantaran selama ini ulahnya yang kerap bikin gaduh, gamang dan galau terhadap publik. Seyogianya, sebagai seorang pimpinan lembaga DPR dia harus menunjukkan sikap humble (rendah hati), listen better (mendengar lebih baik), polite (santun) bukan bersikap arogan.
“Pemecatannya, saya nilai sejak perseteruan dirinya dengan DPP PKS. Bahkan dia sudah dipecat sejak 11 Maret 2016 berdasarkan rekomendasi dari Badan Penegakan Disiplin Organisasi (BPDO) PKS. Namun gugatanya menang di PN JakSel,” tutur dia.
Selain itu ujarnya, kelemahan Fahri yakni kerap bicara tanpa etika bahkan memojokkan seseorang baik itu lembaga, institusi maupun pribadi.
Menurut Jerry, sebaiknya Fahri kembali lagi ke sekolah dan belajar teknik berkomunikasi, dasar-dasar komunikasi, komunikasi tutur, serta bagaimana menjadi seorang komunikator handal, serta komunikasi verbal (gasture, eye contact dan body language) dan komunikasi non verbal.
“Kebanyakan dia saya nilai ngomong blak-blakan di media. Harusnya otak dulu yang jalan atau bekerja baru mulut, jangan mulut duluan baru otak yang bekerja, pikir dulu sebelum bicara bukan bicara baru pikir,” ucap Jerry.
Barangkali salah satu faktor dia dipecat waktu lalu sebut Jerry, lantaran pendekatan persuasif yang kurang serta kerap terjadi psywar (perang urat) syaraf dengan partainya. Sebetulnya, Fahri sadar di partai mana dia bernaung.
Belum lagi pernyataan yang dilontarkanya beberapa waktu lalu terkait kasus korupsi proyek pengadaan Kartu Tanda Penduduk berbasis elektronik (e-KTP) yang ditangani KPK. Menurut Fahri itu adalah omong kosong.
Lebih aneh lagi sebut Jerry, saat Fahri menyatakan kasus yang merugikan uang negara Rp 2,3 triliun itu cuma permainan mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin, penyidik senior KPK Novel Baswedan, dan Ketua KPK Agus Rahardjo.
Sejumlah pernyataan pedas dan kontroversial sempat diucapkannya seperti bubarkan KPK, menyebut Ketua KPK frustasi, siap pasang badan untuk mega proyek DPR, Anggota DPR “rada-rada bloon”.
Dengan ucapannya tersebut jelas Jerry, maka Fahri sebetulnya sedang mempermalukan partainya sendiri. Kendati bagaimanapun dia dibesarkan oleh PKS, jadi mau tidak mau dia harus mengikuti tunduk pada aturan partai dan pantas berterima-kasih. Bukannya ngomong blak-blakan seperti menentang partainya sendiri. Itu terlalu gegabah dan tindakan konyol.
Setidaknya kata Jerry, persoalan internal di antara keduanya harus diselesaikan secara kekeluargaan, damai musyawarah dan mufakat. Jangan mengumbar ke publik segala kelemahan. Lantaran, ini bisa merusak citra partai itu sendiri khususnya branding image-nya.
Barangkali sebut Jerry, saking geramnya hingga PKS membuka borok Fahri ke publik. genderang perang keduanya tak tertahankan. Dalam penjelasan tertulis, Fahri disebut kerap tak menjalankan amanah partai. Dan politisi asal NTB ini, bahkan berkali-kali mangkir dari sidang Majelis Tahkim PKS.
“Beginilah kalau gaya komunikasi yang dikedepankan lebih kuat emotional (emosional) ketimbang rational (rasional),” ujar dia.
Oleh sebab itu ke depan jelas Jerry, Fahri harus lebih punya politeness (sopan-santun) dalam bertutur kata, serta menguasai komunikasi verbal (gasture, eye contact dan body languange) dan komunikasi non verbal-nya harus diperbaiki. Lantaran saya lihat sejak awal gaya komunikasinya sangat buruk. Berakibat tingkat kepercayaan publik terhadap PKS bakal turun. Barangkali Fahri menggunakan istilah : “Jika ingin dikenal banyaklah bikin sensasi dan ngomong di media,” kata Jerry. (fri)