Peradaban Gotong Royong (Bagian Pertama)

0
706

Oleh: Merphin Panjaitan

 

 

 

I. Pendahuluan.

 

Manusia memiliki akal (reason) dan nurani (conscience), dan dengan akal dan nurani manusia mampu berpikir. Manusia berpikir dan menyadari keberadaannya, mampu menjalani kehidupan sosial, dalam kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan. Manusia berpikir dan mampu membuat dan menggunakan alat, mulai dari alat yang paling sederhana yang terbuat dari batu, dan kemudian berkembang hingga alat yang paling canggih, material dan non-material. Manusia berpikir dan mampu menyadari adanya bahaya, mencegah timbulnya bahaya, atau menghindar dari bahaya. Suatu waktu manusia memanjat pohon untuk menghindar  dari terkaman binatang buas, tetapi setelah bahaya berlalu, dia turun kembali. Kemampuan lebih yang dimiliki manusia, sebagai hasil kerja keras dan inovasinya, membuat manusia tidak perlu hidup di atas pohon. Manusia mampu berdiri, berjalan,  dan berlari dengan kokoh dan stabil di atas kedua kakinya, dan manusia hidup di atas tanah, tidak bergelantungan di pohon. Tungkai dan kaki manusia lebih besar dan lebih kuat dibanding dengan lengan dan tangannya, dan struktur ini terjadi karena manusia berjalan di atas ke dua kakinya. Manusia, sejak awal kehadirannya di muka bumi berjalan di atas kedua kakinya, dan sikap ini membuat otak manusia  terletak di bagian paling atas tubuh, dan posisi ini membuat otak lebih mudah berkembang. Barangkali pada awalnya semua primata hidup di atas tanah, tetapi kemudian, oleh karena primata lain di luar manusia tidak mampu berpikir, dan oleh karena itu tidak mampu membuat alat, maka demi keamanannya, misalnya terhadap ancaman binatang buas, banyak dari primata tersebut yang terpaksa hidup di atas pohon, hingga kini. Kemampuan menghadapi bahaya rendah, dan hidup di atas pohon menjadi keharusan. Pada awalnya, barangkali banyak jenis primata lain besarnya sama dengan manusia purba, tetapi dengan otak lebih kecil. Dan akibat terlalu lama hidup di atas pohon, dengan gizi kurang dalam waktu yang sangat lama, membuat banyak dari antara primata bertubuh kecil.

 

Masyarakat berburu dan pengumpul makanan hidup dalam kesetaraan, termasuk kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Hubungan sosial didasarkan atas semangat kekeluargaan. Semuanya saling membantu dalam pengumpulan dan pembagian makanan; dalam penyiapan tempat tinggal sementara; dan dalam menghadapi musuh. Para pejuang suku akan ditemukan dengan melihat kemampuan mereka di lapangan berburu dan penangkapan  ikan. Tetapi dalam masyarakat ini, tidak tersedia cukup tenaga profesional untuk berperang. Baru kemudian, dalam masyarakat bercocok tanam yang berhasil menghasilkan makanan berlimpah, hingga terjadi surplus pangan, yang disertai peningkatan jumlah penduduk tersedia banyak tenaga militer profesional untuk berperang. Dalam masyarakat Palaeolitik, organisasi sosial adalah kerjasama. Masing-masing kelompok bekerjasama dalam perjuangan mempertahankan keberadaannya.  Masyarakat bercocok tanam membudidayakan tanaman dan hewan untuk kepentingannya sendiri, menyebut spesies yang mengganggunya sebagai mahluk liar, dan berusaha untuk memusnahkannya. Sampai di sini, manusia telah berhasil mengubah seleksi alam menjadi seleksi manusia. Menjelang munculnya peradaban sekitar 5000 tahun silam, manusia menyadari keunggulannya di biosfir ini. Kemajuan manusia terutama ditentukan oleh dua kemampuannya, hasil belajar, meneliti, dan berinovasi, yaitu: pertama, kemampuan membuat dan menggunakan alat, baik alat material maupun non-material; dan kedua, kemampuan bekerjasama dengan manusia lain, baik dalam keluarga, dalam kelompok, antar kelompok, dalam negara, antar negara, dan antar peradaban. Kemampuan ini membuat manusia mampu mengelola alam dan menyelenggarakan kehidupan sosial.

Baca juga  IDEOLOGI PANCASILA: HARGA MATI BAGI NKRI

 

Sebelum berbagai peradaban muncul kepermukaan, bumi telah terbagi-bagi kedalam berbagai wilayah hidup bersama. Masyarakat yang tinggal di suatu wilayah hidup bersama, berinteraksi secara intensif satu dengan yang lain. Secara bersama-sama menghadapi tantangan yang ada, dan berusaha menjawab tantangan tersebut untuk tetap bertahan hidup, melanjutkan keturunan, dan berkembang. Pada waktu itu transportasi dan komunikasi masih sangat sederhana, dan oleh karena itu interaksi antar wilayah sangat sedikit. Kondisi ini membuat masyarakat di tiap-tiap wilayah menumbuh-kembangkan sistem nilainya masing-masing, dan sistem nilai bersama ini membuat masyarakat di suatu wilayah dapat bertahan hidup, melanjutkan keturunannya, dan berkembang. Masyarakat yang gagal menumbuhkan suatu sistem nilai bersama akan  sering gagal membuat kesepakatan bersama, dan akibatnya penuh konflik, terbelakang dan bukan mustahil punah. Pembentukan sistem nilai bersama dalam suatu masyarakat di suatu wilayah tertentu membutuhkan kehadiran suatu komunitas kreatif. Dan oleh karena itu, waktu kemunculan dan perkembangan peradaban berbeda-beda, tergantung pada kehadiran komunitas kreatif di masing-masing wilayah tersebut.

 

Kehadiran komunitas kreatif dalam suatu masyarakat tidak hanya untuk menyusun suatu sistem nilai bersama, tetapi juga untuk identifikasi tantangan bersama, dan kemudian bersama masyarakat luas menjawab tantangan tersebut. Masyarakat yang berhasil membuat sistem nilai bersama dan mampu mengidentifikasi tantangan bersama, dan kemudian memberi jawaban yang setimpal terhadap tantangan tersebut, akan membuat kehidupan mereka bersemi, waktu perputar dan sejarah bergerak maju. Sebaliknya, masyarakat yang gagal memberi jawaban yang setimpal terhadap tantangan bersama, akan berhenti bergerak atau kalaupun bergerak tidak melangkah maju. Kehidupan bersama mengalami stagnasi, frustasi, dan tidak berpengharapan. Peradaban adalah integrasi dari berbagai capaian, berupa peralatan yang dibuat dan digunakan oleh suatu komunitas, baik peralatan material maupun peralatan non-material. Kemajuan peradaban tergantung pada kemajuan berbagai peralatan ini, yang terintegrasi, satu dengan yang lain, dalam suatu masyarakat yang rasional, kreatif, disiplin, kerja keras, punya harga diri dan bertanggungjawab. Kemajuan dalam satu bidang dapat mendukung kemajuan di bidang lain, sebaliknya stagnasi di satu bidang juga akan menjadi penghambat kemajuan di bidang lain.

Baca juga  Memandang Konflik Ukraina dan Rusia

 

Peradaban awal dimulai dengan kemajuan teknologi pertanian, seperti teknologi irigasi. Produksi makanan berlimpah dan terjadi surplus pangan, dan surplus pangan ini dapat memenuhi kebutuhan pangan penduduk yang tidak bertani. Surplus pangan membuat masyarakat dapat menjalankan spesialisasi kerja, seperti pengrajin, pedagang, pemimpin masyarakat, dan birokrat. Spesialisasi kerja membuat pengetahuan dan teknologi berkembang pesat, seperti teknologi bangunan dan peralatan megalitik. Surplus pangan juga membuat pertumbuhan penduduk lebih cepat. Akibatnya kehidupan manusia semakin kompleks, dan dibutuhkan pemimpin untuk mengatur masyarakat, baik dalam kehidupan keagamaan maupun sekular. Pada perkembangan selanjutnya ditemukan tulisan, dan penemuan ini menjadi transisi dari masa prasejarah ke masa sejarah. Kemajuan pengetahuan dan teknologi membawa kemajuan di berbagai bidang kehidupan lainnya. Teknologi metalurgi membutuhkan bahan baku yang dipenuhi dengan penambangan, dan dengan demikian terbuka lapangan kerja baru. Teknologi persenjataan membuat suatu negara menjadi lebih kuat, dan mendorong mereka unutk memperluas wilayah kekuasaannya, dan semua ini membutuhkan tambahan tenaga militer. Dengan berbagai cara, baik cara damai seperti perdagangan ataupun penaklukan dengan perang, peradaban menyebar ke daerah sekitarnya dan mendorong munculnya peradaban regional baru.

 

Semua peradaban yang hadir sekarang ini dimulai pada tahap persiapan, yang telah berlangsung sejak masa prasejarah. Masa persiapan membutuhkan waktu yang panjang, dan perjumpaan dengan peradaban lain dapat membantu percepatan penyelesaian tahap persiapan, karena bisa digunakan untuk mempelajari berbagai unsur peradaban lain, seperti ilmu dan teknologi. Bagi semua peradaban berlaku hukum memberi dan menerima. Siapa memberi akan menerima, dan siapa menerima harus memberi, tetapi siapa menutup diri dia akan kehilangan segalanya. Manusia berkuasa atas jagatraya, menatalayani dan memeliharanya agar tetap lestari, adil, damai dan sejahtera. Kuasa itu hanya diberikan kepada manusia, tidak kepada hewan dan tumbuhan, juga tidak kepada badai dan petir. Dan untuk itu manusia perlu selalu ingat seruan ini: Penuhilah bumi, berkuasalah di atasnya: terhadap hewan dan tumbuhan; terhadap gunung dan lembah; terhadap daratan, lautan, dan angkasa. Kendalikan dan pelihara mereka, dan untuk itu kendalikan dirimu terlebih dahulu.

 

Masyarakat manusia cenderung hidup berkelompok, dan akibatnya dunia nyata adalah dunia dengan banyak bahasa, banyak suku, banyak agama, banyak ideologi, banyak negara dan banyak peradaban. Tiap individu mencari identitasnya, tiap individu menentukan  kelompoknya sendiri, dan tiap kelompok manusia berdiri tegak pada posisinya masing-masing. Masyarakat dunia secara terus menerus membentuk pengelompokan, mendekatkan diri dengan yang layak didekati sekaligus menjauhkan diri dari yang layak dijauhi, sebagai upaya menjamin keamanan dan kesejahteraan kelompoknya, dan peradaban mempunyai pengaruh besar dalam menentukan pengelompokan ini. Sekarang ini hadir banyak peradaban di muka bumi, dan saling berinteraksi satu dengan yang lain. Sebagaimana manusia yang butuh berinteraksi dengan manusia lain demi kehidupan dan kemajuannya, peradaban yang satu juga butuh interaksi dengan peradaban lain untuk kemajuan peradaban tersebut. Peradaban yang mengisolir diri akan menjadi tidak responsif, merosot, dan kemudian runtuh. Interaksi antar peradaban dibutuhkan, dan menjadi kebutuhan bersama manusia, demi kelangsungan hidup dan kemajuan bersama umat manusia. Kecurigaan antar peradaban harus dihindari, karena akan menghambat proses interaksi, yakni proses memberi dan menerima antar peradaban. Saling curiga diganti dengan saling percaya, kesombongan diganti dengan kerendahan hati, untuk kehidupan yang lebih baik bagi semua.

Baca juga  Kebaktian Tengah Minggu Sebagai Media Pembinaan Umat: Pengalaman GKP

 

Sejarah umat manusia adalah sejarah peradaban, dan berbagai masyarakat manusia hidup bersama dengan peradabannya. Selama manusia masih ada sejarah tidak akan pernah berakhir, dan peradaban manusia tidak akan pernah menjadi satu. Berbagai peradaban muncul, berkembang, kemudian merosot, dan selanjutnya runtuh, dan pada waktu yang sama peradaban lain muncul dan berkembang. Bumi terus berputar mengelilingi matahari dan sejarah tetap bergerak. Peradaban manusia selalu ada, diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya, dan kalau suatu peradaban kelelahan, posisinya akan digantikan oleh peradaban lain. Peradaban datang dan pergi, peradaban yang merosot dan runtuh digantikan oleh peradaban yang lebih sesuai dengan kebutuhan manusia.

 

Gotongroyong adalah cara hidup masyarakat Indonesia dalam upaya bertahan hidup, dan oleh karena itu menjadi kebutuhan bersama masyarakat Indonesia sejak dahulu kala. Setiap individu menyadari bahwa banyak pekerjaan yang terlalu berat untuk dikerjakan sendiri. Berburu hewan besar dan menangkap ikan di laut terlalu berat untuk dikerjakan sendiri. Menebang hutan untuk membuka lahan pertanian, membangun rumah dan pembuatan alat besar serperti perahu dan lesung batu terlalu berat  dikerjakan sendiri. Gotongroyong menjadi jawaban terhadap beban berat itu, karena memberi kesempatan kepada masyarakat untuk kerjasama secara sukarela, dan memberi manfaat yang adil bagi semuanya.

 

Huntington mengajukan daftar peradaban besar seperti ini: Peradaban Tionghoa; Peradaban Jepang; Peradaban Hindu; Peradaban Islam; Peradaban Ortodoks; Peradaban Barat; Peradaban Amerika Latin; dan barangkali Peradaban Afrika. Selain peradaban yang ditampilkan oleh Huntington, tentu masih ada peradaban lain, dan dalam buku ini saya menulis Peradaban Gotongroyong, yang muncul di Indonesia, atau barangkali lebih luas lagi, di Asia Tenggara. Dalam buku ini Peradaban Gotongroyong ditulis sebagai suatu proses dan capaian, dimulai dengan tahap persiapan, kemudian tahap kemunculan, dan selanjutnya tahap perkembangan. Proses ini membutuhkan waktu yang sangat panjang, dan telah dimulai sejak masa prasejarah.