Singkirkan “Karat-Karat” Iman

0
702

Oleh: Pdt. Pinehas Djendjengi

1 Timotius 6:11-21
(11) Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan. (12) Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi. (13) Di hadapan Allah yang memberikan hidup kepada segala sesuatu dan di hadapan Kristus Yesus yang telah mengikrarkan ikrar yang benar itu juga di muka Pontius Pilatus, kuserukan kepadamu: (14) Turutilah perintah ini, dengan tidak bercacat dan tidak bercela, hingga pada saat Tuhan kita Yesus Kristus menyatakan diri-Nya, (15) yaitu saat yang akan ditentukan oleh Penguasa yang satu-satunya dan yang penuh bahagia, Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan. (16) Dialah satu-satunya yang tidak takluk kepada maut, bersemayam dalam terang yang tak terhampiri. Seorang pun tak pernah melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia. Bagi-Nyalah hormat dan kuasa yang kekal! Amin. (17) Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati. (18) Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi (19) dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya. (20) Hai Timotius, peliharalah apa yang telah dipercayakan kepadamu. Hindarilah omongan yang kosong dan yang tidak suci dan pertentangan-pertentangan yang berasal dari apa yang disebut pengetahuan, (21) karena ada beberapa orang yang mengajarkannya dan dengan demikian telah menyimpang dari iman. Kasih karunia menyertai kamu!

Baca juga  Kebaskanlah Debu

Pernah memperhatikan karat pada besi? Besi yang dikenal logam yang kuat itu bisa hancur karena karat. Dalam hidup beriman ada “karat-karat” yang dapat membuat iman kita keropos. Apakah “karat-karat” iman itu?

Pertama, rasa kosong. Bertahun-tahun beribadah, berulang-ulang membaca Alkitab dari awal sampai akhir, begitu aktif dalam pelayanan, namun, hatinya tetap kosong. Tak ada sukacita, sebab yang ada ialah rutinitas. Bila rutinitas ini dihentikan, hatinya semakin terasa kosong. Tak ada gairah, sebab yang ada cuma kesibukkan yang melelahkan. Karat ini hanya bisa disingkirkan melalui keutulusan mengundang Roh Kudus dalam hidup kita.

Kedua, enggan memberi diri. Banyak orang ingin memberi tapi hatinya tidak tulus. Hanya karena tidak senang dengan jemaat tertentu, lalu mengurungkan niatnya. Banyak orang siap melayani, tapi karena satu dan lain hal, lalu mangkir. Lihat apa yang Yesus lakukan, Dia memberikan seluruh diri-Nya. Di atas kayu salib Dia berseru, “Sudah selesai!” Artinya, Ia menyelesaikan tugasnya sampai tuntas. Tidak tanggung-tanggung. Sering kita, hanya karena tersinggung atau kecewa sedikit, sudah menjadi alasan kuat untuk vakum dan mundur. Pandanglah Yesus! Ia rela dihinakan, tapi akhirnya dimuliakan oleh Bapa di surga. Sungguh mulianya kehidupan seseorang yang rela dihinakan karena Yesus.

Ketiga, menyamarkan diri. Banyak orang Kristen suka menyamarkan diri, apalagi jika berada dalam komunitas beragama lain. “Saya adalah satu-satunya orang Kristen di situ, jadi ya saya harus pandai-pandai membawa diri.” Betul, kita harus pandai-pandai membawa diri. Tapi yang sering terjadi adalah, kita begitu pandainya menyamarkan dan bahkan menyembunyikan identitas kita. Ini tandanya kita belum dimerdekakan oleh Kristus. Ciri orang orang yang telah dimerdekakan oleh Kristus: selalu ingin mengekspresikan imannya kapan dan di mana pun. Tentu, bukan untuk tujuan menyombongkan diri. Tetapi semata-mata untuk menunjukkan makna imannya kepada sesama.

Baca juga  Injil Menerangi Adat Istiadat

Keempat, membangun tembok-tembok pemisah. Orang Kristen sering terhambat mengaktualisasikan kehendak Allah karena ada tembok-tembok yang dibangun di sekelilingnya. Tembok itu bisa berupa doktrin, peraturan, atau bahkan pernyatataan-pernyataan merasa lebih unggul dari yang lainnya. Tembok-tembok pemisah akan membuat kita saling berlawanan satu sama lain. Kita harus sadar gereja itu bersifat kudus dan juga am. Artinya terbuka kepada sesamanya.

Mari kita singkirkan “karat-karat” iman di atas supaya kita dapat mengikuti apa yang dikatakan Paulus, “Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi” (ay. 12). Selanjutnya, kata Paulus dalam ayat 20-21: “… peliharalah apa yang telah dipercayakan kepadamu. Hindarilah omongan yang kosong dan yang tidak suci dan pertentangan-pertentangan yang berasal dari apa yang disebut pengetahuan, arena ada beberapa orang yang mengajarkannya dan dengan demikian telah menyimpang dari iman. Kasih karunia menyertai kamu!”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here