Pdt. Weinata Sairin: “Tu ne cede malis, sed contra audentior ito. Janganlah menyingkir dari kesukaran, tetapi hadapilah kesukaran itu dengan lebih berani.”

0
438

Banyak orang menyikapi sebuah kehidupan ini dengan beragam pendekatan. Ada yang menyikapinya dengan santai, mengalir saja, tanpa sebuah ‘interupsi’ yang berarti. Ada yang secara serius mendisain sebuah kehidupan secara ketat, ada tujuan yang mesti dicapai, ada perjuangan keras dengan banyak pengurbanan untuk mewujudkan tujuan hidup. Cara pandang dan pendekatan dalam menyikapi kehidupan seperti ini dilatarbelakangi banyak hal. Bisa oleh karena faktor budaya, pengalaman masa lalu, nilai-nilai filsafat dan agama.

 

Tentu saja cara pandang dan pola pendekatan terhadap kehidupan itu memiliki resiko dan konsekuensi masing-masing. Seseorang yang ‘easy going’ saja dalam menghidupi kehidupan mungkin akan lebih ‘tenang’ dan ‘sehat’ ketika kehidupan memasuki guncangan dan turbulensi yang menggoyang. Seseorang yang lebih serius dalam menyikapi kehidupan, lebih cepat ‘panik’ dan ‘stress’ berhadapan dengan turbulensi yang mengguncang.

 

Apapun cara pendekatan seseorang dalam berhadapan dengan kehidupan, namun _keberanian_, sikap yang berani wajib ditunjukkan dalam perjalanan hidup. Berani dalam mengambil resiko, berani dalam mengambil keputusan, berani menghadapi tantangan, berani dalam menghadapi masalah yang berat dan pelik. Seorang yang berani bukan orang yang lepas tangan atau cuci tangan. Seorang yang berani tidak mencari execuse dan atau ‘kambing hitam’, tapi siap memikul tanggungjawab dengan sikap yang jelas dan bukan sikap abu-abu.

 

Ada cerita menarik dari masa lampau tentang ‘keberanian’. Selama pemerintahan Presiden Woodrow Wilson, Amerika Serikat berselisih dengan Old Mexico. Dalam suatu pertempuran kecil, beberapa tentara marinir Amerika berhasil menangkap Vera Cruz sedangkan beberapa tentara yang lain, gugur. Jenazah mereka dibawa ke New York dan sebuah upacara pemakaman yang besar dipersiapkan untuk menghormati jasa-jasa mereka.

Baca juga  Cinta Kasih Tak Pernah Berakhir

 

Walaupun banyak beredar berita bahwa akan ada rencana pembunuhan bagi Presiden namun ia tetap menyatakan diri untuk ikut ambil bagian pada acara di pemakaman itu. Sahabat-sahabatnya berupaya mencegah Presiden agar tidak ikut dalam acara itu. “Negara ini tak boleh kehilangan presidennya!” kata salah seorang temannya. Presiden Wilson malah menjawab : “Negara ini juga tidak boleh memiliki seorang presiden yang *pengecut*!” Ia pun tetap mantap ikut dalam upacara pemakaman tersebut.

 

Seorang manusia sebagai ‘makhluk yang ditangggungi jawab’ harus berani menghadapi resiko apapun. Ia tak boleh lari dan lepas tangan. Dalam kisah yang diungkap tadi, Presiden Wilson telah memberi contoh yang cerdas. Siapapun dan dalam kapasitas apapun kita manusia harus tetap mewujudkan tanggungjawab, tanpa kecuali. Pepatah kita menyatakan agar kita harus berani menghadapi kesukaran dan jangan menyingkir. Kesukaran, cawan penderitaan, anggur dukacita mesti kita reguk tanpa ragu. Derita dan kesukaran yang kita alami adalah bagian dari proses pembelajaran hidup dan kita tak boleh menyingkir dari realitas itu. Dengan memohon kekuatan dari Tuhan Yang Maha Esa kita pasti bisa memenangkan derita dan kesukaran yang mendera dan meliliti kehidupan kita.

 

Selamat berjuang. God bless.

 

Weinata Sairin.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here