Oleh: Pdt. Andreas Loanka
Bacaan Firman Tuhan dari 2 Tawarikh 35:1-19
Yosia adalah seorang raja yang baik dalam pandangan Allah. Tentang kehidupan Yosia, Alkitab menyebutkan bahwa ia adalah seorang raja yang melakukan apa yang benar di mata Tuhan, hidup memuliakan Tuhan seperti Daud, bapa leluhurnya, dan tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri (2Taw. 34:2).
Dalam bahan BGA kamarin telah kita mempelajari bahwa Yosia menjadi raja pada usia delapan tahun, pada usia enam belas tahun ia mulai mencari Tuhan, dan pada usia dua puluh tahun ia mengadakan kebangunan rohani bagi bangsanya (2Taw. 34:3). Dalam bahan BGA hari ini kita belajar bagaimana Yosia, pada usia dua puluh enam tahun, merayakan Paskah (2Taw. 35:19). Perayaan Paskah, yang mengingatkan bangsa Israel akan karya Allah yang menyelamatkan umat-Nya, dilakukan Yosia dengan persiapan dan pelaksanaan yang baik untuk memuliakan Tuhan dan membangun umat-Nya. Ada beberapa hal yang tentang perayaan Paskah Yosia ini yang bisa dijadikan pelajaran.
Pertama, momen pelaksanaan yang sesuai dengan waktunya. Seturut dengan hukum Taurat, Yosia merayakan Paskah bagi Tuhan pada pada tanggal empat belas bulan yang pertama (ay. 1). Hal ini sangat berbeda dengan pelaksanaan Paskah Hizkia yang terpaksa tertunda satu bulan karena para imam dan umat yang belum siap (2Taw. 30:2-3). Perayaan hari-hari besar gerejawi sesuai dengan momentumnya adalah sangat penting bagi umat agar dapat menghayati maknanya dan mengalami dampaknya.
Kedua, orang yang melayani adalah orang-orang yang telah dipersiapkan dengan baik (ay. 2-6). Pada masa itu orang yang telah dipersiapkan tersebut adalah para imam dan orang-orang Lewi. Para imam diberi tugas dan didorong untuk menunaikan tugas jabatannya dalam rumah Tuhan. Orang-orang Lewi juga ditugaskan untuk membantu pekerjaan para imam di dalam tugas-tugas peribadahan maupun pengajaran kepada umat. Pada masa kini, kita percaya bahwa semua orang percaya adalah imamat yang rajani, namun untuk terlibat dalam pelayanan ibadah dan pembinaan umat setiap orang percaya haruslah mau mempersiapkan diri dan diperlengkapi dengan sebaik-baiknya.
Ketiga, persembahan kepada Tuhan diberikan dengan sepenuh hati (ay. 7). Yosia bukan hanya memberikan kepada Tuhan dengan ala kadarnya saja, tetapi ia memberikan persembahan dengan sepenuh hati. Tiga puluh ribu ekor kambing domba dan tiga ribu ekor lembuh yang dipersembahkan Yosia, untuk dipakai rakyatnya dalam perayaan Paskah, menunjukkan ketulusan dan kesungguhan hatinya di dalam memberi. Apa yang dilakukan Yosia itu menjadi pendorong bagi para panglimanya, para pejabat negaranya, para pemimpin agama, dan rakyatnya untuk ikut melakukan hal yang sama dalam memberikan persembahan sukarela (ay. 8-9). Persembahan yang diberikan dengan kesungguhan hati bukan hanya berkenan kepada Tuhan, tetapi juga memberikan manfaat bagi sesama.
Keempat, keterlibatan banyak orang untuk ambil bagian dalam ibadah direncanakan dan diatur dengan baik dan rapih. Perayaan Paskah direncanakan dan dilaksanakan dengan rapi dan orang-orang Lewi yang bertugas ditata untuk dapat melakukan pelayanan masing-masing dengan sebaik-baiknya (ay. 10-17). Umat Tuhan bukanlah penonton dalam suatu ibadah, tetapi orang-orang percaya harus ikut ambil bagian di dalamnya. Keterlibatan dalam pelayanan pada satu pihak harus bersifat cair, sehingga orang banyak dapat turut ambil bagian di dalamnya. Tetapi di pihak lain pelayanan itu harus ditata dengan rapi, agar semuanya dapat berjalan dengan baik, mendatangkan berkat, dan memuliakan Allah.
Tuhan memberkati.
Salam dan doa dari Pdt. Andreas Loanka – GKI Gading Serpong