Pdt. Weinata Sairin: “There is no end to education. It is not that you read a book, pass an examination, and finish with education. The whole of life from the moment you are born to the moment you die, is a process of learning “. (J. Krishnamurti)

0
521

 

Pendidikan adalah bagian integral dari dunia manusia. Pendidikan bukan bagian dari sebuah “dunia lain”. Manusialah yang mendapat privilege dari Allah sebagai makhluk yang memperoleh akal, budi dan pemikiran. Manusia adalah makhluk yang berfikir. Dari proses berfikir itu manusia berbudaya, berpendidikan dan mampu membangun peradaban.

 

Kata “pendidikan” , _education_ berasal dari kata bahasa Latin “educare” yang bermakna “menuntun, mengarahkan, memimpin keluar”. Hakikat pendidikan sebenarnya di nafasi oleh kata-kata itu sehingga seseorang yang mengalami proses pendidikan maka ia akan dimampukan untuk menerobos keluar dan dapat melihat horison baru dalam kehidupan yang prospektif.

 

Hari-hari ini dunia pendidikan negeri ini kembali ramai dengan terbitnya Peraturan Mendikbud 9 Juni 2017 yang menetapkan bahwa hari sekolah berjumlah 5 hari dengan jumlah jam pelajaran 8 jam berlangsung pk 7.00-15.00. Oleh karena dunia pendidikan adalah dunia manusia maka kebijakan baru ini menuai pro dan kontra dalam masyarakat. Tak kurang dari seorang Wapres yang menyatakan bahwa keputusan itu perlu ditinjau ulang. Sebagaimana yang dikutip Kompas 14 Juni 2017 menurut Wapres keputusan yang menyangkut nasib 50 juta anak mesti dibahas dalam Rapat Terbatas Kabinet yang dipimpin Presiden dan tidak hanya diputuskan ditingkat menteri. Pernyataan ini tentu besar dampaknya tidak saja terkait dengan substansi masalah tetapi juga dalam konteks mekanisne pengambilan keputusan di lingkup pemerintahan, mana yang cukup diputuskan pada level menteri dan mana yang mesti dibawa ke level rapat terbatas Kabinet yang dihadiri oleh beberapa menteri.

 

Kita tentu berharap akan segera ada kejelasan tentang posisi Permendikbud itu dalam konteks dunia pendidikan kita dan bagaimana seluruh warga masyarakat mendapat penjelasan yang tepat, akurat dan detail tentang Permendikbud yang tujuannya mulia yaitu “penguatan pendidikan karakter”.

Baca juga  Hidup Sebagai Keluarga Allah

 

Hal yang penting kita dukung dalam pelaksanaan kebijakan baru di bidang pendidikan oleh Mendikbud itu adalah penguatan pendidikan karakter, yang menjadi tema utama kebijakan baru itu. Pendidikan karakter (yang positif) bagi peserta didik bukanlah hal mudah di zaman ini. Realitas yang kita hadapi dalam dunia nyata setiap hari nyaris berlawanan dengan karakter positif yang akan dijadikan materi pembelajaran bagi peserta didik. Teror, pembunuhan, penculikan, perampokan, pembohongan publik telah menjadi bagian sah dari generasi ini. Itulah sebabnya penguatan pendidikan karakter tidak selesai hanya di sekolah. Hal itu mesti terjadi di rumah, di masyarakat, di komunitas keagamaan, di kantor, di parlemen dan di berbagai tempat lainnya.

 

Dunia pendidikan itu sendiri harus meneladankan karakter positif jangan hanya mengajarkan tentang karakter. Kasus ijazah palsu, lembaga pendidikan tak berizin, plagiarisme pada pembuatan skripsi, tesis, disertasi, pungli dalam kenaikan pangkat di dunia pendidikan telah mencoreng dan mencederai dunia pendidikan itu sendiri sebagai lembaga yang mentransfer nilai-nilai yang luhur.

 

Pendidikan meneladankan banyak hal kepada manusia antara lain : kejujuran, kesabaran, kerendahan hati, sikap mengampuni. Dalam dunia yang garang dan sangar kita acap dituntut untuk melatih kesabaran. Sabar berarti kesediaan merespons kata-kata kemarahan dengan tenang namun argumentatif. Adalah Bernardo Tasso yang meledak kemarahannya kepada anaknya. Soalnya sang anak lebih memilih ilmu filsafat dari pada ilmu hukum seperti yang diinginkan ayahnya. Ayahnya berteriak marah: “Apa yang telah filsafat lakukan bagimu?” Katanya kepada anaknya. Dan sang anak menjawab dengan tenang: “Filsafat telah mengajarku untuk menahan cercaan seorang ayah dengan kata-kata penuh kelembutan…”

 

Pepatah yang dikutip diawal bagian ini mengingatkan kita bahwa pendidikan tidak mengenal akhir. Seluruh kehidupan kita adalah proses pembelajaran yang tanpa henti. Pendidikan tidak selesai pada jenjang pendidikan, sertifikat atau ijazah. Pendidikan berlangsung seumur hidup. Mari terus belajar dan mempraktekkan kejujuran, kesabaran, rendah hati, mengampuni, mengasihi orang lain, mencintai orang yang membenci kita.

Baca juga  Pdt. Weinata Sairin: "Vigilate et orate. Berjagalah dan berdoalah".

 

Selamat Berjuang! God bless.

 

Weinata Sairin

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here