Memberitakan Firman Tuhan atau Menjual Firman Tuhan?

0
618

Oleh: Yonghan

 

Semakin terlibat dalam dunia pelayanan, hati ini semakin merasa miris. Bagi kebanyakan orang, kata “pelayanan” ternyata sinonim dengan “berapa Persembahan Kasihnya?”. Kalau setelah dipotong ongkos dapat angka yang layak untuk dikerjakan, barulah pelayanan itu layak dikerjakan. Ada prinsip hitung dagangnya.

 

Ini pemberitaan Firman Tuhan atau penjualan Firman Tuhan?

 

Pelayanan masa kini identik dengan bagaimana menjadi besar dan kaya. Kalau besar, maka semakin banyak uang yang bisa ditarik masuk. Kalau kaya, maka bisa semakin terkenal. Tidak pernah mengenai kehendakNya, tapi mengenai kehendakku. Tidak pernah mengenai His glory, but my glory.

 

1 Kor 9:18

Kalau demikian apakah upahku? Upahku ialah ini: bahwa aku *boleh memberitakan Injil tanpa upah,* dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil.

 

Masih adakah yang motivasi hatinya murni seperti Paulus? Atau lebih banyak yang sehati dengan para penyamun di Bait Allah? Saya percaya kalau neraka akann dipenuhi orang-orang yang rajin ikut “pelayanan” dengan motivasi yang salah. Mereka akan terkejut. Mereka akan bingung. “Saya yang tekun memberitakan salib kok malah berakhir di tempat yang sama dengan para seteru salib?” Sesalnya kelak.

 

Apakah dunia pelayanan membuatmu semakin kaya dan besar? Kalau ya, mungkin Saudara akan berakhir seperti Bileam. Saudara mungkin akan seperti “Eli telentang dari kursi di sebelah pintu gerbang, batang lehernya patah dan ia mati. Sebab telah tua dan gemuk orangnya.” (1Sam4:18)

 

Jika jalan Bileam yang Saudara tempuh saat ini, maka bersiap-siaplah untuk mendengarkan ini: *”Aku tidak pernah mengenal kamu!* Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” (Mat 7:23)

 

Baca juga  Umat Yang Celaka (Ratapan 1:1-19)

Setiap dari kita PASTI akan berhadapan muka-dengan-muka dengan Allah, cepat atau lambat saja. Karena itu, bagi setiap orang yang terlibat dalam dunia pelayanan + gereja, mari kita uji baik-baik dan sungguh-sungguh hati kita yang terdalam: jalan siapakah yang kita tempuh saat ini? Jalan Bileam ataukah Paulus?

 

Kabar baiknya, selama masih hidup maka Saudara masih bisa bertobat. Sesal di neraka sudah tak ada gunanya. Di dalam kegelapan yang paling gelap itu, ratap dan kertak gigi akan menjadi teman bagi penyesalanmu (Mat 8:12).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here