Constantia et labore: Dengan ketekunan dan kerja keras

0
614

Oleh: Pdt. Weinata Sairin

 

 

Kata “tekun” dan “kerja keras” acap kita dengar dalam percakapan sehari-hari. Pada zaman baheula tatkala kita mau menghadapi ‘ulangan’ untuk kenaikan kelas atau menjelang ‘ujian penghabisan’ (sejenis ‘ujian nasional’ sekarang ini) para orang tua berpesan agar kita tekun dan kerja keras dalam belajar. Malahan pada saat itu orangtua kita berpesan agar kita menggunakan waktu dengan ketat, tidak lagi menghabiskan waktu dengan banyak bermain-main. Orangtua kita agak marah jika saat itu kita mengabaikan pesannya.

 

Tekun adalah berketetapan hati, terus menerus, sikap yang tidak kenal lelah dalam melaksanakan sesuatu aktivitas. Ketekunan dekat dengan ‘kerja keras’. Seseorang yang memiliki sikap tekun dan mau bekerja keras acapkali sukses dalam menjalankan program kegiatan mereka.

 

Salah seorang tokoh yang biasa disebut dalam konteks ketekunan dan kerja keras adalah Thomas Alva Edison. Thomas disuatu saat mempunyai kesibukan menyempurnakan gramophone. Ada sedikit masalah dalam gramophone itu yaitu nada rendah yang tidak terdengar dan nada tinggi yang suaranya sumbang. Tugas perbaikan gramophone itu ia percayakan kepada asistennya bernama George. Sesudah dua tahun sang asisten menggarap pekerjaan itu ia mendatangi Thomas Edison dan berkata : “Tuan Edison, aku sudah menghabiskan uangmu ribuan dolar dan dua tahun hidupku, tapi pekerjaan belum selesai. Aku yakin jika memang ada jalan keluar untuk hal ini pasti aku sudah menemukannya. Oleh karena itu aku ingin menarik diri dari pekerjaan ini!” Menjawab hal itu Edison mengatakan : “George aku percaya bahwa untuk setiap masalah Tuhan pasti telah memberikan jawabanNya kepada kita. Kita mungkin tidak bisa menemukannya hari ini tetapi suatu saat seseorang pasti akan menemukannya. Kembalilah kepada pekerjaanmu dan cobalah bekerja lebih lama lagi.”

Baca juga  Melawan Kesalehan Palsu

 

Andaikata Thomas Edison secara pribadi tidak tekun, bukan orang pekerja keras dan bukan seorang yang memiliki perspektif teologis yang kukuh, pasti dunia yang kita hidupi (dan nikmati) sekarang ini, tidaklah seperti sekarang ini. Thomas Edison bukan saja piawai dan kompeten di bidangnya, ia juga tekun, sabar, pekerja keras, dan teguh beriman kepada Allah. Ia memiliki keimanan dan ketakwaan yang kukuh, tangguh dan dalam.

 

Pepatah kita menyatakan bahwa ketekunan dan kerja keras itu amat penting menjadi modal dasar dan unsur penggerak dari kedirian kita. Di keluarga kita memerlukan ketekunan dan kerja keras; di komunitas, di kantor, di lingkup kehidupan sosial kemasyarakatan; dalam organisasi kemasyarakatan, lembaga keagamaan, Civil Society dalam organisasi apapun dan di level/aras apapun termasuk di lembaga pemerintahan, ketekunan dan kerja keras amat penting. Di era digital, di zaman percepatan teknologi, ketekunan, kerja keras, kecermatan dan kehati-hatian amat amat penting. Mempertahankan Pancasila dan UUD NRI 1945, merawat NKRI yang majemuk, melawan diskriminasi dan intoleransi serta *persekusi* harus tekun dan kerja keras.

 

Selamat Berjuang! God bless.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here