Deus misereatur nostri et benedicat nobis. Semoga Allah mengasihani kita dan memberkati kita.

0
657

Oleh: Pdt. Weinata Sairin

 

Hidup kita manusia, makhluk istimewa yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa, sejatinya tidak pernah *sendiri*. Sendiri, secara fisik, mungkin ya. Tapi sendiri dalam kapasitas non-fisik, tidak pernah. Manusia selalu hidup dalam keterhubungannya dengan Allah, Sang Pencipta. Keterhubungan itu mewujud dalam pelaksanaan ibadah, doa, kegiatan keagamaan yang bersifat ritual dan seremonial. Itulah “media” yang memperhubungkan manusia dengan Allah, setiap saat, dari waktu ke waktu. Berbagai problema besar yang dihadapi seorang manusia, yang acapkali cukup menguras tenaga dan pikiran, biasanya diungkapkan kepada Tuhan dalam doa yang rutin dilakukan oleh manusia.

 

Oleh karena itu manusia yang beragama, secara teoritis, adalah seseorang yang selalu ada dalam keterikatan dengan Tuhannya. Ya itu secara teoritis. Secara praktis bisa saja terjadi deviasi, artinya manusia “meninggalkan” Tuhan atau ia abai saja terhadap keberadaan Tuhan. Dalam kondisi “kevakuman relasi” dengan Tuhan itu manusia melakukan berbagai perbuatan yang bertentangan secara diametral dengan ajaran agama. Misalnya mekakukan suap, korupsi, membunuh, menganiaya, menyiksa, mendiskriminasi.

 

Semua agama, tidak terbatas 6 agama yang selama ini secara formal diberikan pelayanan oleh Pemerintah, pasti memiliki banyak program, aktivitas dan kegiatan yang melaluinya umat berinteraksi dengan Tuhan Yang Maha Esa. Kita tentu berasumsi bahwa umat beragama tanpa kecuali melakukan interaksi dgn Tuhan sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh agama masing-masing.

 

Memang dalam dunia yang makin modern dengan tingkat kesibukan setiap orang sangat tinggi memberi dampak yang amat besar dalam kehidupan spiritualitas umat. Umat nyaris mengalami kehilangan waktu yang cukup banyak untuk bisa berinteraksi dengan Tuhan.

 

Sebagai umat beragama kita harus mampu menyiasati kondisi seperti itu dengan sebaik-baiknya. Percepatan teknologi informasi, majunya peradaban manusia itu juga semua anugerah Tuhan kepada manusia. Oleh karena itu anugerah Tuhan harus diupayakan agar justru tidak membuat manusia kehilangan kesempatan untuk berinteraksi dengan Tuhan. Teknologi digital justru harus memacu manusia untuk berinteraksi makin sering dengan Tuhan.

Baca juga  Ex ore parvulorum veritas: Dari mulut anak-anak kecil muncul kebenaran

 

Tanggal 27 Mei 2017 telah ditetapkan oleh Sidang Isbat di Kementerian Agama tanggal 26 Mei 2017 sore sebagai awal pelsksanaan Ibadah Puasa bagi Umat Islam di Indonesia. Kita ucapkan Selamat Menunaikan Ibadah Puasa bagi Saudara-saudara kita umat Islam di Tanah Air. Bulan Ramadhan adalah momentum paling tepat bagi umat untuk meningkatkan frekuensi interaksi dengan Sang Pencipta.

 

Mari kita mendoakan kiranya Tuhan memberkati Saudara-saudara kita yang menjalankan ibadah puasa, diberikan kesehatan, kesegaran, kekuatan sehingga ibadah puasa dapat dijalankan dengan baik dan selesai secara sempurna. Puasa penting artinya sebagai sarana untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan, serta penguatan spiritualitas umat. Pepatah di awal tulisan ini mengajak kita untuk berdoa bagi seluruh warga bangsa di bulan suci Ramadhan ini “semoga Allah mengasihani dan memberkati kita”.

 

Selamat berjuang. God Bless.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here