Karena pemberitaan Injil inilah aku menderita, malah dibelenggu seperti seorang penjahat, tetapi firman Allah tidak terbelenggu (2 Tim. 2 : 9)

0
837

Oleh: Pdt. Weinata Sairin

 

 

Setiap orang pasti pernah mengalami apa yang disebut “penderitaan” dalam episode kehidupan yang ia jalani. Penderitaan itu bisa mewujud dalam berbagai bentuk baik bentuk fisik maupun non fisik. Penderitaan itu juga bisa berbagai macam bobot dan variannya dan setiap orang meresponsnya secara berbeda-beda. Penderitaan karena penyakit bisa berlangsung dalam waktu yang lama, apalagi jika mesti dilakukan perawatan di rumah sakit. Penderitaan akibat konflik atau perang biasanya juga berlangsung cukup lama.

 

Penderitaan akibat luka-luka batin yang belum mampu disembuhkan juga biasanya menghabiskan waktu yang lama. Dalam beberapa tahun terakhir banyak orang yang menderita karena pertikaian primordial, aksi teror, aksi begal, aksi kekerasan fisik dalam banyak bentuk, derita karena ulah kaum intoleran, kekerasan terhadap anak dan perempuan, derita psikologis karena ujaran kebencian dan penghujatan agama.

 

Bahkan banyak yang menderita dan mesti masuk penjara karena kasus pidana dan atau kasus lainnya. Penderitaan adalah bagian integral dari hidup manusia itulah sebabnya derita akan selalu ada dalam kehidupan manusia. Seorang tokoh agama pernah berujar bahwa “Lahir, hidup dan mati adalah penderitaan” Dan pernyataan itu tetap valid karena seluruh umat manusia mengalaminya.

 

Menarik untuk menggaris bawahi pernyataan Paulus dalam 2 Timotius 2 : 9. Ayat ini bisa kita bedah dengan lebeih jelas. Aktivitas pemberitaan Injil telah menyebabkan Paulus menderita. Publik dan penguasa tidak wellcome bukan saja terhadap figur Paulus tetapi lebih jauh dari itu mereka menolak Injil. Mereka tidak suka terhadap “berita kesukaan” yang menawarkan sebuah “novum” dalam perspektif keselamatan manusia. Mereka merasa sudah “arrive” dan berada dalam zona nyaman dilingkup agama/teologi mereka. Mereka tidak butuh lagi sesuatu yang new, yang novum mereka sudah merasa enjoy dengan apa yang mereka miliki.

Baca juga  Menjunjung Kehormatan Tuhan

 

Paulus terus terang berucap bahwa pemberitaan Injil itu yang membuat ia menderita. Andaikata Injil itu di diamkan saja, tidak diberitakan, tidak dikotbahkan, tidak diwujudkan dalam bentuk sikap- tindak perbuatan, belum tentu ada penderitaan. Ya karena tak ada konflik (teologis), semua diam-diam saja. Paulus dibelenggu seperti penjahat, tetapi dengan gaya bahasa yang antagonistik Paulus dengan lantang menegaskan bahwa firman Allah “tidak terbelenggu”. Ini pernyataan yang tegas dan cukup puitis dari seorang Paulus. Dirinya bisa dibelenggu seperti penjahat, tetapi Firman Allah tidak terbelenggu!

 

Cukup menarik bahwa Paulus memberi diferensiasi yang amat jelas dan distingtif antara *dirinya* dan *firman Allah*. Dirinya, tubuhnya, bisa saja dipenjara, dibelenggu, tetapi firman Allah yang sakral-transendental itu tidak pernah bisa dipenjara, dibelenggu, dipasung. Firman Allah adalah “dunamos Allah”, kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya. Firman itu tak bisa dimusnahkan, roh sakral-transendental yang built in pada Firman Allah menjadikan Firman itu kuat, energik dan transformatif sehingga mampu memperkuat kedirian orang beriman.

 

Bagian Alkitab ini memberi semacam lesson learn yang amat penting bagi kita ditengah dinamika dunia sekarang ini.

 

a. Yesus tetap menjadi inti, fokus, core dari gerak  kegiatan kita, dimanapun,pada level apapun (ayat 8). Yesus hrs tetap menjadi roh, *ruach* dari aktivitas kita. Ia sumber referensi kita. Soal kita adalah bagaimana mengemas dan mengartikulasikan ajaran Yesus dalam dunia sekuler yang mengkafirkan kita?

 

b. Kedirian kita, pribadi, tubuh kita bisa saja terbelenggu tetapi Firman Allah tidak terbelenggu (ayat 9). Pembahasaan Paulus yang antagonistik ini amat interesan secara literer. Bagaimana didalam realitas keterbelengguan kita karena faktor politik, perlakuan diskriminatif, positioning yang “minoritas”, kita menjadikan Firman Allah tetap bebas, mandiri, dinamik memberi perspektif baru bagi manusia. Media teknologi yang ada, dapatkah digunakan Gereja untuk mempromosikan Firman Allah bagi dunia sekuler?

Baca juga  Mengarahkan Hidup Pada Allah

 

c. Sabar menanggung semuanya (ayat 10). Diperlukan kesabaran yang amat tinggi untuk menanggung derita karena Injil. Sabar artinya bertahan, tidak mengeluh, tekun menjalani semua proses yang terjadi sebagai bagian dari kehidupan umat beriman.

 

Selamat Merayakan Hari Minggu. God bless.

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here