Kebangkitan Yesus: Jaminan Kebahagiaan

0
948

Oleh: Pdt. Pinehas Djendjengi

 

Kolose 3:1-4

(1) Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. (2) Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. (3) Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah. (4) Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.

 

Sebuah pepatah Persia mengatakan, “Setiap malam yang kelam memiliki satu akhir yang cerah.” Paskah adalah akhir yang cerah dari rangkaian penderitaan Kristus. Paskah adalah pesta kemenangan atas kejayaan Kristus menerobos maut. Ia membuka jalan bagi hidup baru yang kekal. Paulus menghayati agungnya kejadian ini sebagai kebenaran yang sungguh nyata. Kepada jemaat Korintus ia pernah berkata: “Oleh kebangkitan Kristus semua orang dibebaskan dari kuasa kegelapan dan maut, dan hidup dalam persekutuan dengan Tuhan … Jika Kristus tidak bangkit maka sia-sialah iman kita (1 Korintus 15:14).

Selaku orang Kristen kita merayakan Paskah karena kita telah dipersekutukan dengan Kristus. Maka dalam suratnya kepada jemaat di Kolose, Paulus mengajak: “Karena kamu dibangkitkan bersama Kristus, maka hiduplah sebagai anak-anak terang, pikirkanlah pikiran-pikiran yang di atas” (lihat Kolose 3:1-4).

Paskah mendorong kita untuk menghayati hidup dalam dua dimensi. Pertama, supaya kita “bangkit dan membebaskan diri dari …” Theresia Hauser pernah mengatakan bahwa Paskah adalah kebangkitan kita dari “kuburan-kuburan” kesengsaraan. Kita dibangkitkan dari: “kubur” duka dan lara, “kubur” menutup diri, “kubur” rasa tertekan, “kubur” iri hati, “kubur” ketegaran, “kubur” kebencian, “kubur” kelobaan. Proses kebangkitan dari “kubur-kubur” seperti ini sulit dan berat tetapi akan mendatangkan kebahagiaan.

Baca juga  BUT THERE IS SUFFERING IN LIFE, AND THERE ARE DEFEATS. NO ONE CAN AVOID THEM. BUT IT'S BETTER TO LOSE SOME OF THE BATTLES IN THE STRUGGLES FOR YOUR DREAMS THAN TO BE DEFEATED WITHOUT EVER KNOWING WHAT YOU'RE FIGHTING FOR (Paulo Coelho)

Kedua, supaya kita “bangkit untuk …” Kita dibangkitkan untuk menata suatu sikap yang positif. Kita bangkit untuk menang bersama Kristus, untuk mengatasi segala jalan buntu, untuk teguh beriman dalam penderitaan kita sehari-hari, untuk membawa damai dalam keadaan yang tidak damai, untuk membuat segala sesuatu berguna, untuk memberikan titik cerah di tengah kegelapan.

Untuk dapat mengalami makna kebangkitan di atas Paulus menasihati kita untuk memikirkan perkara-perkara di atas (kebenaran-kebenaran surgawi). Paulus tentu tidak bermaksud mengajak kita menarik diri dari pekerjaan-pekerjaan dunia dan tidak melakukan hal lain kecuali memikirkan hal-hal surgawi. Yang ia maksudkan ialah ketika kita menjalankan hidup di dunia ini kita harus menyadari bahwa kita tidak hidup hanya dan untuk dunia ini. Kita bertindak di dunia, tetapi kita selalu mengingat bahwa kita hidup untuk Tuhan.

Akan terlihat perbedaan yang sangat jelas dari orang yang hidupnya terikat pada kebenaran-kebenaran surgawi dengan yang tidak. Bagi yang tidak memikirkan kebenaran-kebenaran surgawi dengan mudahnya larut dalam ambisi-ambisi dunia ini. Ia akan menggunakan segala cara dunia untuk menempuh hidupnya. Sebaliknya, mereka yang mengikatkan dirinya pada kebenaran-kebenaran surgawi akan bertindak berdasarkan kebenaran Tuhan. Contohnya, ia akan hidup dalam prinsip memberi lebih berbahagia daripada menerima, mengampuni lebih penting daripada membalas dendam, menjadi terhormat bukan dengan menjadi yang tertinggi dari yang lainnya, melainkan dengan merendahkan diri dan menjadi pelayan bagi yang lain.

Jadi ada hubungan yang erat antara kebangkitan kita di dalam Kristus dan kesadaran kita untuk mengingat kebenaran-kebenaran surgawi. Jika kita hidup dalam keutuhan dua hal ini maka kebahagiaan yang sejati akan kita alami. Dalam bertindak kita akan mengalami kebangkitan-kebangkitan baru dalam seluruh periode kehidupan kita. Bahkan dalam segala apa pun yang kita kerjakan, jika kita mendasarkan diri kita pada kebenaran surgawi maka semuanya itu akan mendatangkan kebahagiaan bagi dalam kehidupan kita.

Baca juga  Lack of will power has caused more failure than lack of intelligence or ability (Flower A.Newhouse)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here