IT DOES NOT MATTER HOW SLOWLY YOU GO SO LONG AS YOU DO NOT STOP (Konfucius)

0
646

Jakarta, Suarakristen.com

Oleh: Pdt. Weinata Sairin

Hidup, kehidupan acapkali diungkapkan dalam sebuah metafora : perjalanan. Ya metafora itu dipilih, selain metafora lain, karena hidup itu bukan sesuatu yang diam, statis, tiada bergerak. Hidup adalah sebuah dinamika, sesuatu yang terus mengalir, mengalir sampai jauh ke terminal yang penghabisan.

Apakah hidup itu adalah ‘jalan pendakian’ menuju ke wilayah sakral dan transendental? Dari perspektif agama-agama: ya! Terminal yang penghabisan, yang kemudian mewujud dalam maut adalah ‘terminal antara’ sebelum manusia ciptaan Allah itu memasuki dunia lain, dunia kekekalan yang dibahasakan agama-agama dengan *surga*. Menarik sekali tatkala kita membaca puisi Joko Pinurbo berjudul “Jalan ke surga”. Ia menulis begini : “Jalan menuju kantorMu macet total oleh antrian mobil-mobil curianku”.

Penyair muda tersohor yang biasa dipanggil Jokpin ini dalam buku kumpulan puisi berjudul “Malam ini Aku Akan Tidur di Matamu” (PT Grasindo, Jakarta, 2016) menulis puisinya dua baris dan memberikan sebuah narasi yang bisa saja mengguncang kosa kata baku yang dikenal agama-agama. Ia menggunakan kata “kantorMu” untuk mengganti kata surga.

Siapakah Allah yang dipercaya manusia beragama? Apakah Ia berkantor.? Bukankah Allah berada dimana-mana (omnipoten) dan tidak terkurung dalam lokasi tertentu? Ya seorang penyair mempunyai otoritas untuk membuat narasi segar yang tidak terbelenggu pada kosakata dogmatis yang ada pada buku-buku agama. Mereka memiliki ‘licencia poetica” yang memungkinkan mereka untuk mengungkapkan kreativitas mereka, tanpa mesti terjatuh pada wilayah ‘penodaan agama’.

Joko Pinurbo juga mengadopsi penyakit yang ada di kota besar, yaitu kemacetan, dalam puisinya ini bahkan lebih dahsyat lagi ketika tanpa rasa malu ia berucap bahwa kemacetan itu diakibatkan oleh antrian mobil curianku!

Baca juga  "DURA LEX SED LEX. HUKUM ITU KERAS TETAPI BEGITULAH HENDAKNYA HUKUM".

Sebagai umat beragama kita semua diperintahkan untuk terus berjuang, terus berjalan menjalankan tugas pelayanan dalam kehidupan. Bahkan kita diingatkan untuk teguh menjalankan perintah agama, tidak melawan hukum dan memberi yang terbaik bagi banyak orang.

Konfucius mengingatkan kita agar kita terus berjalan walau mungkin tertatih-tatih, yang penting tidak berhenti berjalan. Mari berjalan terus menunaikan tugas panggilan kita. Jangan pernah berhenti berjalan menebar benih kebaikan.

Selamat berjuang. God bless.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here