THE FOOLISH AND THE DEAD ALONE NEVER CHANGE THEIR OPINION (James Russell Lowell)

0
494

Oleh: Pdt. Weinata Sairin

Manusia adalah sosok pembelajar, yang aktivitas pembelajarannya berlangsung sepanjang hayat. Manusia belajar tidak mengenal waktu, tidak memandang usia. Perubahan zaman membutuhkan akselerasi, memerlukan penyesuaian. Itulah sebabnya belajar tak pernah henti. Belajar, memahami ilmu tidak mengenal selesai. Manusia adalah figur yang membaca, membaca buku berbagai jenis, dari beragam penulis.

Perintah Bacalah ! dan pernyataan bahwa “pada mulanya adalah Kata” adalah kutipan dari Kitab Suci dua agama besar dunia, yang seolah memberi legitimasi sakral bahwa aktivitas membaca dan memaknai Kata bukan sekadar akivitas horisontal tetapi memiliki nuansa transendental. Hidup manusia modern dizaman percepatan IT sekarang juga dimulai dengan membaca. Bangun pagi, seorang berdoa lalu ia meneruskan ritual hariannya dengan membaca: membaca Kitab Suci, membaca informasi dari internet, menyimak koran pagi, melihat berita pagi di televisi, menyiapkan segala sesuatu lalu berangkat meninggalkan rumah. Ia juga memaknai Kata, ia mesti faham betul bahwa ‘faksi’ beda dengan ‘fraksi’, bahwa ‘merubah’ itu berarti menjadi binatang ‘rubah’ dan berbeda dengan ‘mengubah’, bahwa ‘kami’ dan ‘kita’ itu beda.

Salah membaca bisa menjadi persoalan besar dan salah menggunakan kata bisa memunculkan sikap intoleransi yang bisa berujung pada kegaduhan global. Dalam masyarakat yang majemuk sebaiknya warga bangsa menggunakan istilah yang baku, santun, elegan yang sumbernya bisa dicari dalam kamus bahasa Indonesia. Istilah agama yang spesifik sebaiknya tidak digunakan diruang publik untuk menghindarkan salah tafsir, kecuali jika istilah agama itu telah diterima dan menjadi bagian dari bahasa nasional.

Ada banyak buku yang dibaca oleh tiap-tiap orang, buku filsafat, novel, buku puisi, buku-buku ilmu pengetahuan, buku sejarah, agama. Dan tiap orang bisa mempunyai favorit pengarang buku sendiri. Ada yang amat suka dengan tulisan Andar Ismail, Dawam Rahardjo, Karen Amstrong, Dale Carnegie, R. Kasali, Pramudya A. Toer, Anand Khrisna, Paul Choelho. Ada pepatah yang menyatakan ‘tunjukkan buku apa yang kau baca, maka aku akan tahu siapa kau sebenarnya”. Memang acap terjadi ada keterhubungan yang erat antara pribadi seseorang dengan buku-buku yang ia senangi.

Baca juga  Pdt. Weinata Sairin:"Difficilia quae pulchra. Apa yang sulit dicapai itu selalu indah".

Acap kita tak sadar bahwa semua buku yang pernah kita baca terhimpun rapi sebagai memori dalam otak kita yang suatu saat jika diperlukan file yang ada dalam berkas memori kita itu mengalir melalui kata-kata atau tulisan kita. Bahan-bahan yang kita baca itu berguna dalam kita berdiskusi sehingga argumen kita diperkuat melalui berbagai buku yang kita baca.

Pepatah yang kita kutip dibagian awal menegaskan bahwa hanya orang bodoh dan orang mati yang tak pernah mengubah pendapatnya. Ya harus kita pilah bahwa ada pandangan yang memang tidak bisa diubah yaitu tentang agama/teologi dan ideologi negara yang sudah jadi kesepakatan nasional. Tentu ada hal-hal lain yang bisa berubah dari pandangan kita sejauh kita bisa memahami pandangan baru yang disampaikan kepada kita. Mari terus berkarya dengan mengembangkan pandangan konstruktif bagi NKRI.

Selamat.berjuang. God bless.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here