Bayer Indonesia Mendukung Upaya Indonesian Heart Ryhthm Society (InaHRS) Meningkatkan Kompetensi Diagnosa Aritmia

0
909

Jakarta, Suarakristen.com

Oleh: Hotben Lingga

Bayer Indonesia Mendukung Upaya Indonesian Heart Ryhthm Society (InaHRS) meningkatkan kompetensi diagnosa aritmia untuk mengurangi kematian akibat henti jantung mendadak dalam the 4th Annual Scientific Meeting InaHRS 2016

Bayer Indonesia mendukung InaHRS mengadakan pertemuan ilmiah tahunan ke-empat InaHRS (The 4th Annual Scientific Meeting Indonesia Heart Rhythm Society) tanggal 7–8 Oktober 2016 di Jakarta, yang akan dihadiri oleh 1000 Dokter dan pembicara ahli dari dalam dan luar negeri.

Topik utama the 4th Annual Scientific Meeting InaHRS adalah Meningkatkan Kompetensi Diagnosa Aritmia untuk Mengurangi Kematian akibat Henti Jantung Mendadak (“Enhance Arrhythmias Diagnosis Reduce Sudden Cardiac Death”)

Lebih dari 7.000.000 jiwa diperkirakan akan mengalami kematian akibat henti jantung mendadak.

Bayer Indonesia sebagai perusahaan berbasis life science mendukung upaya Indonesian Heart Ryhthm Society (InaHRS) dalam meningkatkan pemahaman dan pengetahuan Dokter di Indonesia melalui pertemuan ilmiah InaHRS pada tanggal 7-8 Oktober mendatang di Jakarta dengan topik utama: Meningkatkan Kompetensi Diagnosa Aritmia untuk Mengurangi Kematian akibat Henti Jantung Mendadak (“Enhance Arrhythmias Diagnosis Reduce Sudden Cardiac Death”).

Sebanyak 17,3 juta orang di seluruh dunia meninggal setiap tahun karena penyakit kardiovaskular. Lebih dari 7.000.000 jiwa diperkirakan akan mengalami kematian akibat henti jantung mendadak. Perubahan diet dan gaya hidup di negara-negara berkembang juga dapat meningkatkan kejadian henti jantung mendadak.

Salah satu penyebabnya adalah gangguan irama jantung atau dikenal dengan istilah aritmia. Gangguan irama detak jantung, baik yang denyutnya menjadi lambat maupun cepat harus diperhatikan secara serius, sebab, kelainan aritmia jantung ini bisa meningkatkan risiko kematian mendadak. Untuk itu dalam pertemuan ilmiah tahunan ini InaHRS akan memberikan update terkini yang membahas topik-topik terkait aritmia seperti henti jantung mendadak, fibrilasi atrium, syncope, gagal jantung dan aritmia, device therapy, VT-SVT dan aritmia pada anak.

Presiden Direktur Bayer Indonesia, Ashraf Al-Ouf mengatakan,”Bayer sebagai perusahaan berbasis life science berkomitmen untuk mendukung para Dokter melalui pertemuan–pertemuan ilmiah baik di dalam maupun luar negeri. Bayer banyak melakukan kerjasama dengan institusi internasional dalam bidang penelitian yang berkelanjutan dan studi klinis sehingga dapat membantu para Dokter dalam memberikan terapi kepada pasien sehingga pasien dapat memperoleh pengobatan yang tepat dan kualitas kesehatan yang baik. Untuk itu kami sangat mendukung InaHRS dalam rangka Pertemuan Ilmiah Tahunan InaHRS tahun ini. Saya yakin bahwa pertemuan ilmiah ini akan memberikan banyak manfaat bagi para Dokter terutama meningkatkan kompetensi diagnosa aritmia sehingga dapat mengurangi kematian akibat henti jantung mendadak. Upaya InaHRS ini sejalan dengan misi Bayer yaitu Science for Better Lifedimana Bayer selalu melihat kebutuhan masyarakat akan tantangan kesehatan yang dihadapi dunia. Sebagai perusahaan berbasis riset dan pengembangan (R&D), Bayer telah mengeluarkan dana sebesar Rp. 41,3 trilyun untuk R&D di bidang kesehatan pada tahun 2015. Produk-produk yang baru diluncurkan telah diterima dengan baik karena dapat membantu mengobati kondisi medis yang sulit, seperti kanker, stroke, trombosis dan penyakit mata yang berhubungan dengan usia lanjut. Kedepan, kami terus berupaya menghadirkan obat-obatan yang inovatif untuk kebutuhan medis yang belum terpenuhi. Diharapkan produk-produk kami dapat memberi manfaat yang lebih besar untuk pasien di seluruh dunia dan khususnya di Indonesia.”

Baca juga  H. Ahmad Syah Harrofie SH MH Bakal Calon Bupati Bengkalis Periode 2021-2026

Populasi dunia saat berkembang dengan cepat dan menua. Diperkirakan pada tahun 2050 jumlah populasi di Asia Pasifik akan mencapai setengah dari populasi dunia atau jumlahnya mendekati 580 juta jiwa.Di wilayah ini pertambahan populasi usia 60 tahun keatas meningkat dari 12% menjadi 24% pada tahun 2050. Kondisi ini akan berdampak pada masalah kesehatan seperti kanker, kardiovaskular dan diabetes. Di wilayah Asia Pasifik, penyakit kardiovaskular akan tetap menjadi hal utama kebutuhan medis dan menjadi penyebab utama kematian di wilayah ini. Pada tahun 2015 telah terjadi sekitar 8,2 juta kasus kematian yang disebabkan penyakit kardiovaskular. Hal ini menunjukkan peningkatan 21% dari 6,8 juta pada tahun 2005.

Salah satu masalah serius bagi kesehatan jantung di Indonesia adalah Fibrilasi atrium dimana jumlah pasien terus meningkat di masa yang akan datang. Gagal jantung dan stroke merupakan komplikasi FA paling sering terjadi yang dapat mengakibatkan disabilitas berat dan permanen. Walaupun lebih banyak terjadi pada usia lanjut, tetapi proporsi FA yang bermakna dapat terjadi pada usia muda.Menurut data dari studi observasional (MONICA–multinational MONItoring of trend and determinant in Cardiovascular disease) pada populasi urban di Jakarta menemukan angka kejadian FA sebesar 0,2% dengan rasio laki-laki dan perempuan 3:2. Selain itu,karena terjadi peningkatan signifikan persentase populasi usia lanjut di Indonesia yaitu 7,74% (pada tahun 2000–2005) menjadi 28,68% (estimasi WHO tahun 2045–2050), maka angka kejadian FA juga akan meningkat secara signifikan. Sementara itu, data di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita menunjukkan bahwa persentase kejadian FA pada pasien rawat selalu meningkat setiap tahunnya, yaitu 7,1% pada tahun 2010, meningkat menjadi 9,0% (2011), 9,3% (2012) dan 9,8% (2013).

Baca juga  Tao Kae Noi Perusahaan Makanan Ringan asal Thailand Beri Donasi untuk Korban Gempa Bumi dan Tsunami Palu  

PRESS RELEASE Indonesian Heart Rhythm Society

Seiring dengan peningkatan pertumbuhan penduduk dan perubahan gaya hidup masyarakat di Indonesia, maka insiden penyakit listrik jantung (aritmia) makin meningkat. Spektrum gejala aritmia yang lebar dari mulai tanpa gejala sampai dengan terjadinya stroke yang fatal dan bahkan Sudden Cardiac Death (kematian mendadak) mengharuskan seorang dokter mempunyai pengetahuan yang handal dalam diagnose dan manajemen aritmia. Berdasarkan data WHO kematian mendadak di Indonesia diperkirakan sekitar 117.000 pertahun dan akan terus
meningkat, untuk itu diperlukan kemampuan yang baik dari dokter-dokter di layanan primer maupun sekunder dalam hal diagnosis dan melakukan tatalaksana serta seleksi rujukan aritmia agar kejadian kematian mendadak dapat diturunkan.

InaHRS (Indonesia Heart Rhythm Society) adalah organisasi perhimpunan ahli penyakit jantung yang mendalami aritmia InaHRS merupakan kelompok kerja (Pokja) dari PERKI (Perhimpunan Ahli Kardiovaskuler Indonesia) dan InaHRS merupakan anggota dari APHRS (Asia Pasific Heart Rhythm Society). Dr.dr. Yoga Yuniadi, SpJP(K) sebagai presiden InaHRS Menjelaskan bahwa saat ini anggota InaHRS ada 22 orang yang kesemuanya Adalah ahli penyakit jantung yang mendalami aritmia. Mereka tersebar di beberapa Kota Indonesia. Masih sedikitnya dokter ahli aritmia, diimbangi dengan berbagai Program InaHRS untuk meningkatkan kompetensi dokter ahli jantung dan dokter Umum dalam tatalaksana aritmia. InaHRS di antaranya menyelenggarakan crash Program pelatihan pemasangan alat pacu jantung bagi para ahli jantung di seluruh Indonesia yang sejak satu tahun terakhir telah berhasil melatih lebih dari 50 orang dokter ahli jantung. InaHRS juga membuat arrhythmia networking untuk empowering para dokter umu di daerah agar ketika menghadapi persoalan aritmia dapat terhubung ke
ahli aritmia secara online dan cuma-cuma. InaHRS juga secara rutin mengadakan
pertemuan ilmiah tahunan untuk mendiskusikan dan memberikan update terbaru
penanganan aritmia pada peserta yang terdiri dari dokter-dokter umum, dokter spesialis jantung dan dokter spesialis lain.

Baca juga  Pekan Diplomasi Iklim Uni Eropa 2020 Berakhir dengan Optimisme

Dr Faris Basalamah,SpJP sebagai ketua penyelenggara pertemuan ilmiah InaHRS 2016 mengatakan pertemuan ilmiah ini adalah yang keempat dan diselenggarakan pada tanggal 7-8 Oktober 2016 di Hotel Westin, Jakarta. Dan atas dasar pemikiran pentingnya meningkatkan kemampuan diagnosis aritmia untuk mencegah kejadian kematian mendadak seperti yang disebutkan diatas maka kita tahun ini mengusung tema : “Enhanced Diagnosis, Reduced Sudden Cardiac Death”. Sekitar 700 peserta akan mengikuti 10 workshop dan 42 sesi symposium yang diselenggarakan oleh panitia dalam dua hari penyelenggaran acara ini. Tahun ini diadakan acara live demo implantasi alat pacu jantung tanpa kabel langsung dari RS Jantung HArapan Kita yang ditransmisikan ke Hotel Westin. Peserta symposium dapat menyaksikan dan berdiskusi secara langsung dengan para ahli mengenai teknik baru tersebut. Indonesia merupakan Negara di Asean kedua yang sudah melakukan pemasangan alat pacu jantung tanpa kabel. InaHRS secara konsisten mendukung upaya penelitian di bidang aritmia. Pada pertemuan ilmiah kali ini terdapat 120 naskah abstrak penelitian yang akan dipresentasikan secara oral maupun dalam bentuk poster. Secara rutin InaHRS memberikan apresiasi berupa menghadiri pertemuan ilmiah tahunan APHRS bagi pemenang lomba presentasi penelitian tersebut. Untuk tahun ini pemenang lomba penelitian akan dibiayai penuh pertemuan ilmiah tahunan APHRS 2017 di Yokohama dan uang tunai total senilai 50 juta rupiah. Acara ilmiah ini juga diramaikan oleh beberapa industry farmasi dan alat kesehatan dalam dan luar negeri yang akan memamerkan inovasi-inovasi terbaru penanganan terbaru aritmia di ruang pameran yang tersedia.

Dr.dr.Ismoyo Sunu,SpJP(K) menambahkan bahwa PERKI juga secara aktif melakukan upaya pencegahan kematian mendadak dengan melakukan pelatihan bantuan hidup dasar bagi awam dan pelatihan bantuan hidup Lanjut bagi para dokter umum. Pelatihan ini dilakukan secara massif di seluruh Indonesia melalui cabang-cabang PERKI. Besar harapan kami bahwa acara ilmiah tahunan terbesar di bidang aritmia di Indonesia ini akan memberikan dampak Besar bagi peningkatan kualitas tenaga medis di Indonesia dalam memberikan pelayanan medis bagi masyarakat di Indonesia terutama dalam penanganan gangguan irama jantung atau aritmia.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here