Universitas Protestan Terbaik di Jepang

0
1419

Hotben Lingga

Doshisha University (同志社大学 Dōshisha daigaku) atau Dodai merupakan universitas swasta yang terletak di tengah-tengah Kota Kyoto, Ibu kota purba Jepang. Doshisha merupakan lembaga pendidikan tinggi swasta tertua dan termasuk salah satu universitas terbesar, paling berpengaruh dan paling prestisius di Jepang, khususnya di bagian Barat Jepang, di daerah Kansai. Di tingkat Asia, Doshisha masuk ranking universitas terbaik ke 123. Di Jepang, Doshisha masuk peringkat PT terbaik ke 12. Universitas ini biasanya dianggap sebagai salah satu universitas yang paling selektif di antara 730 universitas swasta di negeri ini.

Dengan sekitar 30.000 mahasiswa yang terdaftar pada tiga kampus yang berbeda, Doshisha merupakan universitas Protestan terbesar di Jepang. Jumlah karyawan Doshisha sekitar 777 orang dan  dosen 1635 orang,

Sejarah Doshisha

Doshisha didirikan oleh seorang pendeta Protestan Jepang bernama Joseph Hardy Neesima atau Niijima Jo pada tahun 1875 untuk menyebarkan agama Kristen Protestan. Niijima adalah lulusan STT Andover pada tahun 1874. Niijima adalah orang Jepang pertama yang ditahbiskan sebagai pendeta Protestan, sekaligus orang Jepang pertama yang mendapat gelar akademis di luar negeri (lulusan Amherst College tahun 1867).

Niijima lahir dari keluarga Samurai pada tahun 1843. Karena itu sejak kecil ia sudah dididik untuk belajar dan bekerja keras sebagai seorang prajurit. Karena peduli dengan masa depan Jepang, dan sadar akan keunggulan kebudayaan Barat, Niijima berangkat ke AS pada tahun 1864, untuk menuntut ilmu. Walau ada larangan dari pihak Kerajaan untuk tidak pergi keluar negeri (Barat), Niijima tidak peduli akan larangan itu, sekalipun nyawa taruhannya. Ia pun meninggalkan Jepang menuju Amerika Serikat ketika Kaisar Jepang sedang menjalankan politik Sakoku, dimana pergi keluar negeri merupakan perbuatan yang diancam hukuman mati oleh pihak kekaisaran..Dia pergi ke Shanghai. Dari Shanghai ia naik kapal “Wild Rover” menuju Boston, AS. Dalam perjalanan laut ke AS itulah dia bertobat. Niijima berkenalan dengan sang pemilik kapal bernama A. Hardy, seorang Protestan yang sungguh-sungguh takut akan Tuhan. Hardylah yang menginjili dan memuridkan Niijima. Niijima-pun dibaptis. Sesampai di AS, dia belajar sains dan teknologi di Phillips Academy dan Amherst College. Setelah lulus kuliah, Niijima kemudian belajar teologi, karena terpanggil untuk menjadi seorang hamba Tuhan. Niijima sadar kemajuan Barat dibangun diatas dasar Alkitab dan Kekristenan, yang menekankan hati-nurani dan kebebasan sesuai dengan nilai-nilai Kristen, yang menekankan hidup yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Karena itu, setelah kuliah sepuluh tahun di AS, Niijima pun pulang kampung dengan satu tekad untuk memajukan Bangsa Jepang melalui pendidikan Kristen. Niijima mempunyai sebuah visi untuk membangun sebuah universitas Protestan yang besar untuk Tuhan untuk menyebarkan Kekristenan di sana.

Baca juga  UPH Membuka Program Magister Informatika Sistem Track Master by Research 

Sepulangnya ke Jepang, Niijima mendirikan Doshisha English School pada tanggal 29 November 1875, yang kemudian berkembang menjadi Doshisha Eigakko (Academy). Pada mulanya Doshisha didirikan sebagai sebuah sekolah bahasa Inggris bagi orang Jepang. Ketika pertama kali dibuka, Doshisha hanya memiliki 8 orang siswa, dan 3 orang pengajar yaitu Niijima

dan dua orang misionaris Jerome D. Davis dari Amerika dan G. G. Cochran dari Kanada. Hampir semua siswa Doshisha laki-laki. Gedung sekolah di kompleks kediaman Takamatsu Yasuzane di Teramachi sekaligus merupakan tempat tinggal para siswa. Dr. Dwight Whitney Learned lulusan Yale University tiba sebagai staf pengajar pada bulan April 1876, kemudian puluhan misionaris Protestan dari AS dan Kanada pria dan wanita datang mengajar di Doshisha.

Selain mengajarkan pelajaran bahasa Inggris dan umum, pelajaran yang ditekankan di Doshisha adalah perlunya iman dan worldview Kristen Protestan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti pentingnya moralitas dan mentalitas yang kuat, hati-nurani dan kebebasan, demokrasi dan pentingnya menghormati setiap individu. Nilai-nilai ini yang sampai sekarang masih dijunjung tinggi civitas akademika Doshisha. Misi pendidikan yang diberikannya adalah pendidikan yang berlandaskan agama Kristen Protestan.

Pada masa Meiji itu, Niijima merupakan salah seorang guru, tokoh pendidikan terkenal. Pdt.Niijima-lah yang meletakkan dasar baru dalam pendidikan Jepang dan menaburkan benih-benih pendidikan umum bagi seluruh masyarakat Jepang. Sekolah yang dibangun Niijima merupakan sekolah modern pertama di Jepang yang menerapkan sistim pendidikan Barat.

Pada bulan November 1888, Niijima menulis esai Sasaran Pendirian Universitas Doshisha (Dōshisha Daigaku Setsuritsu no Shii) yang dimuat dalam majalah dan surat kabar utama di Jepang, dengan maksud untuk menyampaikan visi-misinya untuk mengembangkan Doshisha menjadi universitas. Di tengah pengumpulan dana pendirian Universitas Doshisha, Niijima meninggal dunia pada tanggal 23 Januari 1890 (pada usia 46 tahun) tanpa sempat melihat sekolah yang didirikannya menjadi universitas. Murid-murid dan teman sepelayanannya meneruskan visi dan warisan Niijima. Mereka mendirikan Doshisha University.  Badan badan misi dan pengusaha Protestan dari AS banyak membantu Doshisha terwujud menjadi sebuah universitas.

Baca juga  Banyak Sekolah Protestan Kini Lebih Unggul Dari Sekolah Katolik

Pada tahun 1920 Doshisha dikembangkan menjadi universitas dan resmi mendapat status universitas dari pemerintah Jepang. Kurikulumnya mengikuti tradisi  perguruan tinggi Inggris-Amerika. Dalam sejarah pendidikan Jepang, Doshisha dikategorikan sebagai universitas pertama yang berdiri di Jepang. Doshisha juga merupakan perguruan tinggi pertama di Jepang yang menerima mahasiswa wanita pada tahun 1923. Selama Perang Dunia II, nama-nama bangunan Doshisha diubah menjadi nama-nama Jepang dan unsur-unsur kurikulumnya yang pro Barat dihapus. Akan tetapi setelah Jepang menyerah kalah dalam Perang Dunia II, semua nama dan kurikulum kemudian dirubah lagi seperti semula.

Sejak tahun 1972, Doshisha bekerja sama dengan 167 universitas top di seluruh dunia seperti Harvard, Princeton, Yale, Tubingen, Oxford, Cambridge dan lain-lain  dalam program pertukaran mahasiswa dan kerja sama riset sains dan teknologi secara global. Sekitar 500 mahasiswa asing mengikuti program pertukaran mahasiswa ini setiap tahunnya. Setiap tahun 1300 mahasiswa asing belajar di Doshisha.Ada ribuan mahasiswa asing yang mendapat beasiswa dari Doshisha. Doshisha tetap mempertahankan hubungan yang dekat dengan Amherst College sampai saat ini.

Fakultas dan Kampus

Saat ini Doshisha telah berkembang menjadi salah satu lembaga pendidikan swasta paling bergengsi di Jepang dan dunia. Dengan 14 fakultas dan 16

sekolah pasca-sarjana yang menampung sekitar 30.000 mahasiswa di tiga kampusnya yang sangat luas dan besar, Doshisha terus berkomitmen untuk mengabdi bagi Gereja, masyarakat dan dunia. Ada tiga kampus utama Doshisha yang semuanya terletak di tengah-tengah pusat Koto Kyoto. Ketiga kampus Doshisha menempati lahan seluas 530 Acres atau 246 HA lebih.

 

Doshisha Business School (DBS) merupakan salah satu sekolah bisnis terbaik di Jepang. Ribuan mahasiswa asing menempuh pendidikan MBA di DBS saat ini.

Kampus utama Doshisha terletak di Kyotanabe, Nara (sekitar 40 menit dengan kereta dari Kyoto City) mencakup wilayah sangat luas, sampai-sampai wilayah itu disebut Doshisha City.  Sementara kampus di Kyoto City terletak di perempatan Jalan Imadegawa dan Jalan Karasuma.  Di kampus ini, penuh bangunan bersejarah peninggalan abad ke-19 yang tetap dipergunakan, namun tidak sedikitpun meninggalkan arsitek lama.

Baca juga  Arkeolog Inggris Kemungkinan Besar Telah Menemukan Rumah Masa Kecil Yesus

Kampus Doshisha di Imadegawa ini juga dikelilingi oleh beberapa kuil Shinto. Letak kampusnya hanya beberapa puluh meter di sebelah utara Kyoto Imperial Palace, kawasan Istana Kekaisaran saat Kyoto masih menjadi ibu kota Jepang.  Di sebelah utara, terdapat Sokoku-ji Temple, salah satu kuil Budha yang berdiri sejak tahun 1382.  Kawasan ini sangat asri, teduh, dan menyenangkan. (Dari jendela kelas di kampus di lantai 2, kita bisa menyaksikan kuil ini dan pemandangan indah disekitarnya). Terletak di tengah-tengah Kota Kyoto, lima bangunan historis di kampus Imadegawa telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Jepang, termasuk Gereja Doshisha dan Aula Memorial Clark.

Ada lebih dari 400 klub dan organisasi di Doshisha University.

Banyak mahasiswanya yang tinggal di dalam asrama kampus.

Lulusan dan Kontribusi

Doshisha telah menghasilkan lebih dari 300.000 alumni yang tersebar di seluruh dunia dan terus berkontribusi bagi masyarakat lokal dan global.

Lulusan-lulusan Doshisha banyak yang sudah sukses di berbagai bidang pekerjaan baik sebagai pegawai negeri maupun swasta. Pada tahun 2012, sekitar 25% lulusan baru Doshisha mampu masuk ke salah satu dari 400 perusahaan paling terkenal di Jepang. Lulusan Doshisha masuk peringkat keenam yang paling banyak menempati posisi-posisi strategis di perusahaan-perusahaan swasta di seluruh Jepang.

Doshisha termasuk pemegang peringkat tertinggi hasil-hasil riset dan hak paten di Jepang.

Selain tingkat pendidikan tinggi, Lembaga Pendidika Doshisha juga mengelola pendidikan terpadu dari tingkat TK sampai SMA. Ini sesuai dengan visi Niijima yang ingin membangun sistim pendidikan yang terpadu dari TK sampai Universitas dengan menekankan pendidikan hati nurani, ajaran Kristen Protestan, kebebasan dan internasionalisme. Dan menekankan kekuatan intelektual, moralitas dan fisik.

Yayasan Pendidikan Doshishai juga membuka universitas khusus wanita yaitu, Doshisha Women’s College of Liberal Arts.

Universitas Doshisha setiap tahun menawarkan banyak beasiswa kepada orang asing. Ayo, siapa yang mau kuliah di Doshisha? (Hotben Lingga)