Gaya Komunikasi Presiden Jokowi Sangat Artikulatif dan Inspiratif dalam Membangun Budaya Dialogis Dalam Masyarakat Pluralis Menjelang akhir tahun 2017.

0
774

 

Jakarta, Gramediapost.com.

 

 

Program Studi llmu Komunikasi FISIPOL Universitas Kristen Indonesia (UKl) menggelar Seminar Komunikasi dengan tema yang sangat menarik “Gaya Komunikasi JOKOWI.” Seminar ini menghadirkan Menteri Dalam Negeri, Tjahyo Kumolo, SH, sebagai Pembicara Kunci (11/12)

 

Seminar yang dihadiri para cendikiawan panelis yang antara lain Mendagri, Eko Sulistyo (Deputi Bidang Komunikasi Politik & Diseminasi lnformasi, Kantor Staf Presiden), Dr. Ade Armando, M.Sc. (Dosen Komunikasi, Ul), Kris Budihardjo (Ketua Umum RKIH), dan Eva Kusuma Sundari (Anggota DPR Rl dari Fraksi PDl Perjuangan). Seminar ini dilaksanakan di Graha William Soeryadjaya, Gedung FK Universitas Kristen Indonesia, Jl. Mayjen. Sutoyo No.2, Cawang, Jakarta Timur.

 

Diselenggarakannya seminar karena situasi dan kondisi kekinian di mana konflik bernuansa SARA, Dalam kontestasi Pilkada DKI Jakarta yang berpotensi menghancurkan kebhinekaan dan merongrong NKRl. Oleh karenanya, Presiden

Jokowi dengan kemampuan lobby dan ”blusukan” nya dianggap telah berhasil meredam gejolak yang ada dengan mengambil langkah-langkah taktis melalui komunikasi yang dialogis.

 

Diadakannya seminar ini agar,

1. Memahami Pola dan Gaya Komunikasi Presiden Jokowi dalam mengatasi berbagai persoalan kebangsaan.

 

2. Mencermati & menganalisis seberapa efektif upaya-upaya dialogis yang dilakukan Presiden Jokowi guna meredam isu-isu bernuansa SARA.

 

3. Memberikan penyadaran kepada masyarakat bahwa NKRl tetap harus dijaga sampai titik darah penghabisan melalui pola komunikasi yang dialogis dalam masyarakat yang pluralis.

 

Peserta yang diundang dalam seminar ini berjumlah 400 orang lebih yang berasal dari berbagai latarbelakang, antara lain, mahasiswa, dosen, jurrnalis, Praktisi Komunikasi dan masyarakat umum serta seluruh civitas academika UKl.

(Larty R)

Baca juga  Bank Mandiri Bermitra dengan Tableau untuk Membangun “Data Driven Culture”