Dikuatkan oleh Kristus

0
561

Oleh: Pdt. Pinehas Djendjengi

2 Korintus 12:1-10
(1) Aku harus bermegah, sekalipun memang hal itu tidak ada faedahnya, namun demikian aku hendak memberitakan penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan yang kuterima dari Tuhan. (2) Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau — entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya — orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga. (3) Aku juga tahu tentang orang itu, — entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya – (4) ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia. (5) Atas orang itu aku hendak bermegah, tetapi atas diriku sendiri aku tidak akan bermegah, selain atas kelemahan-kelemahanku. (6) Sebab sekiranya aku hendak bermegah juga, aku bukan orang bodoh lagi, karena aku mengatakan kebenaran. Tetapi aku menahan diriku, supaya jangan ada orang yang menghitungkan kepadaku lebih dari pada yang mereka lihat padaku atau yang mereka dengar dari padaku. (7) Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri. (8) Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. (9) Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. (10) Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.

Baca juga  Salib

Bagaimana kita menghadapi penderitaan dalam hidup ini? Nasihat utama di sini adalah: Jangan menghindarinya, sebab ini sia-sia belaka. Seorang pegawai pindah dari satu tempat kerja ke tempat kerja yang lain. Belum lama di tempat yang baru, ia pindah lagi ke tempat yang lain. Ia paling sering pindah tempat kerja. Mengapa? Ia ingin mencari tempat kerja yang menyenangkan. Tetapi ternyata, ia tidak menemukan tempat kerja seperti yang ia inginkan.

Kalau kita tidak boleh lari dari penderitaan, lalu apakah kita menerima saja dengan pasrah apa pun yang menimpa kita? Oh tidak. Kita tak mungkin berpasrah saja. Sikap mudah menyerah akan menjadikan kita bak sabut kelapa yang dihempaskan gelombang laut ke sana kemari tanpa daya. Tak bisa berbuat apa-apa.

Yang tepat adalah berlakulah bak seorang peselancar angin. Tidak melawan ombak tapi juga tidak sekadar menyerah. Kelihatannya dipermainkan gelombang, tapi sebenarnya dialah yang memainkan gelombang. Atau lebih tepat: dia memanfaatkan gelombang untuk melatih dan menguji kemampuannya. Gelombang menjadi jalan untuk meningkatkan keahliannya.

Itulah sikap Paulus ketika ia mengalami penderitaan yang selalu datang berulang-ulang dalam hidupnya. Dalam 2 Korintus 12:10 Paulus bersaksi sebagai berikut, “Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.” Aneh rasanya mendengar kesaksian Paulus ini. Jika orang lain merasa sesak dan terbeban menghadapi penderitaan, Paulus justru mengaku senang dan rela berada dalam penderitaan. Tapi itulah cara Paulus menyiasati penderitaan. Semua kita tahu bahwa penderitaan itu selalu menyesakkan dan membebani. Paulus pun tahu akan hal itu. Tapi dia tidak mau penderitaan itu melumpuhkan hidupnya. Ya cara satu-satunya adalah rela menghadapi semua itu. Bahkan dia membuat dirinya tetap senang walau berada dalam derita. Dan ternyata, cara ini membuat Paulus selalu menang dan dapat melewati penderitaannya.

Baca juga  Pdt. Weinata Sairin: "Behind every successfull man there's a lot unsuccessfull years". (Bob Brown & M.Thatcher)

Kenapa Paulus dapat bersikap seperti itu? Karena dia yakin bahwa “Jika aku lemah aku kuat”. Apa maksudnya perkataan ini? Maksudnya ialah, ketika dia lemah dan menderita, maka di situ terbukalah kesempatan baginya untuk mengalami kekuatan dan kuasa Kristus.

Di mana tempat terbaik untuk menikmati cahaya bulan dan bintang? Di dalam kegelapan! Semakin pekat kegelapan, semakin sempurnalah cahayanya kita nikmati. Orang yang tidak pernah menderita pasti sulit meresapi kekuatan dan kekuasaan Tuhan dalam hidupnya. Tapi bagi mereka yang pernah bergelut dengan penderitaan dan yakin akan pertolongan Tuhan, hatinya selalu penuh dengan rasa syukur. Umumnya orang yang pernah menderita selalubberkata, “Jikalau bukan Tuhan …”

Orang yang mampu berkata, “Walau menderita, aku tetap bersukacita,” atau “Jika aku lemah aku menjadi kuat” adalah orang-orang yang merdeka. Ya mereka menjadi merdeka, karena penderitaan hidup tidak dapat melumpuhkan hidup mereka.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here