Kita Ada Untuk Menyatakan Kemuliaan Allah

0
623

Oleh: Pdt. Pinehas Djendjengi

 

 

Roma 9:20-29

(20) Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya: “Mengapakah engkau membentuk aku demikian?” (21) Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa? (22) Jadi, kalau untuk menunjukkan murka-Nya dan menyatakan kuasa-Nya, Allah menaruh kesabaran yang besar terhadap benda-benda kemurkaan-Nya, yang telah disiapkan untuk kebinasaan – (23) justru untuk menyatakan kekayaan kemuliaan-Nya atas benda-benda belas kasihan-Nya yang telah dipersiapkan-Nya untuk kemuliaan, (24) yaitu kita, yang telah dipanggil-Nya bukan hanya dari antara orang Yahudi, tetapi juga dari antara bangsa-bangsa lain, (25) seperti yang difirmankan-Nya juga dalam kitab nabi Hosea: “Yang bukan umat-Ku akan Kusebut: umat-Ku dan yang bukan kekasih: kekasih.” (26) Dan di tempat, di mana akan dikatakan kepada mereka: “Kamu ini bukanlah umat-Ku,” di sana akan dikatakan kepada mereka: “Anak-anak Allah yang hidup.” (27) Dan Yesaya berseru tentang Israel: “Sekalipun jumlah anak Israel seperti pasir di laut, namun hanya sisanya akan diselamatkan. (28) Sebab apa yang telah difirmankan-Nya, akan dilakukan Tuhan di atas bumi, sempurna dan segera.” (29) Dan seperti yang dikatakan Yesaya sebelumnya: “Seandainya Tuhan semesta alam tidak meninggalkan pada kita keturunan, kita sudah menjadi seperti Sodom dan sama seperti Gomora.”

 

Konon ada dua cara bagaimana manusia dapat menghadapi tantangan dan kesulitan. Cara yang pertama adalah isolasi. Seseorang berusaha keras melarikan diri, mengisolasi atau mengasingkan diri serapat-rapatnya, sehingga tantangan tak mampu menyentuhnya. Sedangkan cara yang kedua adalah insulasi. Insulasi adalah cara yang dipakai di negara-negara empat musim, yang “membungkus” dinding rumah mereka sedemikian rupa, sehingga panas di dalam ruangan tidak mudah hilang.

Baca juga  Firman Tuhan Kekal

Kalau saja dapat diwujudkan ke dalam kenyataan, kedua cara itu sebenarnya sama baiknya. Masalahnya, bagaimana mungkin orang bisa sepenuhnya “mengisolasi” diri dari tantangan di sekitarnya? Tidak mungkin! Oleh sebab itu kita harus melakukan insulasi. Persis yang terjadi terhadap mutiara dalam kerang. Kita semua tahu bahwa proses terjadinya mutiara bermula dari sebutir pasir yang nyasar atau sengaja ditaruh di dalam tubuh kerang. Kerang itu tentu risih kalau ada benda asing masuk dan menempel dalam tubuhnya. Ia berusaha membuang itu dari tubuhnya, namum tak mampu. Sebab itu, yang dilakukannya adalah menginsulasi atau membungkus pasir itu dengan cairan tubuhnya. Pasir yang semula mengganggu itu kini menjadi mutiara yang indah.

Seorang bernama Milo, berasal dari Crotona, pernah sesumbar bahwa dalam waktu tiga bulan ia akan mampu mengangkat seekor banteng dewasa dengan kedua tangannya. Tak seorang pun mempercayainya. Namun, setelah tiba pada harinya mereka orang-orang datang juga karena penasaran dengan janji si Milo.  Mereka terperangah, Milo ternyata memenuhi janjinya. Ia bisa mengangkat seekor bantent dewasa! Apa gerangan yang ia lakukan selama tiga bulan yang telah berlalu? Mula-mula ia membeli seekor anak banteng. Setia pagi dan petang hari ia berlatih mengangkat tubuh anak banteng itu, yang selama tiga bulan tentu telah bertumbuh menjadi dewasa. Milo membuktikan kebenaran teori bahwa untuk menghadapi kesulitan, hadapilah dengan telaten. Jangan lari! Keberhasilan kita menghadapi kesulitan yang satu akan memampukan kita mengalahkan kesulitan yang lebih besar yang akan dating kemudian.

Rasul Paulus juga memberi resep jitu mengenai bagaimana”menginsulasi” tantangan, penderitaan, kesesakan. Apa resep itu? Kita perlu “menginsulasi” semua tantangan itu dengan kasih Allah yang ada dalam Yesus Kristus, Tuhan kita (baca Roma 8:35-39).

Baca juga  "SERVIRE, CARUM HABERE, VENIAM. SALING MELAYANI, SALING MENYAYANGI, SALING MENGAMPUNI".

Pembacaan kali ini menguraikan betapa kita telah beroleh perhatian dan kasih yang besar dari Allah. Kita yang buka umat dilayakkan menjadi kekasih-Nya. Kita menjadi anak-anak Allah yang hidup! Dengan pernyataan ini, jelaslah bahwa kita ada di dunia ini untuk menyatakan kemuliaan Allah. Jadi, jangan kuatir akan segala penderitaan yang kita hadapi. Bersiaplah menghadapinya, Tuhan akan memampukan kita melihat hal-hal terindah dalam seluruh penderitaan itu.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here