Pdt. Weinata Sairin: “Engkau akan *diberkati* lebih dari pada segala bangsa: tidak akan ada laki-laki atau perempuan yang *mandul* di antaramu ataupun diantara hewanmu” (Ulangan 7:14)

0
714

Kata “berkat” bukanlah sebuah kata asing dalam konteks bahasa Indonesia. Buku “Logat Ketjil Bahasa Indonesia” WJS Poerwadarminta, J.B Wolters-Groningen, Djakarta,1951 menjelaskan kata “berkat” dengan arti antara lain : tuah; sesuatu yang mendatangkan bahagia. Itu berarti pada tahun 1950-an kata “berkat” sudah dikenal dalam dunia sekuler, di lingkup non-Gereja. Dalam lingkup Gereja kata “berkat” tentu amat dikenal karena kata itu bersumber dari Alkitab, dan dalam liturgi ibadah di Gereja, rumusan dan formula berkat diucapkan oleh pendeta pada bagian penutup ibadah di Gereja.

 

Dalam percakapan sehari-hari kata ‘berkat’ adalah sesuatu benda yang kita terima dari orang lain, gratis, atau sesuatu yang kita terima secara surprise. Di Wilayah Kampung Sawah-Pondok Gede, Bekasi, sebuah wilayah dengan lebih 20 denominasi Gereja, kata ‘berkat’ itu dikaitkan secara spesifik dengan makanan yang biasanya diberikan oleh tuan rumah kepada para tamu yang menghadiri pesta  dirumahnya.

 

Pengertian seperti diatas itu juga kita temui dalam KBBI. Artinya bahwa tradisi memberi “berkat” bagi para tamu yang menghadiri kenduri telah dikenal luas dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Selain pengertian tersebut KBBI juga memberi arti “berkat” sebagai “karunia Tuhan yang membawa kebaikan dalam hidup manusia”. Dalam kehidupan Gereja-gereja, “berkat” memiliki makna teologis yang amat dalam. “Berkat” adalah sesuatu yang sakral-transendental yang dianugerahkan Allah kepada manusia. Allah memberkati makhluk ciptaanNya agar semua yang telah diciptakanNya itu memenuhi bumi, dan agar manusia berkuasa dan menaklukkan binatang yang ada( Kej 1:22,28)

 

Cukup menarik cerita tentang Balak Raja Moab (Bilangan 22:36 dst) yang meminta agar Bileam mengutuk bangsa Israel, lawan sang raja. Bileam berkata kepada Balak bahwa perkataan yang akan ia ucapkan itu akan _ditaruh_ Allah dalam mulutnya dan itulah yang akan ia ucapkan. Tetapi Balak tetap saja mengorbankan beberapa ekor lembu,sapi dan kambing domba dan mengirimkannya juga sebagian untuk Bileam agar Bileam menyetujui permintaan Balak. Namun Bileam lebih setia kepada Allah, ia memberkati Israel sesuai dengan perintah Allah dan tidak mengutuk Israel seperti yang diminta oleh Balak, Raja Moab.

Baca juga  Tuhan Menyuruh Kita Untuk Berkarya

 

Balak dalam kuasa nafsu politiknya tidak memahami posisi Isrsel sebagai umat pilihan Allah, ia memerintahkan Bileam untuk mengutuk umat pilihan bahkan menyuapnya dengan daging persembahan korban. Tapi Bileam kuat dalam prinsip. Ia tidak tergoda pada rayuan Balak. Berkat Allah memang layak untuk umat pilihan Allah!

 

Ulangan 7 : 12-26 perikop yang diberi judul oleh LAI “Janji Berkat” adalah sebuah janji dari Allah tentang berkat yang akan dianugerahkan Allah kepada umat Israel apabila mereka melaksanakan peraturan Allah dengan setia. Secara teknis dan rinci dalam ayat 13 jenis berkat itu disebutkan meliputi jumlah warga bangsa yang banyak, buah kandungan, hasil bumi, ternak. Dalam ayat 14 hal itu lebih ditegaskan lagi bahwa umat akan diberkati *lebih* dari pada segala bangsa bahkan ada semacam jaminan ‘tidak akan ada laki-laki atau perempuan yang mandul diantaramu’ atau diantara hewanmu. Ini janji berkat yang amat spektakuler dari Allah, tak ada duanya dan tak ada bandingnya. Allah ingin agar umat pilihanNya amat special, berkualitas, sehingga bangsa-bangsa disekitarnya tertarik dan percaya kepada Allah.

 

Janji berkat yang dinyatakan dalam Kitab Ulangan 7 itu sudah digenapi dan sudah kita nikmati melalui Yesus Kristus. Hidup kita dilimpahi begitu banyak berkat dari Tuhan Yesus dan acapkali kita tidak begitu menyadarinya. Nafas kehidupan yang hingga kini membuat kita bernafas itu adalah *Berkat Besar* yang kita terima dari Allah. Itu bukan sesuatu yang biasa dan rutin. Itu Berkat Allah !!!

 

Setiap hari Minggu dan dalam Ibadah kita menerima Berkat Allah untuk memperkuat kehidupan kita. Pada waktu baptis, sidi/mengaku percaya, menikah kita menerima Berkat Allah secara khusus melalui pendeta/pejabat Gereja. Kita menjalani kehidupan yang sulit, keras, krusial ini dengan pendampingan Berkat Allah, dengan kuasa Roh Kudus, _Parakletos_ yang hidup dalam kedirian kita.

Baca juga  Mata Hati

 

Realitas dunia yang bagaimanapun, kesulitan dan derita apapun yang mendera kita, kita tetap bersyukur dan bersukacita karena Berkat Allah yang selalu mendampingi kita. Mari kita menampilkan kekristenan yang bersukacita, bersyukur, memberkati, solid dan kontributif bagi bangsa demi memperkuat NKRI.

 

Selamat Merayakan Hari Minggu. God bless.

 

Weinata Sairin

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here