Bersandarlah Pada Allah Saja

0
893

Oleh: Pdt. Pinehas Djendjengi

 

 

 

Mazmur 146:1-10

(1) Haleluya! Pujilah TUHAN, hai jiwaku! (2) Aku hendak memuliakan TUHAN selama aku hidup, dan bermazmur bagi Allahku selagi aku ada. (3) Janganlah percaya kepada para bangsawan, kepada anak manusia yang tidak dapat memberikan keselamatan. (4) Apabila nyawanya melayang, ia kembali ke tanah; pada hari itu juga lenyaplah maksud-maksudnya. (5) Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolong, yang harapannya pada TUHAN, Allahnya: (6) Dia yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya; yang tetap setia untuk selama-lamanya, (7) yang menegakkan keadilan untuk orang-orang yang diperas, yang memberi roti kepada orang-orang yang lapar. TUHAN membebaskan orang-orang yang terkurung, (8) TUHAN membuka mata orang-orang buta, TUHAN menegakkan orang yang tertunduk, TUHAN mengasihi orang-orang benar. (9) TUHAN menjaga orang-orang asing, anak yatim dan janda ditegakkan-Nya kembali, tetapi jalan orang fasik dibengkokkan-Nya. (10) TUHAN itu Raja untuk selama-lamanya, Allahmu, ya Sion, turun-temurun! Haleluya!

 

Hidup manusia ada batasnya. Berapa pun besar kekuasaannya, berapa pun besar kejayaannya, berapa pun besar hartanya, pada akhirnya ia akan sampai pada titik di mana semua itu tidak dapat dipertahankan apalagi dibanggakan. Persis seperti kata pemazmur: “Apabila nyawanya melayang, ia kembali ke tanah; pada hari itu juga lenyaplah maksud-maksudnya” (Mazmur 146:4).

Karena hidup manusia terbatas (apakah dia seorang raja, bangsawan, penguasa, dll.) pemazmur menyerukan kepada kita agar: “Janganlah percaya kepada para bangsawan, kepada anak manusia yang tidak dapat memberikan keselamatan” (Mazmur 146:3).

Firman Tuhan ini mengajak kita untuk menyadari bahwa kemampuan kita terbatas, karena itu kita tidak boleh sombong. Firman Tuhan ini juga mengajak kita untuk berhenti mempercayakan diri kepada siapa saja dan apa saja, baik politik, ekonomi, militer, iptek, computer dan bahkan agama (ingat: agama hanyalah sarana bagi kehidupan beriman kita!). Tentu, tidak dimaksudkan di sini bahwa kita tidak perlu menganggap penting hal-hal itu. Tetap penting dan kita perlukan. Akan tetapi semua itu (bahkan semua hal) tidak dapat menyelamatkan kita. Semua itu suatu saat akan berakhir. Semua isinya, semua teorinya, semua janji dan kekuatannya akan berkahir. Yang tidak berakhir hanyalah Tuhan dan firman-Nya. Hanya Tuhanlah yang dapat menyelamatkan kita. Kepada-Nyalah kita harus mempertahankan kepercayaan kita. Dengan kata lain: kepada-Nyalah kita harus menyandarkan seluruh hidup kita.

Baca juga  Pdt. Weinata Sairin:"Age is a very high price to pay for maturity". (Paulo Coelho)

Orang yang mempercayakan (menyandarkan) hidupnya kepada Tuhan, oleh pemazmur disebut sebagai orang yang berbahagia. Kenapa? Karena Tuhan akan membuat hidup mereka bermakna dan tidak berakhir dengan sia-sia. Bukan berarti mereka tidak akan mati, sakit, kecewa atau gagal. Kenyataan-kenyataan itu dapat saja terjadi pada orang-orang percaya juga. Namun demikian akhir hidup mereka akan berbeda dengan orang yang tidak yang tidak mempertaruhkan kepercayaannya kepada Tuhan. Orang yang tidak percaya Tuhan hidupnya akan berakhir seperti bunga rumput yang layu lalu lenyap (Yesaya 40:6-8). Tapi orang yang bersandar kepada Tuhan hidupnya akan berakhir seperti biji gandum yang jatuh ke tanah dan mati, namun tumbuh kembali dan menghasilkan buah yang banyak (Yohanes 12:24). Orang percaya dan orang yang tidak percaya sama-sama akan mengalami akhir hidupnya. Tapi yang satu berakhir dengan sia-sia (lenyap) dan yang lainnya berakhir dengan penuh makna (ia berbuah-buah!).

Jadi bersandarlah kepada Tuhan. Dialah Penguasa atas dunia ini dan segala isinya, Dialah Penolong kita, Dialah Penopang dan Pelindung orang-orang lemah, Dialah Raja (Mazmur 146:6-10). Karena itu, seperti pemazmur biarlah kita juga berkata: “Aku hendak memuliakan TUHAN selama aku hidup, dan bermazmur bagi Allahku selagi aku ada” (Mazmur 146:2).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here