“FEAR IS STRONGER THAN ARMS” (Aeschylus)

0
550

Oleh: Pdt. Weinata Sairin

Kehidupan umat manusia sekarang ini diwarnai dan dirasuki oleh roh ketakutan. Ketakutan itu mencakupi berbagai aspek yang menyekitari dunia manusia. Ketakutan terhadap terorisme, perompak yang beroperasi dilaut, perang antar bangsa, konflik-konflik regional, dan. sebagainya. Di negeri ini ketakutan menjadi lebih teknis dan mikro yang amat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Para orang tua takut anaknya yang belia diculik, yang kemudian biasanya meminta uang tebusan yang amat mahal.

Selain itu para orang tua juga amat takut anaknya terkena kekerasan atau kejahatan seksual. Ketakutan terhadap pencuri atau maling berdasi juga cukup kuat akhir-akhir ini. Tetangga kami pernah di datangi seorang yang mengaku teknisi televisi pada pukul 10 pagi. Pakaian rapi dan tidak bertampang
perampok. Namun kemudian ternyata kedua teknisi itu menguras habis perhiasan tetangga kami, kemudian pergi dengan mobilnya, sementara pesawat televisi tidak disentuh sedikit pun.

Akhir-akhir ini kenyamanan, rasa aman dan ketakutan bertambah lagi kewilayah yang berhubungan dengan aspek agama yang selama ini tidak mengemuka.

Hal yang lebih kompleks lagi adalah bahwa ketakutan itu ternyata tidak hanya dialami di dunia nyata, tetapi kini telah juga merambah ke dunia maya, virtual world. Di media sosial kita hadapi berbagai ungkapan yang menghadirkan ketakutan baik dalam bentuk narasi, foto, meme dan sebagainya.

Semua yang hadir di media sosial itu menakutkan mulai dari ancaman pembunuhan, cerita penembakan, ujaran kebencian, pelecehan agama, pelarangan ibadah, dan berbagai hal yang menimbulkan ketakutan. Apakah sebenarnya takut, ketakutan itu?Takut adalah suatu mekanisme pertahanan hidup yang terjadi sebagai respons terhadap stimulus tertentu seperti rasa sakit atau ancaman bahaya. Takut adalah salah satu emosi dasar selain kesedihan, kebahagiaan dan kemarahan.

Baca juga  Allah Sumber Pertolongan Sejati

Artinya ketakutan itu secara psikologis memang menjadi bagian integral dari kedirian manusia. Sayangnya acapkali ketakutan itu datang bertubi-tubi dan menjadi akumulatif sehingga menganggu metabolisme tubuh manusia. Ujungnya adalah ketakutan permanen yang tidak sehat bagi kehidupan manusia.

Sebagai umat beragama hidup kita selalu didasarkan pada perintah agama, kita berikhtiar menjalankan perintah agama dengan optimal; sekaligus dengan itu kita juga terus berdoa memohon tuntunan dan berkatNya. Dalam konteks itu kita tidak semestinya dikuasai oleh rasa takut permanen karena kuasa Tuhan lebih besar dari segala ketakutan yang menghantui kita. Ketakutan itu bukan saja multi dimensi tetapi juga kekuatannya amat dahsyat melebihi senjata!

Ketakutan untuk menjalankan ibadah karena pengalaman traumatik dihujat/diteror tatkala sedang beribadah adalah ketakutan besar yang kini melanda sebagian umat beragama. Disini Negara tak pernah boleh berdiam diri, membisu. Negara harus memberi perlindungan bagi tiap-tiap penduduk untuk menjalankan ibadah mereka.

Negara harus proaktif.!!!
Mari tinggalkan ketakutan dan berjalan terus menuju era baru. Selamat berjuang. God bless

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here